Menurutnya, labuhan tersebut sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar Sultan panjang umur. Selain itu, agar semua masyarakat Jogja diberi kemakmuran.
"Memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa, semoga dengan adanya upacara adat hajad labuhan jumenengan dalem ini semoga Kanjeng Sinuhun diberikan panjang yuswo (umur) dengan penuh keberkahan, diberikan kesehatan," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan juga baik Keraton maupun abdi dalem juga diberikan kemakmuran dan juga sedaya kerabat dalem, juga masyarakat Ngayogyakarta Hadiningrat semoga tetap ayem, toto, titi, tentrem kerta raharja (keadaan yang tentram)," lanjut Tri.
Tri menambahkan, labuhan Keraton Jogja tahun ini tidak ada pembatasan seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena saat ini pandemi COVID-19 mulai melandai.
"Semenjak Keraton berdiri sampai sekarang belum pernah berhenti, perbedaannya hanya kemarin pandemi dilakukan secara terbatas, dalam artian tidak mengundang berbagai pihak dan hanya para abdi dalem. Tahun ini yang tanpa batasan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Nugroho Eko Setyanto mengatakan antusiasme masyarakat dalam menyambut ritual Labuhan Jumenengan ke-35 HB X ini sangat luar biasa. Menurutnya hal ini menunjukkan bahwa orang Jogja memiliki keinginan kuat untuk melestarikan kebudayaannya.
"Harapan kita dengan labuhan ini akan senantiasa mengingatkan kita semua tentang jati diri kita sebagai orang Jogja yang harus selalu melestarikan kebudayaan yang ada di tanah air khususnya di Yogyakarta," ujar Nugroho.
(rih/ams)