Kepada detikJateng, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Dinas Pertanian Pemalang Imam Murtarto menceritakan perjalanan nanas yang kini mejadi ikon di Kabupaten Pemalang itu.
Mengutip dari Buku Persyaratan Indikasi Geografis (IG) Nanas Madu Pemalang yang disusun Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kabupaten Pemalang Tahun 2022, Imam mengatakan nanas madu ternyata berasal dari Bogor.
"Dari buku untuk pengajuan IG dan dari cerita warga, nanas madu ini, awalnya nanas jenis Queen yang berasal dari Bogor," kata Imam kepada detikJateng, Kamis (15/9/2022) lalu.
Imam mengatakan, nanas tersebut pada tahun 1942 dibawa oleh tokoh masyarakat Desa Beluk, Kecamatan Belik, Pemalang, yang bernama Karya Sumar atau Karya Wiyana dan Surjayus yang juga merupakan seorang tokoh agama.
![]() |
"Di tahun itu, setelah melakukan perjalanan wisata religi ke daerah Bogor membawa oleh-oleh buah nanas, jenis Queen," ungkapnya.
Nanas jenis queen memiliki ciri khas daun dan mahkota berduri, anakan banyak, mata buah menonjol, daging buah masak berwarna kuning terang merata, kering, dan rasa manis.
"Sampai di Beluk, mahkota buahnya dibuang di perkarangan rumah. Tanpa disengaja mahkota buah itu tumbuh. Karena tumbuh, tanaman nanas kemudian dijadikan lahan konservasi di daerah perbukitan setempat yang rawan longsor, sekaligus dibudidayakan," jelas Imam.
Pada 1975, tanaman nanas Queen itu berkembang secara alami di Desa Beluk dan desa-desa sekitarnya.
"Dari semula nanas Queen yang dikembangkan, ini hasilnya berbeda dari nanas Queen saat perjalanan waktu ditanam di Beluk. Buah nanasnya memiliki rasa yang sangat manis, dengan ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nanas pada umumnya. Ini terpengaruh dengan kondisi geografis juga," jelas Imam.
Dipengaruhi oleh kelembapan udara yang tetap terjaga dengan adanya embun, bahkan saat kemarau, nanas Queen di Beluk pun tumbuh dengan rasa yang manis dan berukuran kecil. Media penanaman nanas ini juga berbeda jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, yakni dengan media batu.
"Dulu sebutannya bukan nanas madu atau nanas Pemalang, tapi nanas batu, karena tumbuh di lahan dan media batu," kata Imam. Seiring berjalannya waktu, nanas batu disebut nanas madu karena rasanya manis seperti madu.
Perkembangan nanas madu dari tahun ke tahun ada di halaman selanjutnya...
"Budidaya nanas di Kabupaten Pemalang berkembang pesat, menyebar ke sejumlah wilayah di Kecamatan Belik dan kecamatan lainnya," ungkap Imam.
Pada tahun 2000-an, nanas madu merebak di Kecamatan belik, yaitu di Desa Mendelem, Gunungjaya, Gombong, Kuta, Badak dan Gunungtiga. Pada 2015, nanas madu mulai merambah Desa Simpur, Sikasur, Kalisaleh, hingga Kecamatan Pulosari, Watukumpul, Moga, Randudongkal dan Warungpring.
Saat ini Pemkab Pemalang sedang mengajukan hak Indikasi Geografis (IG) nanas madu Pemalang ini. Hak IG didaftarkan Ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Dengan adanya hak IG itu, Imam mengatakan, nanas madu sebagai komoditas potensi Pemalang akan bersertifikat IG dan menjadi hak milik secara kolektif oleh masyarakat. Selain itu, nanas madu pun bisa menggunakan nama 'Nanas Madu Pemalang'.
Menurut data dari Dinas Pertanian Pemalang, lahan pertanian nanas madu di Pemalang saat ini lebih dari 2.000 hektare. Lahan itu tersebar di 4 kecamatan yaitu Belik, Watukumpul, Moga dan Pulosari.
Lahan nanas madu terluas di Kecamatan Belik, yakni 1,8 ribu hektare. Produktivitas nanas madu di Belik bisa mencapai 19,3 ribu ton, mendominasi hasil panen total dari keseluruhan wilayah Pemalang yaitu 21,7 ribu ton.
(dil/dil)