Kota Malang menyimpan banyak kuliner legendaris yang telah bertahan puluhan tahun. Dari kedai es krim bergaya kolonial hingga warung soto dan pecel sederhana, tempat-tempat makan ini tetap eksis dan menjadi favorit warga maupun wisatawan.
Setiap hidangan menghadirkan cita rasa autentik dan nuansa nostalgia yang membuat setiap kunjungan terasa seperti menelusuri sejarah kuliner kota. Di balik hiruk-pikuk perkembangan modern, Malang masih memelihara warisan kuliner klasiknya.
Setiap sudut restoran dan warung lawas menyimpan cerita dan kenangan masa lalu, menciptakan pengalaman santap yang tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa pengunjung bernostalgia dengan cita rasa dan suasana tempo dulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kuliner Legendaris di Kota Malang
Kota Malang menyimpan segudang kuliner legendaris yang telah eksis puluhan tahun. Dari cita rasa klasik hingga resep turun-temurun, restoran ini tetap menjadi favorit warga dan wisatawan.
1. Toko Oen Malang (Sejak 1930)
Berdiri sejak 1930, Toko Oen Malang menjadi simbol kuliner klasik di tengah kota. Begitu memasuki restoran ini, pengunjung akan disambut tulisan khas Belanda, "Welkom in Malang Toko Oen Die Sinds 1930 Aan de Gasten Gezzeligheid".
Tulisan ini memiliki arti, "Selamat Datang di Toko Oen Malang yang Memberikan Kegembiraan bagi Para Tamu Sejak Tahun 1930". Terletak di Jalan Jenderal Basuki Rahmat No 5, tidak jauh dari Alun-alun Kota Malang, bangunan ini masih mempertahankan arsitektur kolonial aslinya.
Interior Toko Oen dipenuhi perabot kayu klasik, sehingga menciptakan suasana hangat penuh nostalgia. Menu andalan seperti steak, roti, dan es krim masih menjadi favorit lintas generasi.
Pengunjung juga bisa menikmati jajanan khas Belanda, seperti kippen brood dan socijs brood, atau kue tradisional seperti cucur dan lapis legit. Sambil menikmati hidangan, lagu-lagu tempo dulu menemani, seolah membawa pengunjung kembali ke masa Hindia Belanda.
Toko Oen Jalan Basuki Rahmat atau arah utara dari Alun-Alun Kota Malang Foto: Muhammad Aminudin |
Baca juga: Staycation Murah dan Ramah Anak di Malang |
2. Soto Ayam Lombok (Sejak 1955)
Soto Ayam Lombok yang Legendaris di Malang Sejak 1955. Foto: detikFood / Luthfi Baihaqy |
Terletak di Jalan Lombok No 1 Klojen, Soto Ayam Lombok telah menjadi legenda sejak 1955. Kuah kental berpadu dengan koya melimpah, suwiran ayam kampung, dan aroma rempah yang khas membuat setiap suapan terasa istimewa. Resep turun-temurun dijaga puluhan tahun menjamin cita rasa tetap konsisten dan autentik.
Warung ini buka setiap hari dari pukul 07.00 WIB hingga 22.00 WIB, dan selalu ramai pengunjung dari berbagai kalangan. Banyak yang mengatakan, perjalanan kuliner ke Malang belum lengkap tanpa mencicipi semangkuk Soto Ayam Lombok yang legendaris.
Soto Ayam Lombok yang Legendaris di Malang Sejak 1955. Foto: detikFood / Luthfi Baihaqy |
3. Pecel Panderman Mustika (Sejak 1964)
Bagi penggemar kuliner tradisional, Pecel Panderman Mustika di Jl Rajekwesi No 10, Gading Kasri, adalah destinasi sarapan wajib sejak 1964. Kelezatan bumbu kacangnya yang gurih dengan sentuhan manis ringan menjadi ciri khas yang digemari banyak orang.
Selain nasi pecel, warung Pecel Panderman Mustika juga menyajikan menu seperti nasi rawon dan nasi campur, dengan berbagai lauk, mulai dari ayam, telur, tempe, hingga empal.
Harga terjangkau mulai Rp 11.000 hingga Rp 27.000, dengan jam buka pukul 06.00-13.30 WIB. Suasana warung yang sederhana namun hangat membuat pengunjung betah, baik untuk sarapan santai maupun sekadar bernostalgia dengan cita rasa tempo dulu.
4. Pecel Kawi Hj Musilah (Sejak 1975)
Pecel Kawi Hj Musilah yang berdiri sejak 1975, dan dikelola lintas generasi, menjadi salah satu kuliner lawas paling populer. Berlokasi di Jl Kawi Kios No 43B, Klojen, tempat ini dikenal dengan bumbu pecel yang gurih, pedas, dan kaya rasa.
Lauk pendampingnya pun beragam, mulai dari telur buntel, bakwan jagung, hingga rempeyek renyah yang menjadi favorit pelanggan. Selain nasi pecel, rumah makan ini juga menyajikan berbagai hidangan khas Jawa Timur seperti nasi rawon, nasi babat, dan soto ayam.
Dengan harga mulai Rp 10.000-Rp 45.000 dan jam buka pukul 06.30-17.30 WIB, Pecel Kawi Hj Musilah tetap menjadi pilihan utama bagi pencinta kuliner lawas di Malang yang ingin menikmati cita rasa khas yang konsisten dari dulu hingga kini.
Kuliner lawas di Malang bukan sekadar makanan, tetapi juga potongan sejarah yang masih hidup hingga hari ini. Dari Toko Oen yang bergaya kolonial hingga warung pecel dan soto legendaris, setiap tempat menyimpan cerita, kenangan, dan kehangatan yang sulit ditemukan di restoran modern.
Inilah yang membuat wisata kuliner di Malang terasa istimewa, karena setiap suapan menghadirkan nostalgia, sekaligus rasa cinta terhadap tradisi yang tak lekang oleh waktu.
(ihc/irb)














































