Media sosial dihebohkan dengan postingan video yang memperlihatkan semburan air dari bawah tanah di Pedukuhan Pucangsari, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Warga menyebut sebelum muncul semburan terdengar suara keras dari dalam tanah.
Salah satu yang mengunggah video tersebut di Twitter adalah akun @trcbpbddiy.
"Fenomena unik setiap kejadian banjir beberapa lokasi di Gunungkidul; semburan air dari sungai bawah tanah. Lok : Pucangsari, Candirejo Semanu. Merupakan doline, dan bagian inlet dari sistem sungai bawah tanah. Selalu berhati2 dan waspada kebencanaan," tulis akun itu memberikan penjelasan video seperti yang dilihat detikJateng, Rabu (30/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga kini video tersebut sudah disaksikan 28 ribu kali dan ratusan kali dicuit ulang oleh pengguna Twitter.
Saat dikonfirmasi, Ketua RT 3 Pucangsari Tukimin menjelaskan warga sempat mendengar suara keras sekitar pukul 05.00 WIB pagi ini. Suara tersebut, kata Tukimin, berasal tidak jauh dari rumahnya.
"Awalnya sekitar pukul 05.00 WIB ada suara seperti ban meledak dan suara gemuruh, mungkin dari dalam tanah. Kenapa terdengar, karena rumah saya hanya berjarak 50 meter dari lokasi semburan," katanya saat dihubungi detikJateng, Rabu (30/11/2022) malam.
Selanjutnya, Tukimin bersama warga mengecek dari mana asal suara keras tersebut. Ternyata, suara tersebut berasal ladang di dekat rumahnya.
"Dari situ warga mengecek asal suara dan ternyata di ladang itu dekat rumah saya," ucapnya.
Lebih lanjut, ketika mendekati lokasi warga terkejut mendapati semburan air dari bawah tanah. Bahkan, semburan air tersebut sangat tinggi.
"Nah, selang 5-10 menit itu air baru menyembur ke atas, tingginya sekitar 5-6 meter. Semburan air berlangsung sekitar setengah jam, dan dari dalam tanah itu seperti ada suara gemuruh saat air menyembur," ujarnya.
Terkait penyebabnya, Tukimin menduga bahwa air tersebut berasal dari luweng atau lubang di bawah tanah. Menurutnya, lubang yang menyemburkan air tersebut tidak terlalu besar.
"Itu karena luweng, itu kemungkinan dari dalam tanah ada sungai bawah tanah. Jadi mungkin sungai bawah tanah itu tidak mampu menampung debit air yang mengalir dan langsung menyembur ke atas," ucapnya.
Pasalnya, kejadian serupa juga pernah terjadi beberapa tahun lalu. Saat itu, kata Tukimin, hujan deras mengguyur Gunungkidul hingga beberapa hari dan berdampak pada terendamnya beberapa rumah warga.
"Paling besar tahun 2017, sama seperti pagi tadi. Malah tahun 2017 itu sampai menggenangi empat rumah saat itu," katanya.
Terkait tindak lanjut, Tukimin mengaku masih berkoordinasi dengan pihak terkait. "Belum ada konsultasi sama aparat, jadi belum tahu ditutup atau diberi pengaman belum tahu," ucapnya.
(ahr/apl)