Dugaan Pemalsuan Tanda Tangan-Suap Rp 15 Juta di Balik Penghentian Liga 2

Nasional

Dugaan Pemalsuan Tanda Tangan-Suap Rp 15 Juta di Balik Penghentian Liga 2

Tim detikX - detikJateng
Selasa, 24 Jan 2023 14:27 WIB
Logo Liga 2
Liga 2 (Foto: dok.Internet)
Solo -

PSSI memutuskan menghentikan kompetisi Liga 2 2022. Beredar kabar adanya dugaan manipulasi atau pemalsuan tanda tangan perwakilan klub Liga 2 dan dugaan suap Rp 15 juta per tanda tangan.

Dilansir detikX, Selasa (24/1/2023), pada 14 Desember 2022 PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan pengurus PSSI menggelar pertemuan 'Owner Club Meeting' dengan petinggi 20 klub Liga 2 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Pertemuan itu dimaksudkan untuk membicarakan kelanjutan Liga 2.

Seusai pertemuan, beredar di media sosial lembar pernyataan yang telah ditandatangani oleh mayoritas peserta rapat yang menyatakan sepakat diberhentikannya Liga 2. Namun, belakangan, beberapa orang mengaku tanda tangannya sengaja dipalsukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengakuan Perwakilan Klub

Kepada tim detikX, beberapa petinggi klub yang hadir saat itu membenarkan ada tindakan manipulasi dalam proses tanda tangan dan dugaan upaya pemberian suap Rp 15 juta bagi petinggi klub yang setuju Liga 2 diberhentikan.

Wakil Ketua Karo United, Effendy Syahputra mengaku hadir dalam pertemuan tersebut dan tidak setuju atas penghentian Liga 2. Dia sempat ditawari uang Rp 15 juta agar setuju Liga 2 dihentikan.

ADVERTISEMENT

"Memang ada, pembagian itu ada. Saya pastikan itu ada, tapi saya menolak dan saya tidak tahu siapa teman-teman yang menerima. Saya pastikan tawaran itu ada asalkan menandatangani surat itu," ucap Effendy kepada reporter detikX, dilansir detikX Selasa (24/1/2023).

Effendy menuturkan klub lain yang hadir, seperti Persiba, Bekasi FC, PSIM, PSMS, Sulut United, Nusantara United FC, dan Persipura, juga menolak rencana penghentian Liga 2.

Walaupun menolak, tanda tangan Effendy justru dipalsukan. Adapun daftar tanda tangan yang beredar di publik, menurutnya, adalah daftar absensi rapat. Namun lembar tanda tangan itu dimasukkan ke format surat pernyataan penghentian Liga.

"Tanda tangannya itu untuk absensi, tapi penulisan nama-namanya itu, itu bukan tulisan kita, itu scan-scan-an aja. Jadi saya kategorikan itu tanda tangan palsu. Saya tidak nuduh siapa-siapa (pelakunya), tapi Amir Burhanuddin (CEO Deltras Sidoarjo) juga ada di pertemuan itu," ucapnya.

Direktur Teknik PT Kinantan Medan Indonesia (perusahaan yang menaungi PSMS Medan) Andry Mahyar juga hadir di Hotel Sultan. Menurutnya, saat itu ada dua forum yang terjadi. Pagi hingga siang forum 'Owner Club Meeting' dipimpin langsung oleh Direktur Utama PT LIB Ferry Paulus.

"Kalau absensi, kami tanda tangan pagi. Nah, upaya pemberian uang itu malam. Absensi dan lembar yang beredar itu berbeda. Lembar pertamanya beda," ucapnya kepada reporter detikX.

Setelah forum pertama, pihak PSMS sempat disodori absensi dan sejumlah uang yang disebut sebagai pengganti uang transportasi. Namun, menurutnya, form tanda tangan itu disodorkan tanpa lembar pertama.

Saat diminta, ternyata lembar pertama form tanda tangan itu terkait persetujuan penghentian Liga. Dengan itu, Andry mengaku langsung menolak membubuhkan tanda tangan.

"Kalau yang menyodorkan (uang) langsung itu orang staf biasa. Kami menolak dan tidak tanda tangan," ucapnya.

Menurut Andry, alasan penghentian Liga 2 tidak masuk akal. Menurutnya, klub yang tidak sanggup melanjutkan Liga, harusnya menyatakan mengundurkan diri dan akan dikenai sanksi degradasi, bukan liganya yang justru dibatalkan. Ini seusai dengan Pasal 7 dalam Regulasi Liga 2 2022/2023.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Manajer Persipura Jayapura Yan Permenas Mandenas mengatakan pertemuan 14 Desember bukanlah untuk menyepakati Liga 2 berhenti. Namun justru untuk merundingkan opsi-opsi yang mungkin dipilih guna melanjutkan Liga 2.

Dalam pertemuan tersebut, Yan dan Persipura sepakat menolak opsi dihentikannya Liga 2. Menurutnya, dalam forum, hanya ada satu hingga dua klub yang ingin Liga berhenti.

Yan mengatakan forum itu digelar pagi hingga siang, dipimpin langsung oleh Ferry Paulus dan dihadiri oleh Waketum PSSI.

"Nah, opsi itu disampaikan, baru nanti owner dikumpulkan lagi untuk mendengar hasil rapat antara LIB dan PSSI. Tapi tiba-tiba sepihak diputus Liga berhenti. Keputusan itu hanya menguntungkan sejumlah pihak, termasuk orang-orang di PSSI," tegas Yan kepada reporter detikX.

Di sisi lain, Yan membenarkan ada pemberian uang dan tanda tangan palsu di Hotel Sultan tersebut. Momen itu, menurut Yan, terjadi pada malam hari pada 14 Desember 2022.

Yan secara tegas dan yakin mengetahui proses suap dan manipulasi tanda tangan tersebut. Menurut Yan dan beberapa narasumber detikX yang lain, tindak kecurangan itu dikoordinasi oleh Amir Burhanuddin, yang menjabat Wakil Ketua Asprov PSSI Jatim sekaligus CEO Deltras Sidoarjo.

Yan menuturkan, sejak awal curiga karena, saat masuk ke ruang rapat, dia tak diminta tanda tangan absensi. Kecurigaan itu akhirnya terbukti. Ia mendengar dan melihat sejumlah orang berkeliling ke kamar-kamar peserta untuk menyodorkan lembar tanda tangan sembari memberi Rp 15 juta kepada mereka yang bersedia membubuhkannya.

Menurut Yan, sebagian peserta menerima dan membubuhkan tanda tangan karena mengira itu absensi dan uang pengganti transportasi seperti biasa. Namun, belakangan, lembar tanda tangan itu memiliki lampiran pertama yang berisi kesepakatan penghentian Liga.

"Itu Amir otaknya, dia ketua kelasnya, yang atur lalu lintasnya. Memang ini ada akal-akalan. Saya tidak menuduh, tetapi Ferry memang menugaskan Amir dan Amir melakukan itu bersama timnya," tegas Yan.

Persipura memutuskan tidak tanda tangan sejak awal dan tidak menerima uang tersebut. Setelah kejadian itu, Yan dan rekannya memutuskan pulang dan tidak menginap di Hotel Sultan.

Menurut Yan, mayoritas klub sepakat melanjutkan Liga dengan sistem bubble atau pembagian wilayah. Sistem itu dipandang lebih menghemat waktu dan biaya. Adapun klub yang tidak sanggup dapat dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Direktur Operasional Persiba Balikpapan Imam Turmudzi juga mengaku telah dipalsukan tanda tangannya. Kepada tim detikX, Imam mengatakan tidak menerima uang Rp 15 juta tersebut. Namun dia tidak menampik bahwa ada kabar terkait tindakan suap tersebut.

"Saya cuma tanda tangan terkait opsi adanya sistem bubble, bukan penghentian Liga," ucapnya kepada reporter detikX.

Konfirmasi Ferry dan Amir

Sementara itu, saat coba dimintai konfirmasi terkait dugaan pemufakatan jahat di Hotel Sultan, Dirut PT LIB Ferry Paulus mengaku tidak tahu-menahu.

"Saya tidak tahu karena kami, LIB, sudah keluar dari arena rapat (setelah forum usai)," ucap Ferry kepada reporter detikX.

Tim detikX juga telah mencoba berkali-kali menghubungi Amir Burhanuddin dan menyampaikan sejumlah pertanyaan. Sayangnya, Amir hanya merespons melalui pesan singkat. Saat ditanya apakah benar ia menjadi koordinator pemberian uang dan tanda tangan palsu, ia menyangkal.

"Tidak benar sama sekali. Selebihnya saya tidak tahu," kata Amir kepada reporter detikX.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads