Fenomena sinkhole atau kemunculan lubang tanah secara tiba-tiba terjadi di Dusun Popohan, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo. Lubang ini telah muncul sejak Maret lalu dan ukurannya terus membesar.
Lubang ini di pekarangan rumah milik Karyo Dimejo (70). Ukurannya sekitar 4,5x2 meter atau setara dimensi mobil sedan. Sedangkan kedalamannya mencapai lebih dari 5 meter.
Karyo menuturkan lubang ini tiba-tiba muncul usai hujan deras mengguyur wilayah Popohan pada bulan puasa lalu. Sebelum kemunculan lubang ini, Karyo sempat mendengar adanya suara gemuruh dari samping rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kejadiannya itu sekitar bulan puasa (Maret) lalu. Pas itu kan malem-malem hujan ya, terus tiba-tiba ada suara gemuruh dari luar rumah. Pas saya cek ternyata muncul lubang di samping rumah saya," ujar Karyo saat ditemui rumahnya, Jumat (21/7/2023).
"Tapi saat itu ukurannya masih kecil, beda kayak sekarang semakin membesar sampai beberapa pohon yang sebelumnya telah saya tanam di pekarangan itu pada roboh masuk ke dalam lubang," imbuhnya.
Karyo mengatakan pelbagai upaya telah dilakukan untuk menutup lubang tersebut. Namun, belum ada yang membuahkan hasil.
"Sudah dilakukan berbagai cara, mulai dari menimbun pakai tanah, sampai menutup menggunakan terpal biar nggak runtuh lagi pas kena hujan, tapi ya itu nggak ada hasilnya," ujarnya.
Penjelasan perangkat desa baca halaman berikutnya.
Ditemui terpisah, Jagabaya Kalurahan Banjararum, Agus Sumarwoto membenarkan adanya kemunculan lubang tersebut. Menurutnya, pihak kalurahan telah melakukan langkah antisipasi agar lubang itu tidak semakin melebar.
"Yang pasti kita telah mengevakuasi warga yang deket lubang itu untuk sementara tidak tinggal di situ, sementara yang bersangkutan mengungsi di kecamatan sebelah. Kemudian kita juga mengamankan lubang itu dengan cara memagar dan sekaligus menutup pakai terpal sehingga harapannya kalau terjadi hujan tidak masuk ke lubang," ujarnya.
Agus menjelaskan ada sejumlah hal yang diduga memicu kemunculan lubang di wilayahnya. Salah satunya kondisi tanah yang labil.
Dia menerangkan bahwa sebagian besar lahan khususnya di wilayah Popohan merupakan kawasan tanah labil. Kondisi ini sempat membuat salah satu SD di wilayah itu harus berpindah lokasi beberapa kali.
"Yang perlu diketahui bahwa kawasan di situ baik di Klepu, Popohan, Mejing itu satu kawasan yang tanahnya bergerak. Bahkan ada SD pindah sampai dua kali karena dari titik pertama itu tanahnya bergerak, kemudian pindah ke satu tempat tapi tanahnya bergerak, sementara sekarang di lokasi terakhir aman-aman saja," ujarnya.
Meski begitu lanjut Agus, perlu ada kajian lebih lanjut dari ahlinya. Karena itu, Agus mengharapkan kepada instansi terkait untuk melakukan kajian mendalam tentang kondisi tanah di wilayahnya guna menentukan langkah antisipatif di kemudian hari.
"Kepada pemangku kepentingan yang memiliki kewenangan dan kapasitas, kami harap ada penelitian yang mendalam terhadap kawasan itu sehingga bisa diambil langkah-langkah lebih lanjut. Kalau misal tidak bisa mengatasi masalah, setidaknya kita tahu persis bahaya di situ apakah bisa masih layak untuk dijadikan tempat hunian atau harus ada tindakan tertentu demi keselamatan warga ke depannya," ucapnya.