Warung bubur kacang ijo (hijau) atau warung burjo di Jogja kini mulai bergeser menjadi warmindo atau warung makan Indomie. Hal ini terjadi lantaran turunnya minat para pelanggan dengan menu bubur kacang ijo itu sendiri.
Bagi warga Jogja, tentu sudah tidak asing lagi dengan nama warung burjo. Warung yang satu ini sudah menjamur di Jogja, terutama di daerah sekitaran kampus di Kota Gudeg ini.
Warung burjo sendiri dikenal sebagai warung yang menjual bubur kacang ijo (burjo). Biasanya warung burjo ini dimiliki atau dikelola oleh para pendatang dari Kuningan, Jawa Barat, dan menjual burjo dengan resep khas daerah asalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kini tak sedikit warung burjo yang memutuskan untuk tidak menjual menu burjo tersebut. Dari penelusuran detikJateng ke beberapa warung burjo di Jogja pada Kamis (22/12/2022), para pemilik burjo tersebut mengaku mulai tak menjajakan menu burjo lantaran minimnya minat pelanggan.
"Dulu iya (jualan), sekarang udah nggak. Kalau dulu tuh laku banget burjo," kata Jaja, pemilik salah satu Warmindo di Jalan Bausasran kepada detikJateng.
"(Nggak jual burjo lagi) Karena peminatnya kurang. Sebenarnya kalau burjonya laku, ya saya pilih jualan burjonya, karena lebih menarik," lanjut Jaja.
Jaja pun mengaku heran mengapa saat ini peminat burjo semakin berkurang. Jaja juga heran ketika memasak setengah kilogram kacang hijau untuk dijual pun tidak laku seluruhnya.
"Di sini kan peminatnya kurang, saya juga heran. Dulu (burjo) laku banget, kok sekarang susah, setengah kilo (kacang hijau) aja nggak habis," ujar Jaja.
Setelah mengetahui minat pelanggannya berkurang terhadap menu burjo, Jaja pun mengaku menyediakan menu alternatif, yaitu nasi telur, mi instan, nasi sarden, dan lain sebagainya. Hal ini kemudian menggantikan identitas warung burjonya menjadi warmindo yang identik dengan menu olahan mi instan serta nasi dan lauk-pauk lainnya.
"Saya alternatifnya pindah (jualan) ke nasi telur itu. Sekarang malah nasi telur itu yang laris, burjonya nggak laku," kata Jaja.
Selain warung burjo milik Jaja, warmindo lainnya di daerah Karangmalang pun mengakui hal yang sama. Sejak buka pada 2008, mereka tidak lagi menjual menu burjo di tahun 2012. Menu burjo tersebut diganti dengan menu bubur ayam.
"Kalau sekarang udah nggak jualan burjo, malahan beralih ke bubur ayam, jadi dari burjo ke bubur ayam tahun 2012," kata pemilik Warmindo Emud Bae ini.
Lebih lanjut, Zenih mengatakan peralihan menu burjo ke menu bubur ayam tersebut merupakan permintaan pelanggannya.
"Waktu itu ya berdasarkan komunikasi dengan pelanggan, apa (menu) yang seharusnya kami siapkan, istilahnya pelanggan itu kan yang paling utama, jadi kita nanya terus. Nah kita ambil kesimpulan, jadi kebanyakan pelanggan (lebih sering menanyakan) bubur ayam daripada burjo," kata Zenih.
Sementara itu, salah satu warmindo di kawasan kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta, mengaku sejak awal memulai bisnis warmindo ia tak menjual menu burjo. Alasannya, tak semua pelanggan menyukai menu burjo tersebut.
"Soalnya kan kalo burjo itu kadang ada yang suka, ada yang nggak," kata Erna Wati.
Erna juga mengatakan bahan baku untuk membuat burjo pun jauh lebih mahal. Menurutnya biaya produksi burjo tidak sebanding dengan jumlah pembelinya.
"Belum lagi gulanya, santannya kan mahal itu. Peminatnya dikit, jadi kebuang itu burjonya," kata Erna Wati.
Artikel Cerita di Balik Warung Burjo Jogja Makin Langka dan Jadi Warmindo merupakan rangkaian artikel detikJateng tentang Warung Burjo di Jogja. Simak selengkapnya tentang Warung Burjo di Jogja Kini Jadi Warmindo di detikJateng ya.
(ams/rih)