Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi, mendampingi Wakapolri, Komjen Dedi Prasetyo, dalam peresmian kembali pabrik garmen di Kabupaten Pemalang. Luthfi menyebut dibangkitkannya pabrik garmen tersebut merupakan komitmen Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng untuk menekan angka pengangguran.
Peresmian ulang atau revitalisasi operasional pabrik garmen itu berlangsung di Jalan Lingkar Luar Pemalang pada Jumat (19/12/2025). Kini operasi pabrik tersebut dijalankan oleh PT Wong Hang Bersaudara dan PT Akarsa Garment dan didukung sebanyak 900 unit mesin produksi.
Saat ini pabrik tersebut berhasil menyerap 1.500 tenaga kerja. Sebagian pekerjanya merupakan pegawai lama. Sebab sempat berhenti beroperasi, para pegawai dulunya mencari penghasilan sampingan selama masa transisi. Pabrik garmen tersebut berhenti beroperasi pada 2024.
Gubernur Luthfi menegaskan Pemprov Jateng berkomitmen mendorong terciptanya lapangan kerja melalui iklim usaha yang kondusif. Luthfi menjelaskan kesiapan sumber daya manusia (SDM) di Jateng turut didukung melalui sekolah vokasi, dan balai latihan kerja (BLK).
"Tidak ada premanisme. Saya jamin kepastian hukum dan kemudahan perizinan melalui sistem satu pintu," tegas Luthfi dalam keterangan tertulis yang diterima detikJateng, hari ini..
"Hari ini kita membuka kembali industri sektor padat karya sebagai prioritas Provinsi Jawa Tengah, ini untuk menekan angka pengangguran terbuka. Serapan tenaga kerja Jawa Tengah saat ini tertinggi di Pulau Jawa," imbuhnya.
Perlu diketahui, investasi di Jateng mencapai Rp 66,13 triliun atau 84,42 persen dari target tahunan hingga triwulan III 2025. Adapun tenaga kerja yang terserap mencapai lebih dari 326 ribu orang.
Sementara itu, Direktur PT Akarsa Garment, Alfindra Almandra, menerangkan pabrik garmen itu sempat pailit pada 2024. Kini, pabrik tersebut kembali beroperasi dengan mempekerjakan 1.500 orang.
"Saat ini kami memproduksi penutup kepala (balaklava) yang digunakan anggota saat mengenakan helm," jelas Alfindra Almandra.
Wakapolri Dedi Prasetyo menyebut para pekerja merupakan tulang punggung dan penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
"Polri senantiasa menjadi mitra strategis untuk mewujudkan iklim ketenagakerjaan yang sehat, inklusif, dan produktif," ungkap Dedi.
Dedi mengatakan Polri berkomitmen memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan secara profesional kepada pekerja agar dapat bekerja dengan aman dan kegiatan produksi berjalan berkesinambungan.
"Utamakan keselamatan kerja, pelihara komunikasi, dan bangun hubungan industrial yang harmonis sehingga tercipta suasana kerja yang nyaman dan produktif," ujarnya.
Buruh Lega Bisa Kerja Lagi
Seorang pegawai lama pabrik garmen itu, Dewi, mengaku masih mengingat jelas saat gerbang pabrik ditutup dan para pegawai tidak dapat bekerja pada 29 Februari 2024.
"Kami langsung dikumpulkan bersama teman-teman di samping pabrik dan diarahkan oleh Bu Titut dari HRD yang terus mendampingi kami sampai pabrik ini akhirnya dibuka kembali," jelas Dewi.
Selama masa transisi tersebut, Dewi dan para pegawai lainnya mencari pekerjaan lain untuk menyambung hidup. Mereka pun sempat beberapa kali menyampaikan aspirasi untuk menuntut hak ketenagakerjaan hingga menjelang Lebaran.
"Sekarang rasanya senang sekali bisa kerja lagi. Harapannya pabrik ini bisa terus berjalan tanpa kendala supaya saya bisa membantu suami menambah penghasilan," katanya.
Nasib sama juga sempat dialami pegawai lama lainnya, Nurul. Dia pun bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama pabrik garmen itu berhenti beroperasi. Nurul pun berharap pabrik tersebut bisa beroperasi terus agar dapat memberi kepastian kerja.
"Saya tulang punggung keluarga. Waktu pabrik tutup, saya kerja apa saja. Sekarang bisa kerja lagi dan menerima gaji, rasanya sangat lega," kata Nurul.
Simak Video "Menangkap Belut dan Menyaksikan Perjuangan di Tengah Perjalanan di Yogyakarta "
(afn/ams)