Pendiri sekaligus pemimpin Pondok Pesantren (ponpes) waria Al Fatah Jogja Shinta Ratri meninggal dunia hari ini. Shinta meninggal karena sakit jantung. Berikut kisah perjuangan Shinta Ratri dalam mempertahankan ponpes waria yang didirikannya.
Ponpes waria Al-Fatah berada di Kampung Kotagede, Jagalan, Banguntapan, Bantul, DIY. Ponpes itu menjadi tempat bagi para waria untuk belajar agama dan mengembangkan soft skill. Jurnalis detikcom pernah bertandang ponpes itu pada Kamis (25/7/2019).
Ponpes dengan bangunan khas Jogja itu berada di antara gang sempit. Memasuki ponpes tersebut, terdapat sebuah ruang memanjang berisi beberapa kursi dan meja yang menghadap ke sebuah papan tulis putih.
Masuk lebih jauh lagi, terdapat sebuah gazebo yang di depannya ada tempat untuk mengaji. Ada beberapa Al-Qur'an, Iqra', dan perlengkapan ibadah di tempat beralas karpet hijau tersebut.
Di belakang gazebo itu terdapat beberapa ruangan, seperti ruang perpustakaan hingga ruang konseling.
Sang pendirinya, Shinta Ratri (57), menceritakan awal mula berdirinya Ponpes waria Al-Fatah ini. Shinta mengatakan ponpes ini berdiri sejak 2008.
"Setiap orang punya hak beribadah. Gini, saat manusia lahir telah melekat pada dirinya hak asasi, secara otomatis dia adalah sebagai makhluk Tuhan. Itulah kenapa kami memperjuangkan hak beribadah, karena kami manusia yang punya hak beribadah seperti orang-orang lainnya," kata Shinta kepada detikcom saat itu.
"Kami punya hak untuk beribadah, berkumpul dan belajar, itulah yang sesungguhnya kita harapkan, karena selama ini kami kerap didiskriminasi. Bahkan untuk berbuat baik harus pikir dua kali karena stigma, karena curiga kemudian kami dianggap berdosa. Jadi waria bukan pilihan kami, tapi ini hanya sekadar apa yang harus kami lakoni (lakukan)," imbuh Shinta.
Transpuan yang berhijab ini melanjutkan, berdasarkan hal itulah ia mulai mendirikan Ponpes Al-Fatah. Saat itu ada puluhan waria yang belajar agama di ponpesnya.
"Secara keseluruhan ada 42 orang, tapi yang aktif 30 sampai 35 orang. Mereka berasal dari latar belakang dan profesi yang berbeda-beda," ucapnya.
Shinta menuturkan tidak semua santri tinggal di Ponpes Waria Al-Fatah. Sebab, ada yang sudah memiliki tempat tinggal dan memiliki kesibukan masing-masing.
"Yang tinggal di sini hanya 6 orang, keenam orang itu ada yang kerja sebagai pengamen, tukang masak, dan di LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)," jelasnya.
Shinta menjelaskan, pembelajaran agama di ponpes itu tiap dua hari dalam sepekan. Pengajarnya 3 ustaz dan 1 ustazah.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(dil/ams)