Bagi warga Banyumas kebanyakan sudah tidak asing dengan mi ayam Kamsir yang berada di Desa Piasa Kulon, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Setiap hari pembeli selalu berjejalan di warung ini.
Untuk mencari lokasi ini tidak terlalu sulit. Jika dari jalan raya Banyumas-Banjarnegara saat sampai di Embung Piasa sebelum gapura perbatasan, tinggal menuju arah selatan kurang lebih 100 meter.
Saat anda menemukan sebuah warung mi ayam dengan banyak kendaraan pembeli yang terparkir, berarti anda sudah sampai di warung mie Ayam Kamsir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mi ayam yang disajikan memiliki rasa yang khas. Kuah mi ayam disini berwarna lebih keruh dengan rasa rempah yang kuat. Mirip seperti kuah kari. Potongan ayamnya juga besar. Tidak seperti dadu ataupun suwiran.
Pemilik mie ayam tersebut, Kamsir (56) mengaku sudah berjualan mie ayam sejak tahun 1995. Namun menempati lokasi ini dari sembilan tahun lalu.
"Menetap di sini dari tahun 2014. dahulu jualannya di pinggir jalan dekat gapura perbatasan kabupaten dari tahun 1995," kata Kamsir kepada detikJateng, Minggu (18/6/2023).
Ia mengungkapkan pada awalnya dia berjualan mi ayam dan bakso. Namun sejak pindah ke lokasi baru, dirinya hanya fokus untuk berjualan mi ayam. Untuk satu mangkuk mi ayam dihargai Rp 10 ribu.
![]() |
"Dahulu ada baksonya. Sekarang fokus buat jualan mi ayam saja. Awal jualan sempat harga satu porsi Rp 350 perak. Tapi sekarang Rp 10 ribu, belum termasuk diskon kadang saya kurangi harganya seribu dua ribu," terangnya.
Kamsir setiap harinya berjualan sejak pukul 09.30 WIB sampai 14.30 WIB. Namun tak jarang dagangannya sudah habis pada pukul 12.30 WIB. Dia jarang libur, meski di akhir pekan.
"Saya buka jam 09.30 WIB sampai azan asar. Kalau musim terang saya tambah porsinya. Kalau weekend menyiapkan 25 kg bahan mi atau sekitar 400 porsi. Tapi kalau hari biasa 15 kg bahan atau sekitar 250 porsi," jelasnya.
Selengkapnya baca halaman berikutnya
Ia menyebut kuah yang dibuat sudah menyesuaikan lidah orang Banyumas. Meskipun tak jarang dia mendapatkan pembeli dari luar kota.
"Disini seleranya memang manis pedas. Tapi ada juga pelanggan dari Semarang tapi beli mentah. Dibawa pulang. Nanti dipanasin sendiri. Kalau dibungkus harus sabar," ungkapnya.
![]() |
Salah satu pengunjung asal Kabupaten Banjarnegara, Yafuz (30) mengatakan ini kali pertama ia menjajal mi ayam Kamsir. Ia rela menempuh perjalanan sekitar 1 jam hanya untuk mengobati rasa penasaran bareng sama istri dan anaknya.
"Saya dari Banjarnegara. Tahu karena diceritain kakak. Jadi penasaran datang kesini. Terus kok cocok sekali mungkin karena ada kunirnya jadi kuat banget rasa kuahnya. Terus tempatnya juga adem bisa makan lesehan di bawah pohon seperti ini," ujarnya.
Memang, hanya sebagian pembeli yang memilih makan di dalam warung. Selebihnya memilih makan beralaskan tikar dengan dinaungi rimbunnya pohon albasia.