Pemain sepakbola Iran, Amir Nasr-Azadani, dituding ikut dalam protes anti-pemerintah dan kampanye hak-hak perempuan di negaranya. Amir pun dikabarkan terancam hukuman mati.
Melansir detikSepakbola, kabar ancaman hukuman mati Amir disampaikan organisasi pesepakbola profesional dunia, FΓ©dΓ©ration Internationale des Associations de Footballeurs Professionnels (FIFPRO).
Melalui akun Twitter resminya, FIFPRO menuntut pemerintah Iran mencabut hukuman tersebut dan membebaskan Amir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"FIFPRO terkejut dan muak dengan laporan bahwa pesepakbola profesional Amir Nasr-Azadani menghadapi eksekusi di Iran setelah mengkampanyekan hak-hak perempuan dan kebebasan dasar di negaranya," tulis FIFPRO di Twitter, dikutip dari detikSepakbola.
"Kami berdiri dalam solidaritas dengan Amir dan menyerukan agar hukumannya segera dicabut," imbuh FIFPRO.
Untuk diketahui, Amir Nasr-Azadani aktif bermain di klub divisi dua Iran, Iranjavan FC, pada musim lalu. Amir menjadi bek kanan. Dia juga pernah dipanggil ke Timnas Iran U-16.
Amir dikabarkan ikut demonstrasi anti-pemerintah yang meluas di Iran. Demonstrasi itu buntut dari kematian Mahsa Amini, perempuan yang tewas usai ditahan polisi moral Iran pada September 2022.
Polisi moral Iran menangkap Mahsa Amini karena mengenakan pakaian yang dinilai tak memenuhi aturan negara tersebut. Seperti diketahui, sejak Revolusi Islam 1979, Iran mewajibkan seluruh warganya yang perempuan untuk memakai hijab.
Gelombang protes menuntut kebebasan dan hak-hak perempuan di Iran pun membuncah sejak kematian Mahsa Amini. Pemerintah Iran pun bersikap reaktif dalam menghadapi demonstrasi ratusan warganya yang turun ke jalan.
Diberitakan Daily Mail yang dikutip detikSepakbola, Iran telah menghukum mati pegulat bernama Majid Reza Rahnavard di depan umum. Pegulat itu dieksekusi karena turut berpartisipasi dalam protes mendukung Mahsa Amini.
(dil/ahr)