Mengintip Proses Masak Bubur India Legendaris di Masjid Pekojan Semarang

Mengintip Proses Masak Bubur India Legendaris di Masjid Pekojan Semarang

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 03 Mar 2025 18:24 WIB
Proses memasak bubur Inda di Masjid Pekojan Semarang, Senin (3/3/2025). Proses memasak ini menggunakan alat khusus seperti dandang tembaga dan bahan bakar kayu agar matang merata.
Proses memasak bubur Inda di Masjid Pekojan Semarang. (Foto: Angling Adhitya/detikJateng)
Semarang -

Setiap bulan Ramadan, masjid di Kampung Petolongan Kota Semarang ini selalu menyajikan menu bubur India yang cita rasanya terjaga lebih dari 100 tahun. Tongkat estafet juru masak bubur terus diberikan kepada para penerusnya yang bersedia.

Namanya Masjid Djami Pekodjan, tepatnya berada di Jalan Petolongan I, Semarang. Kesibukan takmir masjid menyiapkan sajian berbuka sudah dimulai bakda salat zuhur. Para juru masak ini lalu ke bagian belakang masjid tempat kuali atau dandang tembaga berukuran besar dipanaskan memakai api dari kayu bakar.

Marboot masjid, Ahmad Paserin (54) alias Sirin, kini menjadi juru masak bubur India setelah juru masak sebelumnya, Ahmad Ali bin Ali Yasin meninggal tahun 2022 lalu. Sirin merupakan perantau dari Jawa Timur, namun dia sudah membantu membuat bubur India selama 10 tahun. Ia pun ditunjuk Ali sebagai penerusnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya belajarnya cukup lama, sudah 10 tahun. Saya bukan keturunan asli sini, saya pendatang," kata Sirin di Masjid Jami Pekojan, Senin (3/3/2025).

Sirin sudah bersiap sejak pukul 10.00 WIB dengan meracik bahan-bahan rempah yang akan diaduk dalam kuali. Beberapa bahan itu antara lain daun salam, daun serai, daun pandan, bawang merah, bawang putih, jahe, dan lainnya.

ADVERTISEMENT

"Persiapan dari jam 10.00 WIB, mulai racik bumbu. Setelah zuhur sudah jadi tinggal masukin beras dan bumbu," tegasnya.

Proses memasak bubur Inda di Masjid Pekojan Semarang, Senin (3/3/2025). Proses memasak ini menggunakan alat khusus seperti dandang tembaga dan bahan bakar kayu agar matang merata.Proses memasak bubur Inda di Masjid Pekojan Semarang, Senin (3/3/2025). Proses memasak ini menggunakan alat khusus seperti dandang tembaga dan bahan bakar kayu agar matang merata. Foto: Angling Adhitya/detikJateng

Setelah bumbu, santan, dan beras tercampur, maka Sirin mengaduk menggunakan pengaduk kayu selama sekitar satu jam. Ia mengatakan selain bumbu, alat masak seperti dandang tembaga dan juga kayu bakar juga diperhatikan.

"Pernah pakai gas, ternyata panasnya tidak merata. Ini pakai dandang tembaga juga karena isinya banyak, pakai aluminium tidak kuat," ujarnya.

Butuh 20 kg beras untuk menyediakan 200 porsi lebih bubur India. Nantinya setelah azar akan berdatangan warga yang membawa wadah sendiri untuk mengambil bubur. Kemudian menjelang maghrib, Sirin mulai menyiapkan mangkuk warna-warni yang disediakan bagi jemaah yang berbuka di masjid.

Bubur India memiliki lauk atau topping berbeda setiap harinya karena menyesuaikan dari pemberian donatur. Untuk hari ini, lauknya yaitu telur dan kari dilengkapi buah-buahan. Meski lauk tak selalu sama, cita rasa dari buburnya sendiri masih sangat terasa.

"20 kg ini untuk 200 porsi lebih. Ada yang buat warga di sini. Ada juga untuk warga yang datang," jelas Sirin.

Awal Mula Berbuka dengan Bubur India

Bubur India sudah ada sejak 100 tahun lebih. Awalnya di daerah Petolongan menjadi persinggahan pedagang dari Gujarat, India, dan Pakistan. Untuk memfasilitasi tempat ibadah bagi para pedagang, maka dibangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Jami Pekojan.

Kala itu saat Ramadan para musafir sering berbuka di masjid yang dibangun para pedagang. Kebanyakan membawa bubur hingga akhirnya menjadi tradisi berbuka dengan bubur. Namun, terkait asal muasal penamaan bubur India hingga kini belum ada yang mengetahui secara pasti.

"Kurang tahu ya kalau nama bubur Indianya. Tapi sudah ada sejak dulu pedagang Pakistan ke sini," kata Sirin.

Proses memasak bubur Inda di Masjid Pekojan Semarang, Senin (3/3/2025). Proses memasak ini menggunakan alat khusus seperti dandang tembaga dan bahan bakar kayu agar matang merata.Beberapa relawan menghidangkan bubur India ke mangkuk di Masjid Pekojan Semarang, untuk menu berbuka puasa. Foto: Angling Adhitya/detikJateng

Masjid Pekojan sendiri masih menjaga keaslian di beberapa bagiannya. Menurut catatan di kebudayaan.kemdikbud.go.id, Masjid Jami Pekojan itu dibangun di era 1295 Hijriah atau sekitar 1878 Masehi oleh Syeh Latief yang berasal dari Koja dan kini sudah menjadi cagar budaya.

Di sekeliling masjid juga ada makam warga zaman dulu yang masih terjaga. Ada juga makam yang masih didatangi peziarah yaitu makam Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus yang diyakini sebagai makam salah seorang tokoh perempuan yang masih keturunan nabi. Sosok Syarifah Fatimah sendiri dikenal sebagai warga yang baik hati dan suka membantu warga di sekitar sana.




(ams/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads