UMY Kembangkan Teknologi Padi Apung di Bantul, Begini Caranya

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Rabu, 04 Jan 2023 14:18 WIB
Sistem penanaman padi apung yang menggunakan rakit berbahan bambu di Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Rabu (4/1/2023). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Bantul -

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melakukan uji coba teknologi pertanian padi apung dengan menggunakan rakit bambu di Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul. Teknologi ini disebut bisa mengantisipasi terkikisnya lahan produktif, bagaimana caranya?

Rektor UMY Prof. Gunawan Budiyanto mengatakan setiap tahun tercatat ada 1.400 hektare lahan subur atau produktif yang hilang di Pulau Jawa. Menurutnya hal tersebut membuat petani harus mencari alternatif lahan yang lain.

"Nah, kebetulan yang paling banyak tersedia itu kan lahan marjinal, lahan yang tidak subur. Salah satu jenis lahan marjinal atau kurang subur adalah lahan gambut, yang cirinya selalu dalam kondisi tergenang dan salah satunya dipengaruhi air laut dan air sungai," kata Gunawan kepada wartawan di Kasihan, Bantul, Rabu (4/1/2023).

Apabila menanam padi di lahan gambut, Gunawan menyebut harus menggunakan cara khusus. Sebab, jika menanam padi dengan cara biasa di lahan gambut hanya akan berujung tenggelam sebelum dipanen.

"Jadi kalau menanam padi di lahan gambut posisi padi harus terapung ke atas. Karena itu ada beberapa peneliti agroteknologi UMY melakukan penelitian di kawasan rawa-rawa selama dua tahun," ucapnya.

Hasilnya, tim tersebut berhasil menerapkan teknologi padi apung dengan sistem konvensional dan ramah lingkungan. Bahkan hal tersebut telah dipraktikkan di Kalimantan Timur.

"Ternyata, teknologi pertanian padi apung sangat efektif untuk memanfaatkan lahan gambut, bahkan bisa menjadi salah satu cara ketahanan pangan," jelasnya.

Cara Tanam Padi Apung

Terkait cara menanam padi dengan sistem apung, dosen program studi Agroteknologi UMY Mulyono menjelaskan kunci dari teknologi padi apung adalah pada media tanam.

"Jadi kalau mau menanam padi sistem apung kuncinya di medianya ya. Jadi saya sudah mencoba berbagai macam media, bisa serbuk gergaji, kotoran walet, hingga rumput kiambang," ujarnya.

"Itu kita komposkan campur kotoran walet, agar mudah terurai kita tambahi serbuk gergaji. Jadi media tanam dari sumber lokal semua, itu yang kita coba di Kaltim," imbuh Mulyono.

Sedangkan di Bantul, Mulyono berinovasi untuk membuat media tanam baru. Di mana media itu berbahan baku limbah bulu ayam.

"Ini tadi saya buat prototipe media lain apa, dan saya coba pakai kompos limbah bulu ayam yang saya campur dengan serbuk gergaji. Untuk media itu ternyata dari menanam sampai panen itu tidak ada pupuk lainnya dan ternyata terbukti sampai panen lho," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.




(rih/ams)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork