Polisi meringkus 8 pelajar karena kedapatan menyimpan bahan pembuat mercon, memproduksi ratusan mercon serta menjualnya. Para pelajar itu mengaku membuat mercon dengan belajar dari YouTube.
Kapolres Bantul AKBP Ihsan mengatakan kejadian bermula saat polisi dan relawan melakukan patroli pada sekitar pukul 02.00 WIB dini hari tadi. Selanjutnya, polisi mendapatkan informasi dari warga Kalurahan Palbapang, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul terkait adanya salah satu rumah di Pedukuhan Karasan RT.4, Palbapang, Bantul yang diduga menjadi tempat produksi mercon atau petasan.
"Dapat informasi itu kami lakukan penggerebekan terhadap sebuah rumah yang diduga sebagai tempat perakitan mercon. Hasilnya ditemukan 7 orang anak sedang merakit mercon, dan semuanya masih pelajar," katanya kepada wartawan di Polsek Bantul, Kapanewon Bantul, Minggu (24/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rinci, 7 orang tersebut masing-masing berinisial NH (13) warga Kalurahan Guwosari, Kapanewon Pajangan dan pelajar SMP Muhammadiyah 1 Bantul. Selanjutnya DKP (12) warga Kalurahan Ringinharjo, Kapanewon Bantul dan pelajar SD Kadisoro I.
Ketiga, HD (14) warga Kalurahan Palbapang, Bantul dan pelajar SMP N 3 Bantul; ON (12) warga Kalurahan Ringinharjo, Bantul dan pelajar SD Palbapang Baru Bantul; ELS (16) warga Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak dan pelajar SMP N 3 Pandak; RM (15) warga Kalurahan Trirenggo, Bantul dan pelajar SMP N 3 Bantul dan RAD (14) warga Palbapang Bantul dan pelajar SMP N 3 Bantul.
"Semuanya punya peran masing-masing dan dari 7 anak-anak ini berkembang terkait 1 anak yang berperan sebagai pembeli bahan baku pembuatan mercon melalui salah satu e-commerce secara COD (cash on delivery)," ujarnya.
"Satu orang ini Inisial M warga Ringinharjo Bantul dan pelajar MTs N Muhammadiyah PP Trirenggo, Bantul. Jadi total ada 8 orang yang diamankan," lanjut Ihsan.
Sedangkan untuk barang bukti, polisi menyita 3 bungkus racikan mercon seberat 4 ons, 2 bungkus bubuk belerang/sulfur 2 kilogram, 2 bungkus bubuk potasium 1,8 kilogram dan 1 bungkus alumunium 1,5 ons. Selanjutnya untuk motor ada 3 unit yang disita.
"Kami juga sita 473 buah selongsong mercon yang belum jadi. Kemudian 17 mercon yang sudah jadi dengan berbagai ukuran," ujarnya.
Dari keterangan, untuk uang yang digunakan membeli bahan baku pembuatan mercon berasal dari patungan. Selain itu, 8 orang itu berniat memproduksi mercon untuk diledakkan sendiri hingga dijual.
"Ada yang dijual dan ada juga yang diledakkan sendiri. Mereka sudah beroperasi bsejak awal puasa. Sistemnya, mereka patungan dan setelah uang terkumpul diberikan ke M sebagai yang bertiga mencari bahan baku dan setelah bahan datang diracik 7 orang tersebut," ucapnya.
"Untuk harga jual, ada yang harga Rp 25 ribu perbuah dan untuk modalnya Rp 70 sampai Rp 80 ribu. Kalau yang ratusan longsongan mercon itu mereka persiapkan untuk malam takbiran di Pajangan," imbuh Ihsan.
Menyoal dari mana pengetahuan 8 pelajar itu akan pembuatan mercon, Ihsan menyebut mereka belajar secara otodidak. "Dari keterangan, mereka semua belajar di YouTube. Jadi memang medsos ini luar biasa dampaknya," ucapnya.
Terkait proses hukum, Ihsan mengaku saat ini tengah melakukan pendalaman. Jika memang terbukti bersalah, tidak menutup kemungkinan proses hukum tetap berjalan.
"Kasus ini masih berproses ya karena yang mengamankan jam 2 tadi, tapi yang jelas tetap kita proses. Kalau terbukti, mereka disangkakan undang-undang darurat No 12 tabun 1951 dengan ancaman hukuman bisa sampai 20 tahun penjara," ujarnya.
Sementara itu, M mengaku sudah beberapa kali membeli bahan baku pembuatan mercon dari salah satu e-commerce. Kendati demikian, M mengaku baru tahun ini berkecimpung dalam produksi mercon.
"Sudah 3 kali COD (bahan baku pembuatan mercon), tapi baru kali ini ikut. Uang untuk beli itu hasil patungan, sekali patungan Rp 5 ribu," katanya.
Sedangkan RAD mengaku membuat mercon tanpa sepengetahuan orang tua. Dalam sekali merakit mercon, RAD mengaku bisa menghasilkan puluhan selongsong mercon.
"Orangtua tidak tahu, tapi kadang-kadang nglilir dan tahunya hanya buat selongsong terus dibilangin jangan gitu, tapi ya kami tetap buat. Kalau yang buat setiap malam minggu, sekali merakit jadi berapa itu tergantung kertasnya, tapi rata-rata bisa 20 buah (selongsong mercon)," ucapnya.
(sip/sip)