Pesparawi XIII Digelar di Candi Prambanan, Simbol Rukun Antarumat Beragama

Pesparawi XIII Digelar di Candi Prambanan, Simbol Rukun Antarumat Beragama

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Selasa, 21 Jun 2022 02:30 WIB
Gelaran Pesparawi Nasional XIII di Candi Prambanan, Senin (20/6/2022).
Gelaran Pesparawi Nasional XIII di Candi Prambanan, Senin (20/6/2022). Foto: dok. Istimewa
Sleman -

Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII digelar di Candi Prambanan, tadi malam. Event kali ini diikuti 8.144 orang dari 34 provinsi se-Indonesia.

Menteri Agama dalam sambutannya yang dibacakan Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, mengatakan Pesparawi Nasional XIII memiliki tujuan yang sangat mulia untuk mengembangkan keimanan, penghayatan dan pujian kepada Tuhan YME melalui kidung dan pujian yang indah.

"Pesparawi memiliki makna ganda, baik dalam membangun hubungan intern umat kristiani maupun umat bergama secara menyeluruh. Dalam konteks intern untuk meningkatkan hubungan beragama bagi sesama umat Kiristiani," kata Zainut kepada wartawan di kompleks Candi Prambanan, Senin (20/6/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sedangkan dalam konteks masyarakat majemuk, Pespawari yang diselenggarakan bergantian memberikan sumbangsih dalam menumbuhkan rasa cinta, nasionalisme, dan mengembangkan kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia," ungkapnya.

Pesparawi disebut sebagai salah satu implementasi moderasi beragama karena sekat-sekat dan dinding pemisah dikesampingkan dan diganti dengan tali persaudaraan. Karenanya penyelenggaraan pesparawi kali ini secara khusus digelar di Candi Prambanan.

ADVERTISEMENT

Hal ini dinilai membangun jembatan antarumat beragama yang dilandasi sikap saling menghormati dan saling memuliakan.

"Sebagaimana kita ketahui Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sekat dan dinding pemisah antarumat bergama," katanya.

Sementara Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyampaikan paduan suara selaras dengan ajaran moral atau falsafah Jawa. Paduan suara, kata Sultan, tak hanya tentang merdunya suara tapi juga diperlukan keselarasan.

"Apabila dimaknai secara filsafati, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Jogja, yaitu sawiji greget sengguh ora mingkuh. Kearifan lokal ini lahir dari buah pikir Sri Sultan HB I yang juga peletak dasar Kasultanan Ngayogyakarta," kata Sultan.

Sultan berharap kehadiran para peserta Pesparawi akan memancarkan energi positif dalam bingkai sportifitas dan saling mengapresiasi dalam membangun peradaban bangsa dan negara dengan indahnya warna-warni toleransi.

"Bisa dikatakan bahwa falsafah ini mewakili manusia baik hubungan dengan sesama maupun dengan Tuhan," pungkasnya.




(ams/ams)


Hide Ads