Pupus Asa Mahasiswi UNY Untuk Kuliah gegara UKT Mencekik

Pupus Asa Mahasiswi UNY Untuk Kuliah gegara UKT Mencekik

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 13 Jan 2023 07:30 WIB
ilustrasi kelulusan
Ilustrasi kuliah (Foto: thinkstock)
Sleman -

Seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berjuang untuk bisa kuliah di tengah tingginya uang kuliah tunggal (UKT) di kampus itu. Mimpi mahasiswi berinisial N untuk terus kuliah itu pun kandas hingga akhir hayatnya.

Cerita perjuangan N disampaikan rekannya Rachmad Ganta Semendawai (24) lewat akun Twitter pribadinya @rgantas. Ganta yang juga kakak tingkat N menceritakan temannya itu berasal dari keluarga tidak mampu.

"Dia mahasiswa angkatan 2020, terkendala masalah UKT, tidak bisa membayar UKT," kata Ganta saat dihubungi wartawan, Kamis (12/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ganta menuturkan orang tua N sehari-hari hanya berjualan sayur mayur. Ditambah lagi harus menghidup N yang merantau dan empat orang adiknya yang belum lulus sekolah.

Awal masuk kuliah, N telah mengisi pendapatan orang tua sesuai kondisi ekonominya. Namun, saat mengunggah berkas, dia tidak memiliki laptop sehingga meminjam ponsel tetangganya.

ADVERTISEMENT

"Karena android tetangganya tidak secanggih HP yang sedang Anda pakai. Akhirnya ia tidak bisa mengupload berkas-berkas yang diminta. Ia mengira inilah alasan mengapa nominal UKT-nya melonjak. Entah ada pengaruh atau tidak. Namun, secara ajaib nominal UKT-nya muncul dengan angka Rp 3,14 juta," ucapnya.

UKT sebesar Rp 3,14 juta itu membuat N sempat mengurungkan niatnya melanjutkan pendidikan. Beruntung, kala itu N dibantu guru-guru sekolahnya.

"Sudah (menyampaikan kemampuan ekonomi). Waktu itu dia punya masalah keuangan. Kalau dalam kondisi seperti itu udah pasti nggak bisa masuk UNY karena udah diterima tapi nggak bisa bayar. Tapi waktu itu dibayari oleh guru-gurunya," ucapnya.

Dari cerita yang diterimanya, N juga mengalami kendala pembayaran UKT di semester selanjutnya. Walaupun N telah mengajukan penurunan UKT namun nominalnya tidak signifikan.

"Ini masih belum cukup. Ia hampir menyerah. Namun, di detik-detik terakhir bantuan pun datang. Ia menyebut ini sebagai 'keajaiban'. Teman-teman, DPA, dan Kajur membantu patungan. Saya juga ikut membantu, walau tidak banyak," bebernya.

Ganta menyebut N sudah berkali-kali mengajukan keringanan UKT ke Rektorat. Namun terkendala birokrasi yang rumit serta alur yang tak jelas.

"Bahkan dia sudah nyoba berkali-kali datangin Rektorat katanya kayak dilempar bola (dioper-oper)," ujarnya.

N disebut selalu berhati-hati menggunakan uangnya. Bahkan keperluan sehari-hari seperti sabun, odol, hingga mi instan diterima N dari teman-temannya.

Di semester ketiganya, N tak sanggup lagi melanjutkan kuliah karena tak bisa membayar UKT. N disebut sempat mengajukan cuti namun akhirnya tetap tak bisa melanjutkan studinya.

"Tidak kurang-kurang usaha yang ia lakukan agar bisa melanjutkan studi. Segala cara dia coba, dari mencari beasiswa hingga mengambil part time. Menurut saya praktis semua usaha sudah ia coba," tutur Genta.

Selengkapnya di halaman berikut.

Hasil Survei UKT UNY Dinilai Memberatkan

Ganta pun pada dasarnya ingin menanyakan kebenaran kabar mundurnya N dari UNY. Hal itu urung dia lakukan karena mendengar N telah meninggal dunia pada 9 Maret 2022.

"Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS," ucapnya.

Ganta pun menyoroti banyaknya keanehan soal UKT di UNY yang juga dialami mahasiswa lainnya. Banyak kasus di mana nominal UKT lebih tinggi dari kemampuan ekonomi mahasiswa.

"Tapi dia bukan cuma satu-satunya karena terbaru @unybergerak bikin survei mahasiswa mengisi dan 97 persen merasa UKT mereka tidak sesuai dengan kondisi mereka," ucapnya.

Dia pun menyoroti buruknya tata kelola UNY. Dalam kasus ini N menjadi korbannya.

"Terbaru, mekanisme penurunan UKT tahun ini hanya diberikan pada mahasiswa yang orang tuanya meninggal. Akhirnya banyak yang bernasib seperti almarhum kemudian turunnya nggak signifikan," katanya.

"UNY punya masalah di penetapan UKT dan sudah memakan korban. Ya itu salah satunya N," sambungnya.

Rektor UNY Sedih

Rektor UNY Sumaryanto mengaku sedih mendengar kisah N. Menurutnya, baik UNY maupun dia pribadi bertekad untuk membantu para mahasiswa yang kesulitan finansial.

"Saya sedih, sangat berduka kalau sampai penyebabnya mahasiswa sampai tidak bisa bayar, sampai depresi, saya betul-betul sedih," ucap Sumaryanto saat dihubungi wartawan, Kamis (12/1).

"Jadi betul-betul kalau ada mahasiswa kesulitan uang, kalau bukan UNY yang membantu Sumaryanto, komitmennya seperti itu secara pribadi," tegasnya.

Sumaryanto menyebut UKT terendah di UNY senilai Rp 500 ribu per semester. "UKT terendah Rp 500 ribu satu semester, tertinggi sekitar Rp 6 jutaan kalau FT (Fakultas Teknik), kalau FIK (Fakultas Ilmu Keolahragaan) Rp 5 jutaan," ucap dia.

Menurutnya pengajuan penurunan UKT bisa dilakukan saat awal salah menginput UKT sehingga dinilai terlalu tinggi. Pihak UNY juga menyediakan dispensasi UKT ketika terjadi bencana alam, kecelakaan atau orang tua meninggal sehingga menjadi yatim piatu atau terkena PHK.

"Sebagian besar yang ngoreksi minta turun karena salah menginput data. (Caranya) Mengajukan surat ke rektor, ternyata kami pendapatannya hanya sekian. Bahkan ada karena kena gempa, kena PHK, kami akan mengusulkan dikurangi UKT satu grid, yang penting tidak boleh bohong. Kalau apa adanya pasti kami bantu, jaminannya itu," terangnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Wamen Stella Sebut Mayoritas UKT Mahasiswa di Bawah Rp 2,5 Juta"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads