Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul menyebut hingga saat ini tercatat ada seratusan ekor sapi terpapar lumpy skin disease (LSD) yang tersebar di belasan Kapanewon. Dari jumlah kasus tersebut, dua ekor sapi di antaranya mati.
"Sampai saat ini ada 147 ekor sapi yang terkena LSD dan dua di antaranya mati. Untuk yang 147 itu tersebar di 13 Kapanewon," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Wibawanti Wulandari kepada detikJateng, Jumat (24/2/2023).
Selain itu, dari 18 kapanewon ada enam yang tidak memiliki kasus aktif LSD. Rinciannya ada di Kapanewon Playen, Paliyan, Saptosari, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi hampir di semua kapanewon ada temuan kasus LSD," ucapnya.
Wibawanti mengatakan pihaknya telah melakukan pemantauan ke sejumlah pasar hewan, khususnya di Pasar Hewan Siyono. Hasilnya, masih ditemukan sapi yang terpapar LSD di beberapa pasar tersebut.
"Kita sudah antisipasi, seperti melakukan penjagaan di pasar hewan, seperti di Pasar (hewan) Siyono itu pernah ada temuan juga," ujarnya
"Jadi kalau kita temukan (sapi terpapar LSD) kita jaga, kita keluarkan dan diobati. Lalu dilaporkan agar terdata. Kenapa wajib dilaporkan itu agar terpantau," lanjut Wibawanti.
Selain penjagaan dan pemantauan ternak di pasar hewan, Wibawanti mengaku tengah memaksimalkan sisi pengobatan dan lalu lintas keluar masuk. Wibawanti juga telah mengusulkan 5 ribu vaksin untuk LSD.
"Lalu lintas LSD kita tertibkan. Selain itu kita intensifkan dari sisi pengobatan dan meminimalkan pergerakan ternak," katanya.
(ams/aku)