Kisah Mahasiswi UNY, Tercekik UKT Tak Bisa Lanjut Kuliah hingga Akhir Hayat

Kisah Mahasiswi UNY, Tercekik UKT Tak Bisa Lanjut Kuliah hingga Akhir Hayat

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Kamis, 12 Jan 2023 18:19 WIB
Metallic coins with a black mortarboard forming a financial graph over white background. Savings concept. Horizontal composition with selective focus and copy space.
Ilustrasi UKT (Foto: Getty Images/iStockphoto/MicroStockHub)
Jogja -

Kisah seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berjuang untuk bisa berkuliah di tengah tingginya uang kuliah tunggal (UKT) di kampus itu. Mahasiswi berinisial N itu pada akhirnya harus mengubur mimpinya untuk bisa berkuliah hingga akhir hayatnya.

Cerita perjuangan N tak bisa disampaikan langsung oleh yang bersangkutan. Adalah Rachmad Ganta Semendawai (24), salah satu kakak tingkat sekaligus teman almarhumah N yang menceritakan getir dan perjuangan N untuk bisa membayar UKT demi melanjutkan studi. Cerita itu juga telah diunggah di akun Twitter pribadinya @rgantas.

Ganta, begitu lelaki itu disapa, menceritakan bahwa sejak awal kuliah, N telah dihadapkan pada nominal UKT yang tinggi. Padahal N berasal dari keluarga tak mampu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia mahasiswa angkatan 2020, terkendala masalah UKT, tidak bisa membayar UKT," kata Ganta saat dihubungi wartawan, Kamis (12/1/2023).

Dari cerita yang diterima Ganta, orang tua N di Purbalingga saban hari hanya berjualan sayur. Ditambah harus menghidupi N dan empat orang adik yang belum lulus sekolah.

ADVERTISEMENT

Awal masuk kuliah, N telah mengisi pendapatan orang tua sesuai kondisi ekonominya. Namun, saat diminta mengunggah berkas, dia tidak punya laptop kemudian meminjam ponsel tetangganya.

"Karena android tetangganya tidak secanggih HP yang sedang Anda pakai. Akhirnya ia tidak bisa mengupload berkas-berkas yang diminta. Ia mengira inilah alasan mengapa nominal UKT-nya melonjak. Entah ada pengaruh atau tidak. Namun, secara ajaib nominal UKT-nya muncul dengan angka Rp 3,14 juta," ucapnya.

Dihadapkan dengan tingginya UKT, N hampir mengubur mimpinya untuk bisa berkuliah. Sebab, walaupun diterima, jika tidak membayar UKT tetap saja dia tidak bisa kuliah. Beruntung, guru-guru di sekolahnya mau membantu.

"Sudah (menyampaikan kemampuan ekonomi). Waktu itu dia punya masalah keuangan. Kalau dalam kondisi seperti itu udah pasti nggak bisa masuk UNY karena udah diterima tapi nggak bisa bayar. Tapi waktu itu dibayari oleh guru-gurunya," ucapnya.

Dari cerita yang dia terima, N juga mengalami kendala pembayaran UKT di semester selanjutnya. Walaupun N telah mengajukan penurunan UKT namun nominalnya tidak signifikan.

"Ini masih belum cukup. Ia hampir menyerah. Namun, di detik-detik terakhir bantuan pun datang. Ia menyebut ini sebagai 'keajaiban'. Teman-teman, DPA, dan Kajur membantu patungan. Saya juga ikut membantu, walau tidak banyak," bebernya.

Ganta menyebut N sudah berkali-kali mengajukan keringanan UKT ke Rektorat. Namun terkendala birokrasi yang rumit serta alur yang tak jelas.

"Bahkan dia sudah nyoba berkali-kali datangin Rektorat katanya kayak dilempar bola (dioper-oper)," ujarnya.

Ia melanjutkan, N selalu berhati-hati untuk menggunakan uang. Salah satu temannya pernah memberinya abon. Dia sangat senang.

"Selama di kos dia terlihat hanya makan nasi dengan abon yang diberi temannya tadi. Bahkan odol, sabun, sampo, dan mi instan dia dapatkan dari pemberian temannya," katanya.

Kisah N selengkapnya, di halaman selanjutnya.

Akan tetapi, di semester tiga N benar-benar tak bisa melanjutkan kuliah karena tak mampu membayar UKT. Sempat mengajukan cuti, namun pada akhirnya N tetap tidak bisa melanjutkan studi.

"Ada dua kabar berbeda. Ada yang mengatakan ia akhirnya menyerah. Ada juga yang bilang dia cuti dan mencari kerja untuk membayar UKT semester selanjutnya," sebutnya.

"Tidak kurang-kurang usaha yang ia lakukan agar bisa melanjutkan studi. Segala cara dia coba, dari mencari beasiswa hingga mengambil part time. Menurut saya praktis semua usaha sudah ia coba," imbuhnya.

Ganta pun pada dasarnya ingin menanyakan kebenaran kabar mundurnya N dari UNY. Akan tetapi hal itu tidak bisa dia lakukan karena N telah meninggal dunia pada 9 Maret 2022.

"Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS," ucapnya.

Sebut Banyak Kasus Serupa

Ganta melanjutkan, kasus keanehan UKT di UNY bukan hanya terjadi pada N saja. Menurutnya banyak kasus di mana nominal UKT lebih tinggi dari kemampuan ekonomi mahasiswa.

"Tapi dia bukan cuma satu-satunya karena terbaru @unybergerak bikin survei mahasiswa mengisi dan 97 persen merasa UKT mereka tidak sesuai dengan kondisi mereka," ucapnya.

Poin penting yang ingin disampaikan adalah soal tata kelola yang buruk dari institusi besar seperti UNY. N adalah satu dari sekian banyak korbannya.

"Terbaru, mekanisme penurunan UKT tahun ini hanya diberikan pada mahasiswa yang orang tuanya meninggal. Akhirnya banyak yang bernasib seperti almarhum kemudian turunnya nggak signifikan," katanya.

"UNY punya masalah di penetapan UKT dan sudah memakan korban. Ya itu salah satunya N," sambungnya.

Sementara itu, hingga berita ini ditayangkan, pihak kampus belum memberi tanggapan. detikJateng juga telah mencoba menghubungi Rektor UNY Sumaryanto sekitar pukul 14.30 WIB tadi. Namun hingga berita ini ditulis, detikJateng belum mendapat respons. Selain itu permintaan wawancara dan konfirmasi detikJateng melalui pesan WhatsApp juga belum direspons.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)


Hide Ads