Kue apem selama ini identik dengan tradisi tahunan Saparan di Kecamatan Jatinom, Klaten saat acara haul Ki Ageng Gribig. Namun kue khas yang biasanya hanya muncul setahun sekali itu kini bisa dinikmati setiap hari bahkan jadi buah tangan.
Kue berbahan tepung beras atau terigu, santan, gula, dan tape itu kini bisa dengan mudah dijumpai di jalan raya Klaten-Jatinom, Kota Kecamatan Jatinom. Perajin kue tersebut dari pagi sampai sore menjajakan dagangannya di tepi jalan.
Bermodal payung lipat, meja, kursi, kompor dan loyang, pedagang siap mencetak kue apem fresh dan siap disajikan hangat maupun yang dingin. Varian rasanya pun tidak seperti tradisi Saparan yang hanya mencetak apem original.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tangan para pedagang yang merupakan warga setempat itu, ada berbagai varian rasa yang ditawarkan. Mulai apem rasa original, cokelat, keju, nangka, durian, dan lainnya.
Harganya pun terjangkau karena dijual bijian. Harga per biji hanya Rp 1.500 untuk semua varian rasa.
Waliyem (65) seorang pedagang kue apem menuturkan pedagang kue apem itu muncul setelah tradisi Saparan tahun lalu. Setelah Saparan lewat ternyata apem laku dijual.
"Belum lama, baru tahun lalu setelah Saparan dan setelah tidak ada COVID. Setelah Saparan ternyata masih laku, banyak yang mencari," jelas Waliyem kepada detikJateng, Kamis (15/6/2023) siang.
![]() |
Waliyem menyebut apem dagangannya ternyata laris sehingga dia berniat menjajakannya di tepi jalan. Dia pun menjual apemnya Rp 1.500 per biji.
"Dulu kan tidak ada pedagang. Ini karena laku, sini ciri khasnya apem yang terkait sejarah Ki Ageng Gribig," kata Waliyem.
Ki Ageng Gribig, lanjut Waliyem, merupakan ulama besar yang pesantrennya ada di Jatinom dan saat pulang berhaji membawa kue. Akhirnya dibuatlah apem agar mencukupi semua warga.
"Dibuat kue apem lebih banyak sebagai oleh-oleh dari Ki Ageng, begitu ceritanya. Sampai sekarang kue apem masih dilestarikan," ucap Waliyem.
Pedagang lainnya, Nana mengatakan dulunya tidak ada pedagang kue apem karena hanya dibuat setahun sekali. Tapi mulai tahun lalu ternyata ada peminatnya.
"Sekarang ada peminatnya jadi sekarang setiap hari bikin. Sekarang sehari bisa jual 20 kap isi 10-15 biji yang setiap bijinya Rp 1.500," kata Nana kepada detikJateng.
"Ramai pembeli Sabtu dan Minggu atau liburan pada berhenti membeli apem disini. Ada dari Semarang, Solo, Yogyakarta dan daerah lainnya," kata Nana.
Diakui Nana, kue apem tidak seawet kue bakpia atau lainnya karena maksimal bertahan dua hari. Namun, karena khas dan punya sejarah banyak yang mulai berminat.
"Apem punya sejarah jadi beda dengan kue lainnya. Ada nilainya sendiri selain rasanya juga enak," pungkas Nana.
Simak Video "Video: Mendes Yandri Susul Zulhas Tinjau Lokasi Peluncuran Kopdes Merah Putih"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)