Rencana larangan bagi bus besar melewati Jalan Imogiri-Dlingo, Kabupaten Bantul, DIY, yang sedianya akan dilaksanakan mulai akhir pekan ini ternyata masih wacana.
"Sampai rakor (rapat koordinasi) kemarin belum ada putusan resmi. Karena itu jalan provinsi, kemarin kita tidak berani menyetujui maupun menolak," kata Kepala Dinas Perhubungan Bantul Aris Suharyanta, Kamis (10/2/2022).
Aris mengatakan, ada usulan dari kepolisian untuk menutup Jalan Imogiri-Dlingo bagi bus besar tiap akhir pekan. Usulan tersebut mengemuka setelah terjadi kecelakaan bus wisata di Bukit Bego, Imogiri, yang menewaskan 13 penumpang dan 34 penumpang lainnya luka-luka. Minggu (6/2) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal kelanjutan rencana tersebut, Aris berujar, Dishub Bantul akan berkoordinasi dengan Dishub DIY dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada awal pekan depan.
![]() |
Hasil Investigasi KNKT
Menurut Kapolres Bantul AKBP Ihsan, bus wisata PO Gandos Abadi yang kecelakaan di Bukit Bego itu mengangkut dengan 47 orang, rombongan family gathering dari salah satu perusahaan konveksi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Mereka melakukan kegiatan wisata. Rutenya dari Breksi (Kabupaten Sleman), Hutan Pinus (Mangunan) dan terakhir mau ke Parangtritis," ucapnya.
Nahas, bus tersebut mengalami kecelakaan tunggal di kawasan Bukit Bego, jalur Imogiri-Dlingo pada Minggu (6/2) sekitar pukul 14.00 WIB.
KNKT mengungkap sejumlah fakta terkait tragedi kecelakaan bus wisata di Bantul yang menewaskan 13 orang. Fakta-fakta ini didapatkan setelah KNKT melakukan investigasi mendalam selama dua hari.
Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi LLAJ KNKT Ahmad Wildan mengatakan, tidak ada permasalahan teknis pada sistem pengereman bus itu.
"Masalahnya kegagalan pengereman. Pengemudi ngerem terus dari jalan turun. (Panjang turunan) itu sekitar 1,1 kilometer," kata Wildan.
![]() |
KNKT juga mengungkap perkirakan kecepatan bus wisata saat melaju di jalanan menurun itu mencapai 80 km/jam dan menggunakan persneling tiga.
Sebelum bus menabrak tebing, Wildan menambahkan, sopir sudah berusaha memindahkan gigi transmisi dari posisi tiga ke dua. Namun, upaya itu gagal karena kecepatan bus sudah terlalu tinggi (efek gravitasi bumi).
"Itu tidak mungkin terjadi, pasti akan masuk ke gigi netral. Dalam kecepatan tinggi, gigi tidak bisa dipindahkan (diturunkan) sehingga (sopir) panik tidak bisa narik handbrake. Ini diketahui dari posisi handbrake yang belum tertarik," imbuhnya.
Korban Luka Membaik
PKU Muhammadiyah Bantul menyebut, 10 dari 11 korban kecelakaan bus di Bukit Bego, Bantul telah pulang ke Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (9/2). Dari 10 orang tersebut, PKU menyebut ada satu yang terkonfirmasi positif COVID-19 sehingga diantar menggunakan ambulans khusus.
Sementara itu, Kepala Subbag Hukum, Pemasaran dan Kemitraan RSPS Bantul Siti Rahayu Ningsih mengaku dari 4 pasien yang dirawat, belum ada yang diperbolehkan pulang. Pasalnya, RSPS menangani pasien korban laka Bukit Bego yang mengalami luka sedang dan berat.
"Tapi kondisinya sudah mulai membaik," ujarnya.
(dil/rih)