Mengenal Geti Wijen, Camilan Khas Dusun Geneng Wonogiri Sejak 1965

Mengenal Geti Wijen, Camilan Khas Dusun Geneng Wonogiri Sejak 1965

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Sabtu, 03 Jun 2023 10:17 WIB
Geti Wijen, camilan khas Dusun Geneng, Desa Purwosari, Wonogiri. Diunggah Selasa (23/5/2023).
Geti Wijen, camilan khas Dusun Geneng, Desa Purwosari, Wonogiri. Diunggah Selasa (23/5/2023). Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Wonogiri -

Geti Wijen merupakan makanan khas Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kini camilan tradisional tersebut kian eksis dan makin diminati banyak orang.

Geti Wijen banyak diproduksi di Dusun Geneng, Desa Purwosari, Kecamatan Wonogiri Kota. Salah satu pembuatnya bernama Endarti (39).

Endarti generasi ketiga di keluarganya dalam usaha produksi Geti Wijen. Ia mewarisi resep Geti Wijen dari kakeknya, Mbah Atmo, yang membuka usaha sejak 1965.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mbah saya diteruskan ibu saya. Saya membuat sejak 2012 sampai sekarang," kata Endarti di rumahnya, Selasa (23/5/2023).

Menurut dia, Mbah Atmo disebut-sebut sebagai cikal bakal produsen Geti Wijen di Dusun Geneng. Awalnya Mbah Atmo membuat wijen yang ditumbuk lalu dijadikan butiran dan dijual ke Solo.

ADVERTISEMENT

Kemudian Mbah Atmo berinisiatif membuat Geti Wijen untuk dijual di pasaran lokal.

"Dulu Mbah hanya bikin geti wijen original. Oleh ibu ditambahi kacang, jadi enting kacang. Saya tambahi mete, jadi enting mete. Jadi, geti wijen di-mix dengan kacang dan mete agar tidak bosan," jelas Endarti.

Geti Wijen, camilan khas Dusun Geneng, Desa Purwosari, Wonogiri. Diunggah Selasa (23/5/2023).Geti Wijen khas Wonogiri Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng

Endarti menuturkan, bahan geti wijen yaitu wijen, jahe, gula jawa, dan gula pasir. Proses memasaknya masih tradisional, menggunakan tungku dan kayu bakar. Sejumlah alat produksinya peninggalan Mbah Atmo.

Langkah awal pembuatannya ialah mencuci wijen lalu ditiriskan lima menit, sebelum disangrai hingga matang. Kemudian buat adonan gula yang dibuat kental seperti jenang. Komposisinya 5 kilogram gula jawa, 1,5 kilogram gula pasir, dan 2 gayung air. Prosesnya sekitar 10-15 menit.

Setelah adonan gula mengental, masukkan wijen lalu diaduk hingga elastis. Setelah itu adonan diangkat dan digulung di tepak, iris menjadi kotak-kotak kecil dan dikemas menggunakan plastik. Geti wijen awet hingga dua bulan.

Jika sedang ramai, Endarti bisa memproduksi 25 kilogram wijen setiap hari. Saat Ramadan ia bisa memproduksi 50-70 kilogram wijen per hari. Produksinya tiap pukul 07.00-15.00 WIB.

"Mbah dulu hanya dijual di pasar sini. Ibu mulai jualan ke luar kecamatan, Baturetno dan Jatisrono. Saya merambah ke Sukoharjo, Solo, dan toko oleh-oleh. Ada yang sampai Bali dan Bandung," ungkapnya.

Geti wijen original ini renyah, manis, gurih, pedas jahe, dan sedikit ada rasa pahit. Jika pembeli tidak suka pahit, bisa dicampur dengan kacang dan mete.

Harga geti wijen tergantung ukuran dan kemasannya. Seplastik geti wijen harganya Rp 8.000 hingga Rp 10.000. Sedangkan enting kacang harganya Rp 5.000 hingga Rp 6.000. Adapun harga enting mete Rp 7.000 hingga Rp 9.000.

"Selain buat oleh-oleh, geti wijen juga buat camilan saat hajatan," pungkas Endarti.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads