Kisah Wahadi, Penjual Burger Usia 81 Tahun di Jalan Kaliurang Sleman

Kisah Wahadi, Penjual Burger Usia 81 Tahun di Jalan Kaliurang Sleman

Anggah - detikJateng
Kamis, 19 Jan 2023 09:00 WIB
Wahadi (81), penjual burger di Jalan Kaliurang, Sleman, Rabu (18/1/2023).
Wahadi (81), penjual burger di Jalan Kaliurang, Sleman, Rabu (18/1/2023). Foto: Anggah/detikJateng
Sleman -

Usianya sudah 81 tahun. Namun Wahadi masih penuh asa menjajakan hamburger di Jalan Kaliurang, Sleman. Dia mendorong gerobaknya sendiri. Hamburger buah tangannya pun lezat.

Siang itu di tepi Jalan Kaliurang Km 6,2, Rabu (18/1), Wahadi tampak sedang beristirahat di belakang gerobak dorongnya. Dia duduk sambil terpejam.

Namun tiap ada pembeli, pria sepuh itu sigap melayani dengan ramah dan senyum. Tangan keriputnya masih lincah meracik hamburger. Ada dua pilihan burgernya, pakai telur atau tanpa telur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Burger buatan Wahadi matangnya merata, lengkap dengan irisan tomat, bawang bombay, dan timun di dalamnya. Siang itu dia melayani tujuh pembeli sekaligus yang rela mengantre.

Wahadi berjualan hamburger sejak 2004. Awalnya ia berdagang pernak-pernik wisata seperti kain pantai, kipas, dan hiasan dinding. Karena krisis moneter (krismon) pada 1998, usahanya gulung tikar.

ADVERTISEMENT
Wahadi (81), penjual burger di Jalan Kaliurang, Sleman, Rabu (18/1/2023).Wahadi (81), penjual burger di Jalan Kaliurang, Sleman, Rabu (18/1/2023). Foto: Anggah/detikJateng

Baca juga:

Korban Penganiayaan di Gunungkidul Tak Dikaver JKN, ORI DIY Turun Tangan

"Saya berdagang (burger) baru 18 tahun. Dak katek untuk tani (tidak punya lahan untuk bertani). Habis krismon cari kerjaan susah, mana-mana nggak ada lowongan, kebetulan yang nyantol disini 2004," kata Wahadi saat ditemui di Jalan Kaliurang Km 6,2, Purwosari, Sinduadi, Mlati, Sleman, Rabu (18/1/2023).

Tak hanya suaranya yang masih lantang, di usia kepala delapan, ingatan Wahadi juga masih kuat. Pada 2004 silam, dia sempat diterima sebagai pegawai pembuat genteng. Lantaran dianggap telah uzur, Wahadi pun dirumahkan.

"Aku sudah sampai Wonogiri cari kerja, mau jemur genteng, tapi ya 2004 itu aku sudah kelihatan tua, sudah 60 tahun, jadi aku dikembalikan. Disuruh pulang dikasih duit 50 ribu sama beras kasih pulang. Nggak jadi kerja, padahal perjanjian mau jemur genteng pres itu," Wahadi mengenangkan.

Singkat cerita, setelah melamar kerja ke banyak tempat, Wahadi akhirnya diterima bekerja di Burger Dinar.

"Waktu itu ke kantor Bupati juga, minta bersih-bersih jalan atau apa, nggak ada jawaban ya sudah cari lagi. Sempat ada (lowongan) di Condong Catur, roti juga, tapi disuruh ngontrak dekat situ. Ya akhirnya gagal, tidak punya uang untuk ngontrak. Akhirnya nyantol di sini (sejak) 2004," Kata Wahadi.

Baca juga:

Cerita Ekskavator 7 Tahun Terjebak di Danau Kebun Buah Mangunan Bantul

Sejak itu hingga sekarang Wahadi menekuni pekerjaannya sebagai pedagang burger. Kini Wahadi tinggal di sekitar Jalan Kaliurang Km 12 Pedak, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman.

Tiap hari, dari pagi hingga malam, ia berjalan kaki sejauh 12 kilometer sambil mendorong gerobaknya. Pagi dia mangkal di sekitar Jalan Kaliurang Km 10 hingga sekitar pukul 08.00 WIB.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Setelah itu ia mendorong gerobaknya ke selatan, mangkal di depan pusat perbelanjaan di Jalan Kaliurang Km 6,2.

"Saya datangnya jam 6 pagi. Kadang di sana (di utara Jalan Kaliurang) juga laku. Di sana jam 7 sudah buka. Kalau di sini (Jalan Kaliurang Km 6,2) jam 10 buka," kata Wahadi.

Wahadi menjelaskan, model usahanya burger berbentuk kerja sama. Sebelumnya, Burger Dinar punya banyak karyawan. Setelah bangkrut pada 2010, Wahadi kini satu-satu karyawan yang masih bertahan.

Nama burger Dinar itu akronim dari Dian Nirmalasari, pemilik tempat Wahadi bekerja.

"Dulu kan dia perusahaan roti, bangkrutnya 2010, karyawannya pulang semua, tinggal saya. Saya ini cari kerja, kebetulan yang lowong ini, kerja sama dengan Drg Dian Nirmalasari. Yang buatkan (bahan burger) sana, aku tinggal jual saja," ujar Wahadi.

"Nanti kalau pulang tunggu sana pulang, aku baru masuk. Rukonya digunakan untuk praktik klinik gigi," imbuh Wahadi.

Ditanya kenapa masih bekerja meski sudah renta, Wahadi pun tersenyum. Ia lalu bercerita bahwa istrinya masih memiliki usaha kain hingga baju Jawa. Namun usaha istrinya kini sepi. Dia punya 3 anak, mereka bekerja sebagai tukang ojek.

"Sekarang yang meneruskan di rumah cuma istri, sedikit-sedikit, ada kain ada baju Jawa. Kalau ingin masuk makam raja kan butuh baju Jawa, nah biasanya itu beli tempatku. Anak ada 3, ngojek sekarang sulit untuk cari duit. Nggak ada turis, sana di Prawirotaman juga sepi, ke pantai atau ke mana lemparan dari situ," jelas Wahadi.

Wahadi mengaku pernah jatuh sakit pada 2014. Saat itu dia mengalami darah rendah dan ambeien. Beruntung saat itu ia mendapat bantuan dari pemerintah dan dari para donatur hingga bisa operasi ambeien.

Usai dioperasi, Wahadi mengaku tidak pernah sakit lagi. Ia menyebut banyak perubahan pada kesehatannya setelah operasi.

"Karena dulu darah rendah, ke mana-mana ditolak karena mukanya pucat. Darah rendah waktu itu sembuh total, juga sempat operasi ambeien. Setelah itu sehat. Itu 2014 dari dulu ingin operasi cuma nggak punya uang," kata Wahadi.

"Ya dapat bantuan dari Pak Jokowi atau apa ya itu, macam-macam dapat bantuan. Bikin keterangan tidak mampu, akhirnya selesai total habis 15 juta saya di rumah sakit. Kalau uang sendiri saya nggak punya," pungkas Wahadi.

Halaman 2 dari 2
(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads