Beberapa makanan mengandung lemak yang dibutuhkan oleh tubuh. Lemak sendiri memiliki dua jenis lemak yang terdapat pada makanan yaitu lemak jenuh dan tak jenuh.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lemak diartikan sebagai zat minyak yang melekat pada daging. Kedua jenis lemak tersebut memiliki ciri khusus yang membedakannya. Lantas mana lemak yang lebih baik bagi tubuh?
Untuk mengetahui lemak mana yang lebih baik bagi tubuh antara lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Yuk simak penjelasannya berikut ini!
Mengenal Lemak Jenuh dan Tak Jenuh
Mengutip laman resmi Healthline, lemak jenuh adalah lemak dengan molekul hidrogen dan hanya mengandung ikatan tunggal antara molekul karbon atau asam lemaknya. Kejenuhan molekul hidrogen ini menyebabkan lemak jenuh menjadi padat pada suhu kamar.
Sedangkan lemak tak jenuh adalah lemak yang memiliki setidaknya satu ikatan rangkap antar molekul karbon atau asam lemaknya. Lemak ini cenderung berbentuk cair pada suhu ruangan.
Lemak tak jenuh terdiri dari dua jenis yaitu lemak tak jenuh tunggal dan ganda. Lemak tak jenuh tunggal dapat membantu meredakan risiko penyakit kardiovaskular dan berbagai penyakit mematikan lainnya.
Lemak tak jenuh ganda dapat membantu pergerakan otot dan pembekuan darah. Lemak tak jenuh terbagi lagi menjadi asam lemak omega-3 dan omega-6.
Produk Lemak Jenuh dan Tak Jenuh
Masih merujuk pada laman Healthline, lemak jenuh banyak ditemukan pada produk hewani dan minyak nabati. Beberapa produk yang mengandung lemak jenuh antara lain susu sapi, keju, mentega, es krim, minyak kelapa, gorengan, dan daging.
Di sisi lain, beberapa produk lemak tak jenuh tunggal antara lain adalah minyak zaitun, minyak kacang, alpukat, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Selain itu, beberapa produk lemak tak jenuh ganda antara lain kedelai, lemak ikan, biji bunga matahari, tiram, kacang kenari, dan biji rami.
Manakah yang Lebih Baik bagi Tubuh?
Merujuk situs Medical News Today, banyak makanan yang mengandung kedua jenis lemak ini baik lemak jenuh maupun tak jenuh. Karena hal tersebut, beberapa orang sulit untuk memilah-milah makanan berlemak.
Banyak organisasi kesehatan dan pakar menyarankan untuk mengonsumsi lemak jenuh secukupnya atau jika bisa menggantikannya dengan lemak tak jenuh, hal tersebut justru lebih baik.
American Heart Association (AHA) sangat merekomendasikan jumlah asupan lemak jenuh tidak lebih dari 5-6% dari total kalori harian. Artinya, untuk rata-rata diet harian 2000 kalori, seseorang lebih baik mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung tidak lebih dari 120 kalori atau 13 gram lemak jenuh.
Penelitian yang dilakukan oleh Joyce A. Nettleton dkk dalam National Library of Medicine pada tahun 2017 menunjukkan bahwa lemak jenuh dapat meningkatkan kadar low-density lipoprotein (LDL) atau biasa disebut kolesterol jahat. Peningkatan LDL dalam darah ini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung pada seseorang.
Namun ada penelitian yang menunjukkan perbedaan hasil dari hubungan tersebut. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 oleh Yongjian Zhu dalam National Library of Medicine ini tidak menemukan efek yang signifikan dari pengurangan lemak jenuh terhadap risiko penyakit jantung pada manusia.
Sebaliknya, lemak tak jenuh justru telah diketahui memiliki banyak manfaat. Lemak tak jenuh dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL pada darah, mengurangi peradangan, dan membangun membran sel yang lebih kuat dalam tubuh.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa lemak tak jenuh memberikan efek yang lebih baik dibandingkan lemak jenuh. Maka dari itu, perlu adanya pemilahan makanan yang lebih sehat sehingga tubuh pun bisa lebih sehat pula.
Artikel ini ditulis oleh Hanan Jamil, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/sip)