Dinkes DIY: Pasien Antraks Bisa Sembuh Dikasih Antibiotik

Dinkes DIY: Pasien Antraks Bisa Sembuh Dikasih Antibiotik

Adji G Rinepta - detikJateng
Rabu, 05 Jul 2023 19:45 WIB
Petugas saat mengambil sampel tanah di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (5/7/2023).
Petugas saat mengambil sampel tanah di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (5/7/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Yogyakarta -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan orang yang terpapar penyakit antraks bisa disembuhkan. Syaratnya, orang itu langsung mendapatkan penanganan medis begitu diketahui terpapar penyakit menular tersebut.

Kepala Dinkes DIY, Pembajun Setyaningastutie mengatakan satu orang yang meninggal karena antraks di Gunungkidul itu baru diketahui terpapar setelah dibawa ke rumah sakit.

Korban yang dinyatakan positif antraks itu juga sudah berusia lanjut atau di atas 70 tahun. Kondisi suspek antraks pada lansia, menurut Pembajun, mesti diwaspadai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masalahnya ini di manusianya kan diketahui sudah pada kasus sudah masuk rumah sakit, kan berarti sudah telat," kata Pembajun saat dihubungi wartawan, Rabu (5/7/2023).

"Usia yang menjadi suspek itu sudah sepuh, umur 70-an, umur 80. Jadi sebenarnya kondisi pasien juga mendukung. Jadi kalau itu harusnya bisa lebih awal itu bisa terselamatkan," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Pembajun menjelaskan pengobatan antraks pada manusia tergolong sederhana dan kemungkinan sembuhnya besar jika ditangani dengan cepat.

"Pasien bisa disembuhkan. Pengobatannya sebenarnya sederhana, hanya dikasih antibiotik," terangnya.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X juga menyoroti tingkat kesadaran masyarakat terhadap penyakit antraks.

"Literasi yang musti diberikan ke masyarakat ya, gejala antraks itu ada di sapi yang seperti apa, harus dengan kelengkapan apa untuk cara mengobati dan untuk tidak dimakan dagingnya," kata Sultan saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (5/7).

Sultan juga menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang mengonsumsi daging sapi yang sebelumnya mati mendadak.

"Sudah tahu antraks yo dimakan bersama. Mungkin literasinya jalan, tapi kesadaran atau kurang telitinya memeriksa sapinya sendiri, ya sulit. Selalu akan terulang hal yang sama, malah korban makin banyak," ujar Sultan.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan setelah mendapat laporan soal kematian satu warga Jati akibat terpapar antraks, pihaknya langsung melakukan penyelidikan.

Hasilnya, terungkap bahwa warga Jati sebelumnya menyembelih tiga ekor sapi yang mati mendadak pada akhir bulan Mei.

"Yang dikonsumsi masyarakat ada tiga ekor sapi. Ketiganya sudah sakit dan mati," ujarnya kepada wartawan di Kantor Pemkab Gunungkidul, Rabu (5/7).

Wibawanti mengungkapkan jika warga sempat menggali tempat penguburan satu ekor sapi yang mati mendadak. Warga lalu menyembelih dan mengonsumsi daging tersebut.

"Nah, kita suruh kubur menggunakan SOP tapi sama masyarakat ada yang satu digali lagi dan dikonsumsi. Kalau dua (ekor sapi) lainnya belum sempat dikubur tapi tetap dikonsumsi warga," ujarnya.




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads