Sebagai salah jenis minyak yang cukup mudah dijumpai, minyak babi sering kali digunakan dalam berbagai olahan masakan. Ternyata ada berbagai fakta dan mitos minyak babi yang selama berkembang di kalangan masyarakat. Apa saja itu?
Mengutip dari jurnal 'Analisis Minyak Babi Pada Krim Pelembab Wajah yang Mengandung Minyak Zaitun dengan Menggunakan Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR)' oleh Putri Assifa, dijelaskan bahwa minyak babi adalah lemak yang berasal dari jaringan lemak hewan babi. Biasanya istilah ini juga dapat disebut sebagai lard.
Umumnya, minyak babi diambil dari bagian dinding perut babi yang dikenal memiliki kualitas paling tinggi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Adapun cara mengolah minyak babi dilakukan dengan dry rendering yang melibatkan proses ekstrasi minyak hewan dengan proses pemanasan tanpa air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun telah dikenal sebagai salah satu bahan makanan yang cukup populer digunakan di berbagai masakan, ternyata ada beragam fakta dan mitos yang menyertai minyak babi. Nah, bagi detikers yang penasaran ingin mengetahuinya, artikel ini akan merangkum informasinya secara rinci. Simak baik-baik penjelasannya berikut ini.
6 Fakta dan Mitos Minyak Babi
1. Lebih Sedikit Kandungan Trigliserida
Fakta minyak babi pertama adalah memiliki kandungan trigliserida yang lebih sedikit. Masih merujuk dari jurnal yang sama, dikatakan bahwa lemak pada minyak babi mengandung trigliserida yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kandungan trigliserida pada lemak sapi.
KBBI mendefinisikan trigliserida sebagai molekul yang terdiri atas gliserol dan tiga molekul asam lemak. Kemudian turut dijelaskan bahwa asam lemak yang paling besar terkandung dalam minyak babi adalah asam palmitat, asam oleat, dan asam sterat.
2. Kadar Lemak yang Tinggi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, minyak babi dihasilkan melalui proses ekstraksi yang biasanya diambil dari bagian dari tubuh hewan ini. Meskipun lebih sedikit trigliserida dibandingkan lemak sapi, ternyata lemak pada babi justru memiliki kadar lemak yang tinggi. Menurut buku 'Ilmu Bahan Makanan' oleh Yosfi Rahmi dan Titis Sari Kusuma, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di tahun 2018 telah memberikan informasi kandungan lemak babi.
Dipaparkan bahwa setiap 100 gram lemak babi mengandung setidaknya 902 kal energi dan 100 gram lemak. Artinya, setiap 1 gram lemak babi memiliki kandungan 9 kal. Inilah yang membuat lemak babi dikenal memiliki kandungan kadar lemak yang cenderung tinggi.
3. Lemak Masak Tidak Sehat
Tingginya lemak yang terkandung di dalam lemak babi rupanya memicu anggapan bagi tidak sedikit orang bahwa jenis lemak yang satu ini tidaklah sehat untuk digunakan. Padahal dijelaskan dalam laman All Recipes, meskipun lemak babi memiliki konsentrasi asam lemak jenuh dan kolesterol yang cenderung tinggi, ada kelebihan tersendiri yang dimiliki oleh jenis lemak masak yang satu ini.
Dikatakan bahwa banyak juru masak yang lebih memilih lemak babi dibandingkan lemak nabati maupun mentega. Alasannya karena lemak babi justru memiliki kandungan lebih sedikit lemak trans dibandingkan lemak nabati. Tidak hanya itu, lemak babi juga mengandung lebih sedikit lemak jenuh apabila dibandingkan dengan mentega. Meskipun begitu, penggunaan minyak babi tetaplah harus diperhatikan.
4. Bisa Digunakan untuk Berbagai Metode Memasak
Fakta menarik lainnya seputar minyak babi atau lemak babi adalah kegunaannya yang dapat dipakai untuk sejumlah metode memasak. Masih merujuk dari sumber yang sama, dapat diketahui bahwa minyak babi bisa dimanfaatkan untuk menggoreng, menumis, hingga memanggang.
Tidak hanya itu saja, ada keunggulan minyak babi yang mungkin sering kali tidak terpikirkan oleh banyak orang. Salah satunya saat menggunakan teknik tertentu, minyak babi dapat membuat hasil masakan lebih renyah.
5. Tidak Memicu Rasa Daging Babi
Anggapan lainnya yang menyertai minyak babi adalah olahan masakan yang dihasilkan akan tercium aroma daging babi yang kuat. Sebaliknya, ternyata penggunaan minyak babi bisa memicu rasa yang cenderung netral. Diungkap dalam laman Sparrow Hill Farm, minyak babi memiliki rasa yang netral.
Apabila makanan dimasak dengan menggunakan minyak babi, maka rasa yang dihasilkan tidak dominan seperti daging babi. Sebaliknya, jenis minyak ini menghasilkan sensasi yang renyah pada olahan masakan tertentu.
6. Makanan Utuh
Masih mengacu dari sumber yang sama dijelaskan juga bahwa lemak babi diolah sebagai makanan utuh. Artinya, proses hingga menjadi minyak babi itu sendiri dilakukan secara minimal. Umumnya, minyak babi tidak melibatkan tambahan bahan, aditif, hingga pengawet lain.
Hal tersebut berbeda dengan jenis makanan olahan lainnya yang biasanya melalui proses tertentu dan melibatkan tambahan pengawet. Inilah yang membuat minyak babi dianggap cocok untuk dikonsumsi bagi mereka yang membutuhkan lebih banyak makanan utuh dibandingkan makanan olahan.
Apakah Minyak Babi Aman untuk Memasak?
Terkait dengan hal ini ternyata dikembalikan pada pemakaian masing-masing orang. Seperti dijelaskan dalam laman Martha Stewart, bahwa minyak babi yang dihasilkan dari minyak babi tidaklah selalu sehat. Namun demikian, jenis lemak ini dapat dikatakan lebih baik dibandingkan sejumlah lemak lainnya yang digunakan secara luas.
Seperti yang telah diungkap sebelumnya, lemak babi memiliki lebih sedikit lemak jenuh dibandingkan mentega. Kemudian jenis lemak ini juga lebih sedikit kandungan lemak trans daripada mentega putih.
Meskipun begitu, lemak babi yang dikonsumsi dalam jumlah besar tetap dapat memicu tingkat lemak jenuh dan lemak trans yang cukup tinggi. Inilah yang dapat meningkatkan risiko kadar kolesterol tinggi. Kunci dari pemakaian minyak babi adalah penggunaannya dalam jumlah yang secukupnya atau sedang saja.
Selanjutnya, ditekankan dalam laman Prevention, bahwa aman atau tidaknya minyak babi tergantung pada pola makan masing-masing orang. Artinya, tidak ada satu bahan yang akan menentukan kesehatan, kecuali dari orang itu sendiri.
Misalnya saja dengan memasak menggunakan minyak babi sesekali tidak akan memberikan dampak yang besar pada kesehatan secara keseluruhan. Kemudian hal ini juga dapat dikembalikan pada budaya secara tradisional yang mana seseorang diberikan pilihan untuk menggunakan pilihan penggunaan lemak babi, lemak nabati, hingga menghindari pilihan lemak apa pun.
Demikian tadi rangkuman seputar fakta dan mitos minyak babi lengkap dengan penjelasan aman atau tidaknya dijadikan sebagai bahan memasak. Semoga informasi ini membantu.
(sto/dil)