Serangan Umum 1 Maret, Inisiatif Soeharto Atau Sultan HB IX?

Serangan Umum 1 Maret, Inisiatif Soeharto Atau Sultan HB IX?

Heri Susanto - detikJateng
Selasa, 01 Mar 2022 14:11 WIB
Peringatan Serangan Umum 1 Maret di Jogja
Peringatan Serangan Umum 1 Maret di Jogja. (Foto: Heri Susanto/detikJateng)
Jogja -

Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi momentum bagi pemimpin bangsa untuk memaksa Belanda berunding melalui PBB. Lalu, siapa inisiator serangan untuk menguasai Ibu Kota NKRI Jogja selama enam jam tersebut, Letkol Soeharto atau Sri Sultan Hamengku Buwono IX?

Paguyuban Wehrkeis (PWK) III Yogyakarta atau organisasi keluarga dan pelaku Serangan Umum 1 Maret enggan berpolemik atas masalah tersebut. Kedua tokoh tersebut memiliki peran masing-masing yang sangat besar atas kesuksesan strategi tersebut.

"Soal inisiatif dari Serangan Umum 1 Maret itu antara Letkol Soeharto atau HB IX, kalau boleh, kami tidak ingin untuk berdiskusi soal itu. Kedua tokoh sama-sama memiliki peran penting yang menentukan," kata Ketua Badan Pengurus Paguyuban Wehrkeis (PWK) III Yogyakarta Sudjono, diwawancarai usai Upacara Peringatan Serangan Umum 1 Maret, di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Jogja, Selasa (1/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, tak ada yang tahu kedua tokoh tersebut saat membahas Serangan Umum 1 Maret di Keraton. Apakah dalam diskusi itu, Letkol Soeharto yang mengusulkan atau Sultan HB IX yang menyampaikan inisiatif serangan.

"Siapa yang tahu saat beliau-beliau rembukan di Keraton. Itu kan kita nggak bisa tahu, HB IX yang berinisiatif atau Letkol Soeharto yang mengusulkan," katanya.

ADVERTISEMENT

Dari penjelasan pelaku Serangan Umum 1 Maret, lanjut Sudjono, kedua tokoh ini memiliki peran sangat vital. Soeharto saat itu yang menguasai lapangan karena sebagai tentara.

"Letkol Soeharto yang menentukan mana-mana saja yang menjadi titik serangan. Yaitu di Hotel Tugu, Hotel Garuda, tempat wartawan (internasional menginap untuk dikabarkan ke PBB, kemudian Benteng Vredeburg, dan (markas) diesel Belanda di Wirobrajan," jelasnya.

"Sedangkan, HB IX berperan penting dalam mengamankan pejuang baik laskar, tentara pelajar, tentara, dan polisi yang bersembunyi di Keraton. Saat itu, Belanda mau masuk Keraton. Tapi, Sultan bilang, langkahi dulu mayatku jika mau masuk Keraton, Belanda akhirnya mundur," jelasnya.

Antara kedua tokoh itu, kata Sudjono, tidak perlu untuk diperdebatkan peranannya dalam Serangan Umum 1 Maret. Yang jelas, kedua tokoh tersebut memang berdiskusi untuk menentukan langkah pasca Agresi Militer Belanda II.

"Sampai saat ini tidak ada yang tahu pasti inisiatif siapa Serangan Umum 1 Maret ini," katanya.

Sementara itu, dikutip dari detikNews, Mantan Direktur Direktorat Sejarah Departemen Pendidikan Anhar Gonggong mengaku dirinya punya dokumen yang membuktikan Letkol Soeharto bukan inisiator serangan itu. Dokumen itu berupa surat perintah kepada Soeharto untuk melakukan serangan besar-besaran ke Ibu Kota Yogyakarta yang ditandatangani oleh Gubernur Militer Jawa Tengah Kolonel Bambang Sugeng. Anhar mengatakan Soeharto memiliki peran pada Serangan Umum 1 Maret 1949.

"Tetapi kan masih ada atasan di atasnya. Artinya peranan dia bukan inisiator, jabatan dia cuma komandan wehrkreis (wilayah perang) dengan wilayah terbatas," kata Anhar kepada detikcom, pada beberapa waktu silam.

Sementara sejarawan dari LIPI Asvi Warman Adam merujuk biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Tahta Untuk Rakyat. Buku yang dihimpun oleh Atmakusumah, Mohamad Roem, Mochtar Lubis, Kustiniyati Mochtar, S. Maimoen, itu menyebutkan inisiator serangan itu adalah Sri Sultan HB IX.

Tak hanya itu, Sultan HB IX juga memberi bantuan dan perlindungan kepada para gerilyawan.




(sip/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads