Kopi Santen Khas Jepangrejo Blora: Berawal Coba-coba, Kini Jadi Primadona

Kopi Santen Khas Jepangrejo Blora: Berawal Coba-coba, Kini Jadi Primadona

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Rabu, 03 Jan 2024 17:10 WIB
Kopi santen, minuman unik khas Desa Jepangrejo, Blora. Foto diunggah Rabu (3/1/2024).
Kopi santen, minuman unik khas Desa Jepangrejo, Blora. Foto diunggah Rabu (3/1/2024). (Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng)
Blora -

Kopi santen khas Desa Jepangrejo, Kecamatan/Kabupaten Blora sudah tidak asing lagi di telinga khalayak. Siapa sangka, minuman berbahan kopi dicampur santan segar ini awalnya hanya coba-coba.

Lokasi warung kopi santen ini berada di Desa Jepangrejo, tak jauh dari jantung kota Blora. Komposisi kopi santen terdiri dari bubuk kopi nangka, kopi arabika, kelapa dan gula. Bentuk sajian kopi santen adalah dengan cara dikothok, yaitu kopi, santan dan gula direbus hingga mendidih.

Kopi santen terbuat dari biji kopi pilihan yang disangrai di atas penggorengan tanah liat dengan tungku api tradisional yang masih menggunakan kayu bakar. Setelah disangrai lalu digiling hingga menjadi serbuk kopi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kopi kemudian direbus bersama dengan santan segar dan gula dalam sebuah panci rebus khusus. Dituangkan ke dalam gelas untuk disajikan ke pelanggan.

Suasana pedesaan sangat terasa di warung kopi santen ini. Dinding warung ini berbahan kayu jati yang disusun tidak rapat. Terdapat puluhan pasang meja dan kursi bermodel klasik dan minimalis.

ADVERTISEMENT

Di belakang warung terdapat rumah adat desa berbentuk limasan sebagai simbolik suasana di desa. Jauh dari kebisingan.

Selain menjual kopi santen, warung ini juga menjual aneka jajanan pasar. Di antaranya ketan, keripik, lemper, belalang goreng, tahu, klepon, kacang, roti, rempeyek dan lain-lain.

Pemilik warung, Rokhim (37) mengatakan warung kopi santen miliknya sudah ada sejak tahun 1980. Kopi santen, kata Rokhim, dirintis oleh neneknya bernama Sakijah.

"Dulu nenek jualan kopi kothok biasa. Ketika masak sayur, santannya lebih, akhirnya coba santan dicampur dengan kopi, lalu disajikan ke suami dan enak," terangnya saat ditemui detikJateng di warungnya, Rabu (3/1/2024).

Setelah kopi santen dicicipi kepada suami yang bernama Rono Raji, kemudian Mbah Sakijah membuat lagi dan mencoba diberikan kepada salah satu tetangga. Respons tetangga tentang kopi santen positif dan merekomendasikan untuk dijual.

"Tanggapan tetangga enak. dia malah menyuruh untuk dijual. Mencoba dijual ternyata laku dan orang luar mulai mengenal kopi santen," terangnya.

Pengunjung menikmati kopi santen di Desa Jepangrejo, Blora, Rabu (3/1/2024).Pengunjung menikmati kopi santen di Desa Jepangrejo, Blora, Rabu (3/1/2024). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng

Warung kopi yang dimiliki Mbah Sakijah awalnya berada di dalam rumah dengan ruangan kecil dengan empat meja berbahan kayu jati. Warung kopi ini menjadi tempat ngopi warga sekitar. Adanya varian baru yaitu kopi santen, warung yang semula berukuran kecil menjadi luas.

Rumahnya seluruhnya dibikin sebagai warung kopi. Tahun 2018 lalu keluarga Mbah Sakijah mendirikan rumah lagi di sebelah belakang.

Rokhim adalah generasi ketiga pemilik kopi santen dari sebelumnya generasi pertama Mbah Sakijah kemudian dilanjutkan generasi kedua yaitu orang tuanya Rukini dan Kosodianto.

"Kopi santen mulai banyak dikenal masyarakat itu tahun 2012. Karena peminatnya mulai banyak dan tempatnya tidak muat, rumah mulai direnovasi dijadikan warung. Gelas, bangku mulai diperbarui. Karena saya tahu ini bakal ramai. Karena namanya aneh, kopi santen," paparnya.

Dia memproduksi bubuk kopi sendiri. Santan yang digunakan adalah santan segar. Oleh karena itu, butuh waktu yang sedikit lama untuk meracik kopi santen ini.

"Santan segar. Kalau pesan baru diparut, tidak bisa cepat. Kalau ramai antre kan lama, ya karena bikinnya juga lama. Terkadang kalau ramai, ngopinya sampai di teras tetangga. Bahkan Sunoto (atlet MMA asal Jepangrejo Blora) setiap pagi sering ngopi di sini," jelasnya.

Jajanan pasar yang dijual merupakan olahan warga sekitar. Rokhim sengaja melakukan ini untuk membantu perekonomian warga Jepangrejo.

"Tetangga punya pendapatan dari menitipkan jajan ke sini. Saya mencoba membangun UMKM tingkat desa. Selain menjual jajanan ala desa, kami juga menjual kaos kopi santen," ucapnya.

Dia sendiri mengaku tidak terpengaruh dengan menjamurnya warung kopi ala kafe kekinian. Ia lebih menonjolkan suasana pedesaan.

"Saya tidak terpengaruh dengan kafe kekinian, itu hanya sesaat. Kita mempertahankan cita rasa dan suasana desa. Saya berharap kopi santen ini bisa go nasional kemudian go internasional," kata Rokhim.




(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads