Bosan dengan kuliner soto yang tampilan kuahnya keruh? Silakan datang ke Warung Soto Bening Jatinom. Sesuai namanya, warung soto tepi Jalan Raya Klaten-Boyolali, Desa Jemawan, Kecamatan Jatinom itu menyajikan soto dengan kuah yang benar-benar bening.
Saking beningnya, kuah soto di warung yang sudah ada sejak 13 tahun lalu itu sebening air mineral. Saat disajikan, nasi, suwiran daging ayam kampung dan sayur yang tenggelam di dasar mangkuk pun bisa jelas terlihat.
Meskipun tampilannya bening, aroma rempahnya tetap kuat. Cita rasa sedapnya semakin kuat karena selain ada potongan daun seledri dan bawang goreng, ada toping irisan kentang goreng yang ukurannya cukup besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika pengin lebih bervariasi, penikmat soto Bening Jatinom bisa menambahkan gorengan atau bacem, seperti tempe, tahu, bakwan, perkedel dan sebagainya. Penggemar sate-satean tidak perlu khawatir karena tersedia berbagai jenis sate ayam, sapi atau telur.
Untuk rasa kriuknya tidak hanya kerupuk, bisa dicoba karak Klaten (sejenis kerupuk berbahan beras rasanya gurih). Saat detikJateng menyeruput kuah, kaldu dan bumbu rempahnya tetap terasa kuat meskipun kuahnya bening.
"Dulu sebelum soto saya cuma bikin kopi, samping sini kan cucian mobil. Lalu pada lapar saya coba jualan soto, lama kelamaan pada nyoba sampai akhirnya jualan soto dan karena kuahnya bening pelanggan usul dinamai soto bening," ungkap pemilik warung, Ekowati (40) kepada detikJateng, Sabtu (20/9/2025) siang.
Dari warung kecil di teras rumah, tutur Ekowati, warungnya terus dikenal luas masyarakat dan berkembang. Kini satu putranya juga merintis usaha soto dengan brand yang sama.
"Anak saya buka di seberang jalan sana. Saya buka jam 06.00-15.00 WIB, tapi anak saya buka sore sehingga warga yang makan sore tetap bisa mampir," terang Ekowati.
![]() |
Dari sisi harga, kata Ekowati, dirinya tidak berani mematok harga terlalu tinggi karena menyadari posisi warungnya di kampung. Satu mangkuk soto masih dijual Rp 9.000.
"Harga masih Rp 9.000, karena ini masih di kampung. Menggunakan bahan juga ayam kampung tapi meski bening saya kuati di toping bawang dan kentang goreng," lanjut Ekowati.
Dalam sehari, sebut Ekowati, warungnya mampu menjual sekitar 150 porsi di hari biasa dan lebih banyak di akhir pekan. Sebelum ada jalan tol Jogja-Solo, jumlahnya lebih besar lagi.
"Setelah ada jalan tol ya ada penurunan tapi masih banyak pelanggan yang kangen ke sini. Dari Semarang mau ke Yogyakarta atau sebaliknya banyak yang turun tol dulu di exit Ngawen, lalu sarapan ke sini dulu," papar ibu tiga anak tersebut.
Ekowati menambahkan ciri khas soto di warungnya meskipun kuahnya bening tapi tetap mengedepankan rasa. Bumbu rempah yang dimasak diendapkan lebih dulu.
"Tetap ada rempahnya, ya di bawah rempahnya. Kalau yang lain diaduk, di sini saya panaskan pelan, diendapkan diambil beningnya sehingga bumbu rempah tetep terasa," kata Ekowati.
"Di sini ciri khasnya juga ada di camilan. Ada tiwul (berbahan singkong), tape ketan untuk membuat wedang tape, karak sampai ada bolu emprit yang mungkin tidak ada di warung soto lain karena makanan jadul," imbuh Ekowati yang mengaku warungnya sudah ditawar franchise beberapa pihak.
Lalu di mana alamatnya? Mencari warung Soto Bening Jatinom milik Ekowati tidak sulit. Posisi warung di tepi jalan raya Klaten-Boyolali sekitar 2 kilometer dari Exit Tol Ngawen.
Warung berada di tepi jalan besar dengan halaman parkir luas samping masjid. Terdapat pohon beringin besar di depan warung sebagai penanda yang ikonik.
Sutopo (50) warga Ampel, Boyolali mengatakan dirinya sudah lama menjadi pelanggan warung Soto Bening Jatinom. Setiap hendak ke Klaten atau Jogja dirinya selalu mampir.
"Saya setiap lewat sini mampir ke sini. Kalau malam di warung seberang (milik anak Ekowati), di sini murah, enak, rasanya beda," kata Sutopo.
"Banyak warung soto yang bening tapi biasanya cuma saya makan nasi dan sayurnya tapi kalau di sini saya habiskan sampai kuahnya. Kuahnya sedap dan panasnya lama, seger," imbuhnya.
(aku/alg)