Cerita Brigadir Eko Ingin Sebarkan Kebaikan dengan Bangun Ponpes di Wonogiri

Cerita Brigadir Eko Ingin Sebarkan Kebaikan dengan Bangun Ponpes di Wonogiri

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Selasa, 22 Jul 2025 21:27 WIB
Anggota Polsek Wuryantoro Polres Wonogiri, Brigadir Eko Julianto, saat di pondok pesantren yang ia dirikan. Foto diunggah Selasa (22/7/2025).
Anggota Polsek Wuryantoro Polres Wonogiri, Brigadir Eko Julianto, saat di pondok pesantren yang ia dirikan. Foto diunggah Selasa (22/7/2025). Foto: dok. Brigadir Eko
Wonogiri -

Dakwah, menjadi jalan hidup bagi seorang anggota Polsek Wuryantoro, Polres Wonogiri, Brigadir Eko Julianto. Dengan dakwah, ia ingin menyebarkan kebaikan, dan menuntun orang-orang ke jalan yang lebih baik.

Dia juga merintis berdirinya Pondok Pesantren (Ponpes) bernama Santri Manjung, di Dusun Manjung Wetan RT 02/III, Desa Manjung, Kecamatan/kabupaten Wongiri. Di sana, ia menampung ratusan murid untuk belajar secara gratis.

"Saat ini sudah ada sekitar 500-an santri. Di Pondok kita komplet, ada SD, SMP, dan SMA. Anak-anak di sini itu iya ngaji, iya sekolah," kata Eko saat dihubungi detikJateng, Selasa (22/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia ingin, generasi penerus menjadi orang baik, benar, namun tetap pintar. Pendidikan agama ditanamkan agar anak menjadi orang benar, lalu disusul dengan pendidikan sesuai kurikulum yang berlaku.

Ponpes itu mulai ia rintis sekira tahun 2012 silam. Saat itu, ia tidak memiliki modal apa-apa, dan hanya memiliki 7 santri.

ADVERTISEMENT

"Konsep awalnya (buat Ponpes) itu saya tidak pernah paham. Saya bukan orang baik, dan bukan orang kaya. Tapi saya melihat anak-anak ini generasi penerus, calon penerus pemimpin masa depan. Kalau generasi penerus salah jalan, salah didikan, mau jadi apa kita," ucapnya.

"Dari situ, saya sebagai anggota Polri beranikan diri, dan terus berjuang. Berawal dari 7 santri, dan berkembang sampai sekarang," imbuhnya.

Untuk membangun gedung pondok, Eko berutang ke bank sebesar Rp 350 juta yang dicicil hingga belasan tahun dengan gajinya sebagai seorang polisi.

Pria kelahiran Sragen, 16 Agustus 1989 menuturkan, semua santrinya digratiskan dari biaya apapun. Dengan tidak ada biaya untuk mondok, dia berharap mampu menarik para calon santri untuk mengenyam pendidikan di Ponpesnya.

Saat ini, biaya operasional Santri Manjung menelan anggaran hingga ratusan juta rupiah. Selain tidak melakukan pemungutan biaya kepada santrinya, Eko juga tidak membuat proposal bantuan.

"Saya sampai beranikan sewa bank sampai sekarang belum lunas untuk Ponpes ini. Saya tidak bisa menyuruh orang sedekah, kalau saya belum bisa memberikan contoh," ucapnya.

"Sampai Pondok kami sering mendapatkan bantuan, tapi Pondok kita pernah mengajukan proposal bantuan. Kita tidak boleh minta-minta," tegasnya.

Dia menyebut, ada satu lulusan santrinya yang saat ini menjadi anggota Polri.

Anggota Polsek Wuryantoro Polres Wonogiri, Brigadir Eko Julianto, saat di pondok pesantren yang ia dirikan. Foto diunggah Selasa (22/7/2025).Anggota Polsek Wuryantoro Polres Wonogiri, Brigadir Eko Julianto, saat di pondok pesantren yang ia dirikan. Foto diunggah Selasa (22/7/2025). Foto: dok. Brigadir Eko

Menjadi Dai

Eko sendiri juga sering mengisi dakwah di berbagai tempat. Saat memberikan dakwah, Eko sering mengenakan atribut Polrinya.

"Ternyata dengan adanya anggota Polri yang berdakwah dengan seragamnya ini, masyarakat antusias. Karena itu upaya Polri lebih dekat dengan masyarakat, dan masyarakat lebih dekat Polri," kata Eko.

Dalam dakwahnya, Eko mampu diterima berbagai kalangan, dari anak jalanan, anak punk, mantan pengguna narkoba, dan sebagainya. Eko pun sering memberikan edukasi positif bagi masyarakat dalam dakwahnya.

Dia terkadang heran dengan tindakan masyarakat yang membawa bendera saat mendatangi acara dakwahnya. Namun dia bersyukur, dakwahnya bisa diterima oleh semua kalangan.

"Bagi saya dakwah bukan sebuah profesi. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat dengan sesama," ucapnya.

Menerima Pemuda Tersesat

Istilah pemuda tersesat sering kali digunakan untuk memberikan jalan bagi orang yang ingin kembali ke jalan kebaikan.

Selain menerima santri untuk mengenyam pendidikan, Eko mengatakan, Ponpesnya juga sering didatangi orang-orang yang ingin bertobat dan mempelajari ilmu agama. Dengan senang hati, ia menerima orang yang datang ke Ponpesnya.

"Mantan pengguna narkoba, anak jalanan, pemabuk, yang ngaji di tempat kami banyak. Menurut saya mereka adalah berlian, mereka hidup dari sebuah proses. Semua amal itu tergantung amal akhir, saya tidak pernah melihat masa lalunya," ucapnya.

"Menurut kami Islam itu solusi, bukan diskriminasi. Jadi Islam itu harus memberikan solusi, bukan menyalahkan," sambungnya.

Eko menjelaskan, bagi orang-orang yang tidak tahu arah pulang, pendekatannya tidak bisa dengan kekerasan, tapi dengan sentuhan rohani, dan kasih sayang.

"Kita tidak pernah melihat kekurangan seseorang, kita selalu berpikiran positif, berjalan di jalan Allah, niscaya kebahagiaan akan datang sendiri," pungkasnya.




(apu/afn)


Hide Ads