Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menghadiri Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2022 di Jogja Expo Center (JEC). Saat melihat-lihat salah satu stand, Sultan diberi meja makan berbahan akar pohon jati oleh peserta pameran.
Pria yang memberi meja makan akar jati kepada Sultan itu bernama Rahman.
"Karena saya terima kasih, saya orang Solo dikasih kesempatan di sini sama teman-teman Jogja. Jadi saya sangat gembira, diberi kesempatan terus ikut pameran," kata Rahman saat ditemui di JEC, Bantul, DIY, Sabtu (20/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus pas technical meeting saya sudah bilang, kalau saya ikut di sini (JIFFINA) lagi saya mau memberi satu meja makan untuk Sinuwun (Sultan HB X)," lanjut Rahman.
Selain itu, pemilik CV Virgo Sukoharjo, Jawa Tengah, ini mengaku tidak ada maksud khusus terkait pemberian meja makan akar pohon jati kepada Sultan.
"Ini bentuk rasa terima kasih, bukan ada embel-embel lainnya," ujarnya.
Terkait spesifikasi meja makan tersebut, pria yang sudah menggeluti bisnis furniture sejak tahun 1999 ini mengaku menggunakan bahan baku utama akar pohon jati. Sedangkan untuk akar tersebut, Rahman mengaku mendapatkannya dari Cepu, Jawa Tengah.
"Meja makan dari akar pohon jati. Beli kayu jatinya di Cepu karena di sana paling bagus kualitas jatinya," ucapnya.
Soal harga, Rahman enggan mengungkapkannya. Namun Rahman menjelaskan harga meja tersebut di pasar ekspor mencapai ratusan dolar AS.
"Kalau di pasar ekspor meja makan akar jati ini harganya 500 dolar AS," sebutnya.
![]() |
Sementara itu, Sultan HB X mengaku berterima kasih atas pemberian meja tersebut. Namun Sultan bingung meja tersebut akan diletakkan di mana.
"Ya aku bingung le arep masang nengdi (mejanya mau ditaruh di mana), gitu aja. Ya saya bisanya hanya terima kasih," kata Sultan di JEC.
Selanjutnya, kata Sultan soal pameran furnitur...
Respons Sultan soal Pameran Furnitur
Terlepas dari hal tersebut, Sultan menilai pameran yang berlangsung dari 20-23 Agustus ini berbeda dengan pameran lainnya. Pasalnya peserta pameran di JIFFINA adalah produsen.
"Ya ini kan khususnya dari JIFFINA mebel dan aksesoris yang lain, potensinya besar. Memang di luar JIFFINA sering pameran di Jakarta dulu, tapi kalau di Jakarta itu yang dominan pedagang kerajinan, bukan produsen kerajinan," kata Sultan di JEC.
"Tapi kalau di sini rata-rata yang dijual punya mesin industrinya, rata-rata produsen menjual langsung dan harganya lebih murah dari pedagang," imbuh Sultan.
Selain itu Sultan meminta pada JIFFINA setidaknya perlu menerapkan enam karakteristik produk mebel dan produk kayu lainnya yang ramah lingkungan. Enam poin tersebut seperti kayu bersertifikat, mudah dibongkar dan didaur ulang, tahan lama dan mudah diperbaiki.
Selanjutnya, berbahan insersi logam dan plastik daur ulang, berbahan kayu reklamasi dari produk lama, dan menggunakan bahan bambu untuk aksesoris perabotan, seperti veneer, atau kerai dan lain sebagainya.
"Saya berharap, sebanyak mungkin kriteria itu diterapkan pada produk-produk yang dipamerkan di sini. Sebab jika tidak, saya khawatir kita akan lebih jauh ketinggalan dari produk-produk serupa dari Vietnam yang menjadi kompetitor utama mebel Indonesia," ujarnya.