Nama tahu gimbal Pak Edy dan Pak Edi begitu tersohor hingga saat ini digunakan oleh delapan pedagang yang menggelar lapak berjejer di Taman Indonesia Kaya Semarang. Dua pedagang mengklaim mereka yang asli. Begini versi keduanya.
Tahu Gimbal Pak Haji Edy 1972
Lapak tahu gimbal tersebut bernama Pak Haji Edy. Di spanduk lapaknya, tertulis bahwa mereka sudah berdiri sejak 1972 dan menampilkan foto dari pemilik lapak.
Terlihat juga piagam kuliner legendaris dari dua lembaga berbeda. Lapak itu dimiliki oleh Pak Kamsani (72) atau Pak Edy Kamsani. Dia juga masih aktif berjualan di lapaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJateng sempat berbincang dengan anaknya, Dona (38) pada Jumat (18/8). Dia menyebut bahwa ayahnya memang sudah berjualan sejak 1972 dan merupakan pencetus sajian khas Semarang tahu gimbal.
"Dulu itu bapak ikut orang jualan tahu campur, tahu campur itu nggak ada gimbalnya (bakwan dengan udang di tengahnya) terus dia berdikari sendiri, coba-coba dikasih istilah di Jawa kan gimbal," katanya.
Awalnya, Pak Edy berjualan di sekitar Gor Pancasila yang saat ini berubah menjadi Ciputra. Dona menjelaskan bahwa Pak Edy sempat berpindah-pindah jualan hingga akhirnya mendapat lapak di seberang Taman Indonesia Kaya pada tahun 2018.
"Dari 72 Bapak pertama jualan itu di Gor Pancasila sekarang jadi Ciputra, dari Gor situ direlokasi ke Simpang Lima itu sekitar tahun 1980-an, terus mulai beberapa tahun direlokasi lagi ke Jalan Pahlawan depannya Depsos," jelasnya.
Versi Dona, di tempat itulah mulai pedagang-pedagang lain menggunakan nama-nama yang mirip. Masalah muncul karena mereka berdagang sejajar.
"Itu dulu yang jual pakai nama sendiri-sendiri, mulai 2018 karena sejajar gini to, pelanggan kan pada datang itu ramainya jadi kecemburuan sosial," lanjutnya.
Dona menyebut dagangan ayahnya memang sejak dulu menjadi incaran. Hal itu dimulai sejak jualannya diliput oleh mendiang Bondan Winarno dalam acara Wisata Kuliner yang tayang di TV pada tahun 2009.
Acara itu, ternyata juga ditayangkan di dalam kereta-kereta karena menunjukkan makanan khas Semarang. Dari situ, banyak yang mencari tahu gimbal yang dijual ayahnya.
"Pertama kali masuk TV itu, sekitar tahun 2009 masih harga Rp 9.000, nah dari Pak Bondan itu ditayangkan di kereta, kereta kan ada TV-nya nah dari situ mulai booming, banyak dari luar kota itu cari-cari nama Pak Edy," jelasnya.
Kemudian, entah apa sebabnya, tahun 2018 mulai banyak pembuat konten di YouTube ikut datang ke tempatnya. Saat itu, dagangan Pak Edy sudah berada di sekitar Taman Indonesia Kaya.
"Sekarang viral juga kan sederet Pak Edy semua," ungkapnya.
Menurutnya, hal itu membuat pelanggan jadi bingung. Dia juga pernah menegur pedagang lain terkait penggunaan nama Pak Edy, namun, hal itu tak berdampak besar.
Meski begitu, Dona mengatakan bahwa dirinya telah memiliki pelanggan tetap yang sekali waktu datang ke tempatnya.
"Kita nggak buka cabang, satu saja, ini yang jual masih Pak Edy sendiri, bapak setiap hari jualan tapi kalau malam pulang. Kan kalau rasa enggak bisa bohong kalau, bapak kan pelanggannya sudah banyak dari jualan Rp 50 perak sampai sekarang Rp 25 ribu," terangnya.
Suami Dona, Ary Toro menambahkan, saat ini yang sudah banyak dikenal merupakan tahu gimbal Pak Haji Edy. Dicari di berbagai platform di Internet, tahu gimbal Pak Haji Edy akan jadi pertama yang muncul.
"Sudah ramai cari TikTok aja Pak Haji Edy ketemunya di sini," katanya.
Dia menyampaikan bahwa dagangannya juga memiliki bumbu rahasia yang menurutnya sudah menjadi cita rasa khas tahu gimbal. Dia bahkan menyebut bahwa dalam sehari, dagangannya bisa habis sampai 150 porsi.
"Air bumbu, adonan, sama misalnya gimbal kita tadi pagi masak, hari ini masih, besok misalkan masih, besoknya buang, kita nggak berani karena kan udang itu baunya, bau lama itu kan nggak sedap kurang segar," tambahnya.
Simak versi pedagang lain di halaman selanjutnya.
Versi Tahu Gimbal Pak Edi Asli Berpiagam
Versi lain terkait tahu gimbal, diceritakan oleh pemilik lapak Tahu Gimbal Pak Edi Asli. Lapak tersebut berada di ujung jalan lapak PKL Taman Indonesia Kaya. Di spanduk dagangannya juga dicantumkan foto pendiri lapak dengan sertifikat pemilik merek Tahu Gimbal Pak Edi.
Pendirinya, ternyata juga bukan bernama Edi. Pendirinya adalah pria bernama Marlan yang disebut menggunakan nama kakeknya untuk nama dagangannya.
"Enggak kalau Bapak namanya Pak Marlan, kakeknya Pak Edi," ujar anak Marlan yang kini mengurus dagangan tahu gimbal Pak Edi, Adi Setiadi (31).
"Awal mula kita jualan itu di Jalan Pahlawan terus kedua kita pindah di Taman KB dulunya terus diganti Taman Indonesia Kaya, terus kita pindah di trotoar, dulu ini jagung terus dijadikan shelter satu jagung, satunya makanan berat ada tahu gimbal ada ayam goreng," tambahnya.
Dia tak tahu persis bagaimana cerita perintisan tahu gimbal Pak Edi oleh ayahnya di masa lalu. Namun, dia bercerita bahwa awalnya ada dua nama tahu gimbal yang mirip yakni Pak Edy dan Pak Edi.
"Itu pertama kali saya dengar tuh buka nama Pak Edi itu dua Pak Haji Edy sama yang di sini," lanjutnya.
Namun, dia mengklaim bahwa dagangan ayahnya lah yang saat itu lebih banyak dicari. Bahkan beberapa artis juga pernah berkunjung bahkan hingga saat ini.
"Yang paling besar tuh pas zamannya Bapak, artis-artis tuh pada ke sini semua, makanya sekarang kalau ada artis ke sini saya minta foto, saya izin pasang di sini boleh nggak," jelasnya.
Saat ini, dirinya lah yang mengaku memegang hak cipta atas merek dagang Pak Edi. Hak cipta itu diterima tahun 2018 usai ayahnya meninggal dunia.
Sebab, menurut Adi, mulai banyak yang menggunakan nama Pak Edi pada 2018 usai ayahnya meninggal. Karena ingin mempertahankan merek dagang, dia pun mendaftarkan nama Pak Edi ke Kemenkumham.
"Semenjak bapak enggak ada itu meninggal, langsung ramai, 5 tahun lalu makanya kan ibu langsung bikin hak cipta itu," tambahnya.
Sebenarnya, dia mengaku keberatan bila yang lain menggunakan nama yang sudah dipatenkannya ke Kemenkumham. Namun, dia sendiri juga tak bisa berbuat banyak.
"Kalau kita sih keberatan, kemarin sempat kita samperin satu-satu kita jelasin, namanya diganti, satu minggu-dua minggu kembali ke semula, nggak laku makanya dia pake Pak Edi lagi," katanya.