Filosofi Getuk, Kuliner Manis Khas Jawa yang Enak dan Lembut di Mulut

Filosofi Getuk, Kuliner Manis Khas Jawa yang Enak dan Lembut di Mulut

Santo - detikJateng
Rabu, 22 Feb 2023 16:50 WIB
Getuk lindri
Filosofi Getuk, Kuliner Manis Khas Jawa yang Enak dan Lembut di Mulut. Foto: iStock
Solo -

Indonesia memiliki ribuan jenis jajanan tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Dari yang gurih hingga manis, kudapan-kudapan tersebut memiliki kekhasan masing-masing yang memperkaya variasi gastronomi nusantara.

Di pulau Jawa, terutama bagian tengah dan timur terdapat jajanan tradisional yang disebut sebagai getuk. Kue yang terbuat dari olahan singkong ini memiliki rasa manis dan gurih dengan tekstur lembut yang memanjakan lidah. Selain itu, tampilan getuk yang berwarna-warni juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta jajanan tradisional.

Dikutip dari jurnal berjudul Penerapan Ragam model dan Keindahan Kemasan Pemasaran Jajanan Tradisional Gethuk Lindri (Jurnal Ilmiah Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 6, No. 1, 2022) Universitas Dr Soetomo oleh Totok Hendarto dan Sandra Oktaviana Pinaraswati, berikut sejarah, filosofi, serta fakta-fakta menarik getuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Getuk

Getuk adalah makanan ringan yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah. Masyarakat Magelang sudah memproduksi dan mengkonsumsi getuk sejak zaman penjajahan Jepang. Saat itu, beras selaku bahan pokok masyarakat sangat langka dan harganya begitu mahal. Masyarakat Magelang pun memanfaatkan ketela pohon atau singkong sebagai bahan makanan pokok pengganti beras.

Dikutip dari buku Yuk, Mengenal Makanan Nusantara! (2021) oleh Ernawati Lilys, Mbah Ali Mohtar adalah orang pertama yang berinovasi untuk menciptakan getuk. Mbah Ali menamai ciptaannya tersebut sebagai getuk karena proses penghalusan singkong yang ditumbuk menimbulkan bunyi 'tuk-tuk'.

ADVERTISEMENT

Filosofi Getuk

Singkong yang dijadikan sebagai bahan utama getuk menyimbolkan makna kesederhanaan. Singkong bisa tumbuh dimana saja namun tetap rendah hati dengan tidak menunjukkan buahnya.

Sedangkan kelapa parut yang menjadi pelengkap sajian getuk menyimbolkan kebermanfaatan. Seluruh bagian pohon kelapa memiliki kegunaan bagi manusia. Berefleksi dari hal tersebut, manusia sebaiknya hidup dalam kebermanfaatan bagi orang lain dan sekitarnya.

Kombinasi singkong dan kelapa ini dapat disimpulkan bahwa getuk adalah makanan tradisional yang merefleksikan makna sederhana dan kebermanfaatan hidup manusia.Selain itu, penggunaan singkong sebagai makanan pokok pengganti beras juga dapat dimaknai sebagai cara manusia yang senantiasa berinovasi dari berbagai hal sederhana yang ada di sekitarnya.

Getuk juga mengajarkan manusia untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki dan menjadikannya sesuatu yang lebih bermanfaat, menarik, serta disukai.Filosofi getuk tersebut sejalan dengan filosofi hidup yang dianut masyarakat Jawa yaitu nrimo ing pandum. Ajaran hidup yang mengajarkan manusia untuk mensyukuri dan memasrahkan dirinya kepada Tuhan namun tetap berusaha untuk berinovasi menjadi manusia yang lebih baik.

Fakta Menarik Getuk

Meski umumnya terbuat dari singkong, getuk memiliki sejumlah varian yang berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya getuk pisang dari Kediri, getuk goreng dari Banyumas dan Purwokerto, getuk lindri, getuk trio, getuk sukun, dan getuk kurung dari Klaten.

Selain itu, di Magelang terdapat tradisi "Grebeg Getuk" yang diadakan untuk merayakan hari jadi Kota Magelang. Festival tersebut dirayakan dengan menyusun getuk menjadi dua gunungan yang kemudian diarak berkeliling kota. Ketika selesai diarak, para warga akan memperebutkan getuk-getuk yang ada di gunungan tersebut.

Seiring perkembangan zaman, popularitas getuk mulai tergerus oleh deretan jajanan-jajanan modern. Namun, masih banyak penjaja getuk yang dapat ditemui di pasar-pasar tradisional. Yuk, jajan getuk agar kuliner khas ini tidak hilang ditelan zaman!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ahr/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads