Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul mengklaim tingkat kesembuhan hewan ternak yang terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayahnya semakin tinggi. Salah satu faktornya disebut karena hewan ternak diobati dengan ramuan tradisional.
"Kita obati, pengobatan itu tidak hanya satu dua kali karena itu didukung dengan perawatan pemilik hewan ternak itu sendiri," kata Kepala DKPP Bantul Joko Waluyo kepada wartawan di Bantul, Jumat (24/6/2022).
Perawatan tersebut, kata Joko, seperti pemberian ramuan tradisional kepada hewan ternak. Pasalnya jika hanya bergantung kepada pihaknya maka pengobatan terbilang lama karena pihaknya terkendala sumber daya manusia (SDM).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dibersihkan dengan seksama seperti kaki diberi disinfektan dan sapi yang tidak mau makan dikasih makan itu bikin cepat sembuh. Terus ramuan tradisional juga berpengaruh terhadap pengobatan, karena kalau hanya menunggu dari Dinas tok ya lama pengobatannya," ucapnya.
Menurutnya, saat ini hewan ternak yang terpapar PMK di Kabupaten Bantul mencapai 1.894 ekor. Sedangkan yang mati 6 ekor dan yang harus dipotong paksa 29 ekor.
"Untuk yang sembuh 19 ekor domba dan 191 ekor sapi, itu data sampai saat ini," ucapnya.
Salah seorang pedagang sapi di Segoroyoso, Suhardiyono (62) mengatakan dari 43 sapi yang ada di kandangnya hampir semua mengalami gejala PMK. Untuk itu, Suhardiyono berupaya menyembuhkan sapi-sapinya tersebut dengan berbagai cara salah satunya menggunakan ramuan tradisional dari rempah-rempah.
"Kalau saya lihat penyakitnya (PMK) ini seperti COVID-19 karena cepat menyebar, kalau terus menyebar dan banyak yang kena harganya (sapi) bisa anjlok terus. Karena itu sapi yang suspek PMK diberi ramuan tradisional biar cepat sembuh," kata Suhardiyono.
Suhardiyono mengatakan ramuan tersebut merupakan resep turun temurun dari nenek moyang untuk menghadapi penyakit yang menjangkiti sapi. Sedangkan fungsinya sendiri untuk mencegah penyakit, menambah nafsu makan hingga menjaga kesehatan hewan ternak.
"Ramuannya adalah kunyit, temu ireng, jahe yang diblender dan direbus. Kemudian gula aren juga direbus. Setelah dingin, ramuan itu diminumkan ke sapi dua kali sehari," ujarnya.
Tak hanya itu, jika ada sapi yang mengalami gejala pada bagian kuku, maka Suhardiyono menggunakan ramuan gamping yang dibakar. Nantinya, gamping itu dioleskan ke sela-sela jari dengan tujuan agar lalat tidak mendekat ke kuku sapi.
"Terus kalau sapinya kena gejala keluar air liur akan diberi sambel dengan kecap dan diurut lidahnya. Tujuannya agar lidah sapi tetap terus bergerak khususnya menggerakkan lidah asinnya itu," pungkasnya.
(sip/rih)











































