Tradisi Mubeng Beteng Keraton Jogja kembali digelar tahun ini setelah tiga tahun vakum akibat pandemi COVID-19. Para abdi dalem Keraton tampak khidmat dalam prosesi Mubeng Beteng.
Pantauan detikJateng, para abdi dalem mulai berjalan tepat setelah kentongan besi dipukul sebanyak 12 kali yang menandakan tepat pukul 00.00 WIB. Ratusan masyarakat nampak memadati area Keraton hingga di depan gerbang sisi barat.
Dari pihak Keraton diwakili oleh Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Purbodiningrat untuk mengantarkan keberangkatan para abdi dalem. Tak sedikit pula masyarakat yang ikut berjalan mengikuti prosesi ini di belakang barisan para abdi dalem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Mubeng Beteng merupakan tradisi tahunan untuk merayakan tahun baru Hijriah serta tahun baru kalender jawa. Prosesnya diawali dengan pembacaan macapat oleh abdi dalem pada pukul 20.00 WIB.
Prosesi Mubeng beteng dilakukan oleh abdi dalem Keraton tanpa alas kaki, berjalan mengitari tembok atau beteng Keraton berlawanan dengan arah jarum jam. Dalam perjalanannya, para abdi dalem juga tidak berbicara.
Adapun rute Mubeng Beteng yakni berangkat melalui Kamandhungan Lor (Keben) menuju ke Ngabean, Pojok Beteng Kulon, lalu ke Plengkung Gading Wetan, Jalan Ibu Ruswo, sampai ke Alun-alun Utara, dan kembali ke Kamandhungan Lor.
"Semoga pada tahun yang akan datang menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya," terang Ketua Paguyuban Abdi Dalem Keraton, KRT Kusumanegara kepada wartawan sebelum prosesi Mubeng Beteng, Rabu (19/7/2023).
![]() |
Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Laksmi menjelaskan makna dari prosesi Mubeng Beteng ini yakni sebagai bentuk perenungan, kontemplasi, dan memohon perlindungan kepada Tuhan untuk perjalanan 1 tahun ke depan.
"Kemudian para abdi dalem biasanya melepas kerisnya tanpa sandal gitu ya dia berjalan karena ingin merasakan sense alam dan tuhan di dalam perjalanan yang disimboliskan ritualnya itu," jelas Dian kepada wartawan di kompleks Keraton, Rabu (19/7).
"Jadi sebenarnya kalau lintasan tidak terlalu masalah tapi inti pentingnya adalah kontemplasi merenung dan kemudian mengingat alam semesta dengan mubeng beteng itu," tutupnya.
(rih/rih)