Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB), Wiwit Kasiyati mengatakan mengungkap kondisi Candi Borobudur dimonitor dari tahun ke tahun. Tren kerusakan Candi Borobudur disebutnya rata-rata mengalami kenaikan.
"Kami tiap tahun rutin melakukan melakukan monitoring keterawatan. Keausan kita monitoring, kemudian retakan, sampah, jumlah pengunjung, pokoknya kerusakan yang ada di candi kita monitoring," kata Wiwit saat ditemui di kantornya, Senin (6/6/2022).
"Kita melihat trennya (kerusakan) rata-rata naik karena nggak bisa dipungkiri Candi Borobudur adalah bangunan yang ada di ruang terbuka hujan panas itu pasti akan mempengaruhi kerusakan. Kemudian, kita sudah mempunyai analisa, punya grafik ternyata keausan tangga yang paling dominan karena jumlah kunjungan semakin banyak khususnya pada saat peak season. Semua pengunjung yang hadir berkesempatan naik semua berapapun jumlahnya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wiwit, pengunjung yang naik Candi Borobudur datang secara mengalir. Rute para wisatawan, katanya, ketika sampai di bagian atas candi berakhir dengan foto-foto. Wiwit menilai justru para wisatawan itu tidak mendapat informasi atau edukasi tentang Candi Borobudur.
![]() |
"Kalau pun dapat pemandu, tapi kan tidak semuanya. Pemandunya pun juga sulit untuk menjelaskan mass tourisme yang sudah berjalan sebelum pandemi COVID itu akan kita tiadakan. Kita akan mengubah paradigma menjadi quality tourism. Ini menjadi quality tourism ini juga kita didukung dengan ditetapkannya Candi Borobudur sebagai destinasi pariwisata super prioritas, kemudian didukung juga ada dokumen integrated tourism master plan (ITMP). Di sana (ITMP) disebutkan untuk kunjungan di Candi Borobudur harus dibatasi dan malah disebar ke kawasan," tutur Wiwit.
Dia juga menjelaskan angka kuota 1.200 orang per hari yang disampaikan oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Angka itu, kata Wiwid, didapat dari kajian.
"Kita akan mengubah paradigma itu kajian penelitian yang keausan, kemudian lebih spesifik lagi menjadi kajian carrying capacity. Akhirnya, kita memperoleh angka dari undak, selasar, lorong sampai atas itu diakumulasi jumlahnya 1.259 (orang per hari) sebenarnya. Ini angka matematisnya seperti itu 1.259, namun mungkin karena Pak Menko atau pejabat lainnya ketika mendengarkan informasi dari kita mengambil angkanya yang gampang 1.200. Seperti kalau secara perhitungan 1.259 itu kita akan batasi jumlah kunjungan dalam satu hari hanya sejumlah itu," pungkasnya.
(sip/ams)