Beredar Kisah Sedih Mahasiswi Tercekik UKT, Rektor UNY: Sangat Berduka

Beredar Kisah Sedih Mahasiswi Tercekik UKT, Rektor UNY: Sangat Berduka

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 13 Jan 2023 10:22 WIB
Kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Kampus UNY. Foto: Dok. UNY.
Solo -

Rektor UNY Sumaryanto menyampaikan rasa dukanya usai mendengar kisah N. Dirinya mengaku begitu sedih saat mengetahui ada mahasiswa yang tidak bisa kuliah hingga depresi.

"Saya sedih, sangat berduka kalau sampai penyebabnya mahasiswa sampai tidak bisa bayar, sampai depresi, saya betul-betul sedih," ucap Sumaryanto saat dihubungi wartawan, Kamis (12/1).

"Jadi betul-betul kalau ada mahasiswa kesulitan uang, kalau bukan UNY yang membantu Sumaryanto, komitmennya seperti itu secara pribadi," tegasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenai besaran UKT (uang kuliah tunggal), Sumaryanto menyebut nominalnya terendah di UNY senilai Rp 500 ribu per semester. "UKT terendah Rp 500 ribu satu semester, tertinggi sekitar Rp 6 jutaan kalau FT (Fakultas Teknik), kalau FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) Rp 5 jutaan," ucap dia.

Menurutnya pengajuan penurunan UKT bisa dilakukan saat awal salah menginput UKT sehingga dinilai terlalu tinggi. Pihak UNY juga menyediakan dispensasi UKT ketika terjadi bencana alam, kecelakaan atau orang tua meninggal sehingga menjadi yatim piatu atau terkena PHK.

ADVERTISEMENT

"Sebagian besar yang ngoreksi minta turun karena salah menginput data. (Caranya) Mengajukan surat ke rektor, ternyata kami pendapatannya hanya sekian. Bahkan ada karena kena gempa, kena PHK, kami akan mengusulkan dikurangi UKT satu grid, yang penting tidak boleh bohong. Kalau apa adanya pasti kami bantu, jaminannya itu," terangnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswi UNY berinisial N berjuang untuk bisa kuliah di tengah tingginya UKT di kampus itu. Akan tetapi, mimpi N untuk terus kuliah itu pun kandas hingga akhir hayatnya.

Cerita perjuangan N diungkap oleh rekannya Rachmad Ganta Semendawai (24) lewat akun Twitter pribadinya @rgantas. Ganta yang juga kakak tingkat N menceritakan temannya itu berasal dari keluarga tidak mampu.

"Dia mahasiswa angkatan 2020, terkendala masalah UKT, tidak bisa membayar UKT," kata Ganta saat dihubungi wartawan, Kamis (12/1).

Ganta menuturkan orang tua N sehari-hari hanya berjualan sayur mayur. Ditambah lagi harus menghidupi N yang merantau dan empat orang adiknya yang belum lulus sekolah.

Awal masuk kuliah, N telah mengisi pendapatan orang tua sesuai kondisi ekonominya. Namun, saat mengunggah berkas, dia tidak memiliki laptop sehingga meminjam ponsel tetangganya.

"Karena android tetangganya tidak secanggih HP yang sedang Anda pakai. Akhirnya ia tidak bisa mengupload berkas-berkas yang diminta. Ia mengira inilah alasan mengapa nominal UKT-nya melonjak. Entah ada pengaruh atau tidak. Namun, secara ajaib nominal UKT-nya muncul dengan angka Rp 3,14 juta," ucapnya.

UKT sebesar Rp 3,14 juta itu membuat N sempat mengurungkan niatnya melanjutkan pendidikan. Beruntung, kala itu N dibantu guru-guru sekolahnya.

"Sudah (menyampaikan kemampuan ekonomi). Waktu itu dia punya masalah keuangan. Kalau dalam kondisi seperti itu udah pasti nggak bisa masuk UNY karena udah diterima tapi nggak bisa bayar. Tapi waktu itu dibayari oleh guru-gurunya," ucapnya.

Selengkapnya di halaman berikutnya....

Dari cerita yang diterimanya, N juga mengalami kendala pembayaran UKT di semester selanjutnya. Walaupun N telah mengajukan penurunan UKT namun nominalnya tidak signifikan.

"Ini masih belum cukup. Ia hampir menyerah. Namun, di detik-detik terakhir bantuan pun datang. Ia menyebut ini sebagai 'keajaiban'. Teman-teman, DPA, dan Kajur membantu patungan. Saya juga ikut membantu, walau tidak banyak," bebernya.

Ganta menyebut N sudah berkali-kali mengajukan keringanan UKT ke Rektorat. Namun terkendala birokrasi yang rumit serta alur yang tak jelas.

"Bahkan dia sudah nyoba berkali-kali datangin Rektorat katanya kayak dilempar bola (dioper-oper)," ujarnya.

Di semester ketiganya, N tak sanggup lagi melanjutkan kuliah karena tak bisa membayar UKT. N disebut sempat mengajukan cuti namun akhirnya tetap tak bisa melanjutkan studinya.

"Tidak kurang-kurang usaha yang ia lakukan agar bisa melanjutkan studi. Segala cara dia coba, dari mencari beasiswa hingga mengambil parttime. Menurut saya praktis semua usaha sudah ia coba," tutur Genta.

Ganta pun pada dasarnya ingin menanyakan kebenaran kabar mundurnya N dari UNY. Hal itu urung dia lakukan karena mendengar N telah meninggal dunia pada 9 Maret 2022.

"Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/sip)


Hide Ads