Rumah satu-satunya yang tersisa di Gang Gendruwo, Dusun Kedung Banteng, Temon, Kulon Progo, pernah disewa untuk dihuni pekerja proyek Yogyakarta International Airport (YIA). Pemilik rumah tersebut, Nur Wododo (58), mengungkap para pekerja itu mendapat gangguan tak kasat mata saat berada di rumahnya.
"Pernah dulu rumah itu dikontrak orang proyek pembangunan YIA. Nah malam ketiga pertama tidak ada yang bisa tidur karena diganggu suara-suara," ucapnya saat dihubungi detikJateng, Sabtu (5/11/2022).
Widodo merupakan pemilik rumah satu-satunya di Gang Gendruwo yang telah mengosongkan rumahnya sejak enam tahun terakhir. Dia kini tinggal di Batang, Jawa Tengah sedangkan adiknya merantau ke Gombong, Kebumen. Sebelum kosong, rumah itu sempat dihuni ayahnya hingga meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai ayahnya meninggal itulah, rumah tersebut sempat disewakan.
Dodo menyebut rumah di Gang Gendruwo itu merupakan peninggalan buyutnya. Bangunan rumah itu pun akhirnya diwariskan hingga kepadanya.
"Kalau di belakang rumah dulunya ada rumah dan ada musalanya juga, tapi itu bangunan lama banget. Saat saya kecil bangunan itu juga sudah nggak ada, hanya tinggal sisa fondasinya," ujarnya.
Asal Usul Gang Gendruwo
Kepala Dusun Kedung Banteng, Heri Purwanto mengatakan penamaan Gendruwo terhadap gang ini punya cerita tersendiri. Dia menjelaskan, banyak warga kerap mengalami kejadian mistis, bahkan ada yang mengaku pernah diperlihatkan sosok Gendruwo di sekitar lokasi tersebut.
Kejadian yang sudah berlangsung puluhan tahun silam itu menjadi rahasia umum yang terus diperbincangkan lintas generasi di Kedung Banteng. Kuatnya narasi mistis terkait gang ini membuat warga berinisiatif untuk menamainya dengan sebutan Gendruwo.
"Soal nama Gang Gendruwo itu sudah lama banget, pas saya masih remaja malahan. Nah kenapa dinamai demikian karena dulu banyak yang ngalamin kejadian tidak masuk akal di sekitar situ, terus para sesepuh juga cerita kalau di sekitar gang itu sering muncul sosok kaya gitu (Gendruwo)," ucap Heri saat ditemui di rumahnya, Minggu (6/11).
"Nah dari situ akhirnya anak-anak muda zaman saya dulu sekitar tahun 1980-an, nyebut itu Gang Gendruwo, dan keterusan sampai sekarang," imbuhnya.
(sip/apl)