Jalan Malioboro adalah salah satu daya tarik wisatawan Jogja. Jalan yang terletak tidak jauh dari Stasiun Tugu Jogja ini hampir setiap hari senantiasa dipadati oleh para pelancong dari berbagai daerah. Rupanya terdapat sejarah dan makna di balik nama Jalan Malioboro.
Jalan Malioboro yang dibangun oleh pemerintah Belanda tersebut tidak semata sebagai tempat berlalu lalang kendaraan bermotor saja, tetapi di balik itu semua menyimpan sejarah panjang yang turut menjadi saksi perjuangan Republik Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Lantas seperti apa sejarah Jalan Malioboro? Berikut ini sejarah dan makna Jalan Malioboro, dikutip dari Arsip dan Perpustakaan Jogja Kota dan Teras Malioboro dalam laman resminya, Senin (22/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Jalan Malioboro
Terdapat tiga jalan di Kota Jogja yang membentang dari Tugu Jogja hingga Kantor Pos Jogja. Secara keseluruhan ketiga jalan tersebut terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral A. Yani, dan Jalan Malioboro. Malioboro menjadi salah satu jalan tersebut dan merupakan pusat garis khayal Kraton Jogja.
Pada abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai pusat perekonomian. Kemudian nama Malioboro mulai populer pada era kolonial (1790-1945). Ketika pemerintah Belanda membangun sebuah benteng bernama Benteng Vredeburg tahun 1790 yang terletak di ujung selatan Malioboro. Selain itu, Belanda juga membangun Dutch Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governor's Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos.
Dalam perjalannya Malioboro terus berkembang pesat, hal tersebut disebabkan karena berbagai faktor salah satunya adanya hubungan perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Selanjutnya pada tahun 1887, setelah Stasiun Tugu dibangun, maka Jalan Malioboro dibagi menjadi dua. Selain itu, Jalan Malioboro turut menjadi saksi bisu atas perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Jalan Malioboro pernah menjadi tempat pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Dalam pertempuran yang berlangsung selama enam jam tersebut pasukan Indonesia berhasil menguasai Jogja.
Kawasan Jalan Malioboro hingga saat ini tetap dijadikan sebagai pusat kehidupan masyarakat Jogja dengan mempertahankan konsep dan model aslinya dulu. Terdapat berbagai macam tempat strategis yang terletak di kawasan ini seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo, Teras Malioboro, hingga Istana Presiden Gedung Agung.
Makna Malioboro
Pemberian nama Jalan Malioboro yang diperkirakan dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1750-an tersebut terinspirasi dari sebuah jalan yang terdapat di kerajaan dalam kitab Ramayana yang dijadikan sebagai jalan utama dan sangat terkenal. Jalan tersebut digunakan sebagai tempat untuk menyambut raja dan tamunya, serta menjadi jalan penting yang memiliki beragam keberkahan.
Nama jalan tersebut adalah Malyabhara yang kemudian digunakan untuk menamai jalan yang berada di pusat Kota Jogja tersebut. Karena pengaruh pengucapan orang Jawa dimana huruf a dibaca o, maka terdengar seperti Malioboro. Dalam bahasa Sansekerta, Malya berarti bunga dan bhara adalah mengenakan, sehingga Malyabhara berarti mengenakan bunga (jalan yang istimewa).
Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dil/ams)