Warung mi ayam Bu Parti di Dusun Jagalan, Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Klaten bukan saja viral sebagai warung mie ayam pertama di Klaten. Selain itu, warung tersebut juga memiliki keunikan karena menolak bahan kimia dan memilih cara tradisional dalam produksinya.
Di warung tersebut mi tidak dibeli di pasaran tetapi dibuat sendiri oleh istri Bu Parti, Muryoto. Pelanggan juga boleh melihat secara langsung saat tangan terampil Muryoto (57) mencetak mi di dapur warung.
Saat detikJateng berkunjung ke warung di tengah kampung tersebut, bahan baku utama hanya telur ayam dan tepung terigu. Kedua bahan dicampur dengan takaran tertentu, diaduk tangan bersarung tangan plastik.
Setelah adonan jadi, dipindahkan ke atas sebuah meja kayu. Adonan tersebut ditindih dengan batang kayu bulat sepanjang sekitar dua meter yang ujungnya diikat karet dan dikaitkan dengan tembok.
Batang kayu dengan garis tengah sekitar 10-15 sentimeter itu di ujungnya dinaiki oleh Muryoto seperti sedang naik motor. Muryoto kemudian melompat-lompat kecil sehingga batang kayu menekan adonan mie hingga pipih.
Proses itu dilakukan sekitar 3-5 kali sampai adonan mie kuat memadat. Setelah padat, mi dimasukkan alat pencetak yang digerakkan dengan tangan, maka jadilah bahan mi yang alami dan diolah dengan cara tradisional.
Tapi untuk melihat proses pembuatan mi yang unik ini pelanggan harus datang pagi. Ternyata cara produksi tradisional tersebut sudah dilakukan sejak awal berdirinya warung mi ayam Bu Parti.
"Sejak dulu cara buat mi ya begitu. Saya tahu dan belajar dari pabrik mi orang Cina di Jakarta dulu, mungkin sekarang pabriknya sudah pakai mesin," tutur Muryoto sambil tertawa, Kamis (11/5/2023).
Diceritakan Muryoto, teknik pembuatan mi itu didapatnya saat merantau di Jakarta dan bekerja di warung mie tahun 1985-1986. Saat itu dirinya sering diminta membeli mi ke produsen mi Tionghoa.
"Saya ambil mie dari orang China, saya sering main, tanya-tanya resep lalu saya bisa bikin mie sendiri dan laku. Saya pulang 1986 ke Klaten jualan mi di rumah," terang Muryoto.
Sejak menggeluti usaha mi ayam tahun 1986 itulah, kata Muryoto, cara membuat mie tradisional itu dipertahankan. Awalnya menggunakan kayu ulin.
"Awalnya saya gunakan kayu raja ulin tapi mahal dan yang dulu sudah rusak. Sampai sekarang ganti batang kayunya sudah dua kali, yang sekarang pakai kayu raja besi," sambung Muryoto.
Menurut Muryoto, dengan cara pembuatan tradisional itu mie lebih padat, ulet dan kenyal. Untuk membuat satu kilogram mie, dibutuhkan waktu 15 menit.
"Untuk satu kilogram mi butuh 15 menit. Sehari biasanya 4-5 kilogram yang jadi 75-100 mangkok, tidak lebih dari itu," ujar Muryoto.
Simak lebih lengkap di halaman berikutnya....
Simak Video "Video: Ganggu Banget! Remaja di Klaten Konvoi Sambil Acungkan Sajam"
(sip/sip)