Serbuan Kotabaru Jogja 7 Oktober 1945, Pertempuran Rakyat Rebut Senjata Jepang

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 07 Okt 2022 07:06 WIB
Monumen Serbuan Kotabaru, Jogja. (Foto: dok. Dinas Kebudayaan Kota Jogja)
Jogja -

Pada 7 Oktober 1945, atau tepat 77 tahun yang lalu, terjadi peristiwa bersejarah di kawasan Kotabaru, Kota Jogja. Saat itu terjadi peristiwa serbuan atau pertempuran Kotabaru yang melibatkan rakyat Indonesia.

Serbuan Kotabaru adalah salah satu upaya gerakan bersenjata yang pertama dilakukan oleh rakyat Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Serbuan ini bertujuan untuk merebut senjata pasukan Jepang yang masih berada di Jogja.

Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, menurut catatan pelaku sejarah R.P. Soedarsono yang pada waktu itu menjabat sebagai komisaris polisi, terdapat berbagai peristiwa, termasuk Serbuan Kotabaru di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) setelah Proklamasi.

Tanggal 31 Agustus 1945 malam hari, R.P. Soedarsono didatangi oleh Sujatno dari Solo. Malam itu beberapa kawan dari Jogja seperti Sumantoro, Ir. Sardono Dipokusumo, Mr. Sudarisman Purwokusuma, menyanggupi akan memberikan bantuan untuk membuat maklumat yang disiarkan melalui Kedaulatan Rakyat tanggal 1 September 1945 untuk menyerobot kekuasaan Tyokan. Pada tanggal 1 September 1945 itu R.P. Soedarsono terpilih sebagai ketua Dewan Pimpinan bekas kantor Kotyi.

Tanggal 12 dan 13 September 1945, bersama beberapa pengurus KNI (Komite Nasional Indonesia) menyiapkan kekuatan bersenjata yang terdiri atas Polisi Istimewa dan laskar rakyat untuk menghadapi serdadu Jepang yang bermaksud menurunkan bendera Merah Putih di kantor Tyokan Kantai, sekarang Gedung Negara. Tanggal 14 September 1945 R.P. Soedarsono terpilih sebagai Ketua Gabungan Pegawai Negeri daerah Jogja. Tanggal 22 September 1945 R.P. Soedarsono berhasil mempertahankan pelucutan senjata yang dilakukan oleh Jepang atas Polisi Kota dan Polisi Istimewa.

Tanggal 25 September 1945 bersama beberapa anggota Dewan Pimpinan bekas kantor Kotyi: dr. Sjamsudin, Ir. Ali, Kyai Adjid, Adam Basari, Latjuba, Budiman, Abdul Karim, Danu Warsito, dan Kartono serta R.P. Soejono dapat menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan pelucutan senjata itu.

Tanggal 6 Oktober 1945 dari jam 19.00 hingga jam 03.00 pagi bersama dengan Ketua KNI Moh. Safeh dan pengurus BKR (Badan Keamanan Rakyat) Sundjojo, Umar Djoy, dan Sukardi berunding dengan Sihata Tjihanbuto dan Asoka Butaitjo untuk meminta senjata dari Butai Kotabaru. Perundingan ini gagal. Akhirnya R.P. Soedarsono mengulangi sekali lagi permintaannya agar Butaitjo Mayor Otzuka rela menyerahkan senjatanya ke pihak Indonesia.

Saat perundingan sedang berlangsung ratusan rakyat dan pemuda yang digerakkan oleh KNI, BPU, BKR, dan Polisi menuju ke Kotabaru. Berbagai macam senjata yang mereka miliki seperti golok, tompak, keris, bambu runcing, maupun senjata senapan dipergunakan dalam usahanya mengepung markas Jepang ini dengan semangat yang menyala-nyala.

Halaman selanjutnya, pertempuran meletus...




(rih/sip)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork