Bolehkah Berwisata di Tengah Ancaman Omicron? Ini Pesan Menkes

Bolehkah Berwisata di Tengah Ancaman Omicron? Ini Pesan Menkes

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Jumat, 21 Jan 2022 14:50 WIB
Poster
Ilustrasi (Foto: Edi Wahyono)
Bantul -

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta pengelola objek wisata untuk memastikan wisatawan selalu menerapkan protokol kesehatan (prokes) di tengah munculnya varian Omicron. Namun jika kasus Omicron meningkat, Menkes menyebut tidak menutup kemungkinan kegiatan pariwisata dibatasi.

"Kalau kerumunannya terlampau banyak, tetap dipatuhi (dilakukan) prokesnya," kata Budi menjawab pertanyaan soal munculnya Omicron dengan sektor pariwisata, ditemui di Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (21/1/2022).

Menyoal kemungkinan penutupan, Budi mengaku belum bisa memastikannya. Namun, jika tren kasus COVID-19 terus menanjak bukan tidak mungkin pemerintah kembali mengurangi pergerakan masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau nanti naiknya tinggi ya otomatis harus dikurangi pergerakannya," ujarnya.

Budi meminta masyarakat tidak perlu panik dengan adanya prediksi puncak varian baru COVID-19 Omicron pada Februari-Maret mendatang. Mengingat kasus Omicron cepat naik dan cepat turun.

ADVERTISEMENT

"Omicron itu sudah masuk ke Indonesia dan sudah juga terjadi transmisi lokal. Jadi tidak hanya impor," kata Budi.

Menurutnya, kasus Omicron di dunia memang cepat meningkat. Namun, Budi menyebut kasus Omicron juga cepat turun. Sehingga masyarakat tidak perlu panik berlebihan.

"Dan di seluruh dunia memang Omicron itu cirinya naiknya cepat dan naiknya tinggi. Jadi karena masuk kita harus siap-siap. Jadi teman-teman tidak usah panik tidak usah khawatir. Kita tetap waspada dan hati-hati," ujarnya.

"Catatan satu lagi, selain naik cepat dan naiknya tinggi turunnya juga cepat, dan yang dirawat di rumah sakit jauh lebih rendah," lanjut Budi.

Karena itu, Budi meminta kepada masyarakat untuk siap berperang melawan Omicron hingga bulan Maret. Berperang, kata Budi, dengan meningkat protokol kesehatan hingga vaksin booster.

"Kalau saya lihat di negara-negara lain mulai sampai ke puncak 40 hari, jadi mungkin di akhir Februari di awal Maret sudah sampai ke puncak. Nah, kita harus berperang saja sama mereka akhir Februari Sampai awal Maret," ucapnya.

(rih/sip)


Hide Ads