Tiwul merupakan salah satu makanan khas Wonogiri yang sudah populer. Rasanya kurang lengkap jika berkunjung ke Wonogiri tidak mencicipi makanan tradisional yang terbuat dari singkong itu.
Meskipun tiwul sudah tidak banyak dikonsumi masyarakat luas, di Wonogiri masih ada sejumlah warung makan yang menyajikan tiwul. Salah satunya Tiwul Mbok Sembleng yang berlokasi di Dusun Saratan RT 003/RW 005, Desa Sejati, Giriwoyo, Wonogiri.
Warung Tiwul Mbok Sembleng sudah ada sejak 1991, lokasinya berada di tengah perkampungan. Dari Jalan Raya Giritontro-Giriwoyo masuk sekitar 700 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warung tiwul ini buka mulai sore hingga malam, pukul 16.00-24.00 WIB. Namun, bukanya tidak setiap hari, hanya pada malam pasaran Pon dan Kliwon saja.
"Sejak awal jualannya di rumah. Karena jauh dari jalan raya, saya memilih tidak jualan setiap hari. Saya khususkan saja waktunya, karena khawatir tidak laku," kata pemilik Warung Tiwul Mbok Sembleng, Tukimin, saat ditemui detikJateng di rumahnya, Jumat (5/3/2022).
Tukimin menuturkan, warung tiwulnya ini mulanya berawal dari meneruskan usaha warung gorengan milik orang tuanya. Tukimin merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha itu.
"Generasi pertama mbah saya Pontiko, jualan gorengan. Kemudian ibu saya Sembleng juga jualan gorengan. Lalu setelah saya pegang, menambah menu nasi tiwul," ungkap dia.
Pengunjung akan menikmati suasana perdesaan saat menyantap nasi tiwul. Bagian dapurnya terbuat dari kayu dan cara memasaknya masih menggunakan kayu bakar dan tungku pawon.
Dalam sajian satu porsi nasi tiwul, terdapat tambahan lauk ikan cuwik, sayur terong, terancam, sambal bawang. Nasi tiwul itu juga dilengkapi aneka gorengan seperti tempe, tahu, bakwan, tempe benguk, gendar dan lain-lain.
Meskipun lokasinya barada di perkampungan, namun warung makan Mbok Sembleng selalu ramai pembeli. Selain banyak yang membawa mobil, pembeli juga banyak yang berasal dari luar kota, seperti Solo, Sukoharjo, Pacitan, Jogja dan lain-lain.
![]() |
Saking ramainya pengunjung, Tukimin bersama enam pekerjanya mulai mempersiapkan dagangan sejak 09.00 WIB. Dalam satu bulan, tepung gaplek yang dihabiskan untuk membuat tiwul sebanyak 3 kuintal. Saat buka, ia bisa memasak sebanyak 3-5 kali. Setiap memasak tiwul menghabiskan 6-7 kilogram tepung gaplek.
"Kalau ikannya habis sekitar 60 besek, setiap besek berisi empat ikan. Jadi saya itu goreng ikan dilanjut menggoreng gorengan hingga pukul 23.00 WIB," ujar dia.
Dia menuturkan, satu porsi makan yang berisi satu wadah nasi, lima ikan, satu lemper sambal bawang dan lalapan diberi harga Rp35.000. Jika menginginkan trancam, sayur terong dan gorengan tambah harga.
"Tiwul itu makanan khas Wonogiri. Saya ingin tetap melestarikan makanan tradisional ini. Bisa bertahan selama bertahun-tahun karena saya harus bersikap sabar dan ulet. Yang tidak kalah penting mempertahankan kualitas tiwul itu," kata Tukimin.
Salah satu pembeli nasi Tiwul Mbok Sembleng, Rohman, warga Dusun Garon, Desa Batuwarno, Kecamatan Batuwarno, Wonogiri. Menurutnya tiwul yang disajikan di Warung Mbok Sembleng enak dan banyak sajian lengkap lainnya.
"Rasanya mengingatkan saya saat kecil. Dulu kan makanannya juga tiwul. Sekarang kebanyakan nasi putih. Jadi kalau makan tiwul di sini itu sekaligus nostalgia saat kecil. Makanan pendukungnya juga lengkap," kata Rohman.
(ams/mbr)