Gairah sepak bola di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat tinggi. Buktinya banyak klub baik dari kasta ketiga hingga kasta tertinggi kompetisi di Indonesia masih eksis hingga saat ini.
PSS Sleman adalah salah satunya. Klub yang bermarkas di Stadion Maguwoharjo Sleman itu sejak musim 2019 telah menembus kasta tertinggi atau Liga 1. Di balik sukses itu tak lepas dari 'kegilaan' para suporternya.
Slemania, Brigata Curva Sud (BCS), ataupun Sleman Fan adalah bahan bakar Super Elang Jawa bisa berbicara banyak di kompetisi Indonesia. Mereka tak lelah bernyanyi dan mendukung kebanggaan selama 90 menit kala PSS bertanding di lapangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tiap tribun Maguwoharjo, ada satu 'penguasa'. Di tribun hijau utara, ada Slemania, kelompok suporter tertua di PSS Sleman. Ketum Slemania Rengga Dian Senjaya menceritakan sejarah terbentuknya kelompok ini.
Awal mula terbentuknya Slemania adalah respons atas aksi pemukulan suporter PSS saat berlaga di Divisi I Liga Indonesia. Kemudian para tetua suporter mengadakan rapat di Griya Kedaulatan Rakyat, pada 9 Desember 2000 untuk membentuk suatu wadah suporter agar terorganisir. Rapat ini memutuskan digelarnya 'Sayembara Nama Wadah Suporter PSS'.
Beragam nama didapatkan dalam sayembara tersebut, seperti Slemania, Slemanisti (Sleman Mania Sejati), dan Baladamania (Barisan Pecinta Laskar Sembada). Ada pula usulan nama Papesanda (Pasukan Pendukung Laskar Sembada), Lambada (Laskar Sleman Sembada), Patram (Pasukan Putra Merapi), dan banyak lagi.
Akhirnya nama Slemania dipilih sebagai pemenang pada 22 Desember 2000. Ditetapkan pula oleh Panitia dan Pengurus PSS sebagai nama wadah suporter PSS.
"Slemania ada itu karena PSS Sleman. Kemudian ada sayembara nama dan waktu itu terpilihlah nama Slemania yang menang Supribadi orang Sewon, Bantul. Terus dibikin kepengurusan Ketum pertama almarhum Tri Murti Wahyu W," kata Rengga kepada detikJateng beberapa waktu lalu.
Pada medio 2003, terbentuk wadah untuk suporter PSS Sleman yang khusus bagi kaum hawa yakni Slemanona. "Ini untuk mengorganisir suporter wanita yang mendukung PSS Sleman," ucapnya.
Menurut Rengga saat ini anggota Slemania berjumlah ribuan orang yang memiliki KTA. Itu tersebar di 3 korwil. Anggota Slemania juga tersebar di Kabupaten Sleman, luar kota, bahkan beberapa di luar negeri yang merantau karena sekolah atau sebagai TKI.
Slemania pun sempat mendapat penghargaan sebagai suporter terbaik se-Indonesia versi ANTV pada 2005 atau saat berlaga di Divisi Utama. Mengalahkan Laskar Benteng Viola (Persita Tangerang) dan The Macz Man (PSM Makassar). Namun, pasang surut bukan hanya dialami oleh tim. Kelompok suporter juga turut mengalami hal itu.
Slemania pun sempat vakum dan anggotanya hilang satu per satu. Namun, Rengga punya keyakinan untuk memberikan warna baru bagi Slemania.
Menurut Rengga, cara menjadi anggota Slemania cukup mudah. Siapapun bisa menjadi Slemania. "Cukup mendukung PSS Sleman di tribun utara, sudah bisa dikatakan menjadi Slemania," katanya.
"Tapi, ke depannya anggota Slemania bakal didata dengan penggunaan sistem KTA untuk pendataan anggota laskar atau independen," ucap Rengga menambahkan.
Brigata Curva Sud (BCS)
Bergeser ke tribun selatan Maguwoharjo ada satu kelompok suporter yang lebih muda dari Slemania. Isinya anak-anak muda kreatif yang mendukung PSS Sleman selama 90 menit pertandingan. Berdiri dan bernyanyi tanpa henti demi satu nama kebanggaan di dada.
Kelompok itu bernama Brigata Curva Sud (BCS). Nama BCS berasal dari bahasa Italia dengan arti pasukan tribune selatan. Penggunaan bahasa itu terinspirasi ideologi suporter Ultras Italia. Mereka meneriakkan yel-yel, menyanyi, membuat koreografi, hingga kreativitas lain sepanjang pertandingan.
Dulu, BCS tak sebesar sekarang. Mulanya, orang-orang di BCS masih masuk dalam payung Slemania. Kendati hanya segelintir saja, BCS ora muntir dan tetap mendukung PSS. Hingga akhirnya lambat laun mereka diakui oleh publik sepak bola Tanah Air.
BCS pada awalnya dibentuk oleh lima komunitas suporter PSS Sleman pada 2010, dengan mengadopsi kultur tifosi atau suporter Italia. Istilah-istilah dunia suporter Italia begitu kental pada BCS ketika bernyanyi atau meneriakkan yel-yel, seperti Vinci per noi, Siamo noi, hingga Bianco Verde, dan Ale. Pada Februari 2017 BCS dinobatkan sebagai suporter ultras terbaik di Asia oleh sebuah situs digital pecinta bola dunia.
BCS dikenal memiliki semboyan No Leader Just Together. Meski tak ada pemimpin, bukan berarti tak ada aturan. Prinsip ini kemudian yang mendasari dengan pegangan 'keputusan tertinggi ada pada Forum BCS'.
"Masuk BCS itu mudah, menjadi BCS itu yang sulit. Mengapa sulit? Harus disadari bersama bahwasanya BCS mempunyai rules sebagai komunitas. Rules ini tentunya untuk mengatur tatanan dalam berkomunitas baik secara internal maupun eksternal. No Leader Just Together, memaparkan dengan jelas bahwa yang kami junjung adalah prinsip kebersamaan dan sama rata," begitulah gambaran BCS seperti dikutip dari situs resmi mereka.
BCS menerapkan aturan ketat bagi anggotanya. Dari wajib bersepatu, beratribut serba hitam, dilarang meniup terompet, sampai harus berdiri sepanjang pertandingan. Suporter BCS juga wajib membeli tiket pertandingan.
"Tidak ada satu atau lebih nama yang kedudukannya lebih tinggi di tribune selatan. Semua sama, tribune adalah tempat egaliter bagi kita. Yang tua menggandeng yang muda, yang muda menghormati yang tua. Yang berhenti bernyanyi tidak boleh marah jika diajak bernyanyi, yang duduk tidak boleh tersinggung jika diajak berdiri. Laki-laki dan perempuan tidak menjadi pembeda," lanjutnya.
Ciri paling khas adalah BCS selalu mengenakan kaus berwarna hitam dan memberlakukan wajib bersepatu ketika menyaksikan PSS bertanding. Keringat pemain yang berlari-lari sepanjang 2x45 menit di lapangan harus diapresiasi dengan sopan. Caranya adalah dengan berpenampilan pantas ketika menyaksikan PSS berlaga.
BCS berdiri dan bernyanyi selama 2x45 menit tanpa henti. Lagu-lagu (chants) yang dinyanyikan hampir semua adalah lagu baru yang belum pernah dinyanyikan oleh kelompok suporter lain di Indonesia.
BCS juga kerap melakukan koreografi. Koreo ini merupakan kombinasi gerakan menggunakan kertas warna-warni dan membentuk pola tertentu. Koreo ini lazim dilakukan oleh suporter-suporter di Italia. BCS berani menciptakan bentuk-bentuk yang sulit melalui koreo tersebut.
(rih/sip)