Kisah Sukses Cik One Petani Matoa Beromzet Rp 1 Miliar Per Bulan di Pati

Kisah Sukses Cik One Petani Matoa Beromzet Rp 1 Miliar Per Bulan di Pati

Dian Utoro Aji - detikJateng
Kamis, 04 Des 2025 14:24 WIB
Kisah Sukses Cik One Petani Matoa Beromzet Rp 1 Miliar Per Bulan di Pati
Petani buah matoa yang ada di Desa Kedungsari Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Kamis (4/12/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng
Pati -

Kisah petani buah lokal di Pati ini patut bisa menjadi inspirasi. Usaha yang didirikan sejak tahun 2009 ini kini bisa mendapatkan cuan hingga Rp 1 miliar dalam sebulan.

Dia adalah Kiswanto alias Cik One alamat Desa Kedungsari RT 2 RW 2 Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati. Saat ditemui di rumahnya, dia sedang sibuk memilih buah matoa.

Awal bulan Desember 2025 ini pasokan matoa berkurang. Karena tanaman buah ini sedikit yang berbuah. Jika panen raya biasanya bulan Agustus sampai November. Meski demikian pengiriman buah terus ada, namun dengan jumlah yang sedikit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini saya menjalankan usaha jualan buah matoa. Sudah lama mulai tahun 2009 sampai sekarang," kata Cik One ditemui di rumahnya, Kamis (4/12/2025).

Menurutnya buah matoa ini jenis tanaman yang banyak di lingkungan rumahnya. Bahkan buah matoa menjadi ciri khas warga Kedungsari Tayu. Sehingga buah matoa mudah ditemui.

ADVERTISEMENT

"Banyak tanaman buah matoa. Ini banyak sekali di Desa Kedungsari," jelas Cik One.

Dia mengatakan buah matoa miliknya biasanya dikirim ke Jakarta dan luar Pati. Terutama saat bulan Agustus sampai November ini pengiriman terbilang sangat banyak sekali. Cik One mengaku kewalahan melayani permintaan pembeli.

"Biasanya ngirim ke Jakarta. Setahun matoa bulan Agustus sampai November kemarin. Pesanan terlalu banyak, tapi banyak seperti sekarang lebih sedikit," jelasnya.

Petani buah matoa yang ada di Desa Kedungsari Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Kamis (4/12/2025).Petani buah matoa yang ada di Desa Kedungsari Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Kamis (4/12/2025). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Dia mengaku sekali kirim bisa menjual 2 sampai 4 ton. Namun rata-rata per hari sekitar 2 ton.

"Sekali kirim di atas 2 ton, 4 ton. 2 ton itu setiap hari," jelasnya.

Adapun harganya berbeda. Saat panen rata, per kilo hanya Rp 25 ribu. Sedangkan ketika usai panen raya harganya bisa naik menjadi Rp 50 ribu per kilogram.

"Per kilo Rp 25 ribu. Kalau sudah nggak panen bisa sampai Rp 50 ribu," jelasnya.

Saat ini dia mengaku hanya mengirim seadanya stok buah matoa. Biasanya hanya beberapa puluh kwintal saja. Dia mengaku perputaran uang usaha ini dalam sebulan bisa mencapai Rp 1 miliar saat sedang ramai.

"Tetap ngirim dengan seadanya. Sekarang ini harga Rp 50 ribu per kilo. Kalau sekarang beberapa kwintal saja," jelasnya.

"Omzet Rp 1 miliar itu pemutaran sebulan," ungkap dia.

Cik One mengaku kewalahan saat permintaan sedang banyak. Apalagi belakangan ini adanya pengiriman buah matoa untuk suplai makan bergizi gratis program Presiden Prabowo Subianto.

"Sekarang kirim ke MBG, ke Kendal itu 4 ton. Ke Kudus, Weleri dan Surabaya. Baru bulan Oktober 2025 ini," ungkap dia.

Cik One mengaku usahanya ini sempat tidak berjalan mulus seperti sekarang. Bahkan dia mengaku sempat nyaris bangkrut. Hal ini karena saat itu ditipu oleh orang. Beruntung saat itu dia mendapatkan bantuan dari perbankan, sehingga dia bisa bangkit lagi.

"Saya sempat nyaris bangkrut tapi dengan modal dari BRI, itu Rp 200 juta. Itu KUR. Pertama ambil sudah lama, usaha ini bisa beranjak bangkit lagi dan bertahan sampai sekarang," terang dia.

BRI Peduli untuk Petani

Mantri BRI Unit Pakis Tayu, Karyono mengatakan lewat program BRI Peduli untuk petani, pihaknya tidak hanya menyalurkan modal berupa uang saja. Akan tetapi juga pendampingan kepada para petani.

"Ada program pelatihan supaya penjualan tidak hanya di kota agar juga bisa ekspor. Ini sebagai bentuk BRI Peduli terhadap para petani," jelas Karyono ditemui di lokasi.

Menurutnya petani buah lokal ini diberikan pendampingan seperti pelatihan meningkatkan penjualan sampai permodalan. Biasanya kata dia, petani memanfaatkan program kredit usaha rakyat.

Termasuk Cik One menurutnya sempat nyaris bangkrut namun tergolong dengan program tersebut. Karena dipinjam modal dan usahanya bisa bangkit. Selain meminjami modal, pihaknya memberikan pendampingan cara naik kelas agar usaha bisa bertambah maju.

"Program pinjaman KUR, untuk membantu ekonomi masyarakat. Nasabah yang banyak butuh KUR. Hampir sekitar 80 persen, kemungkinan ratusan petani di Kedungsari ini," ujarnya.

Karyono berharap ke depan agar bisa membantu usaha para petani. Syukur usaha buah matoa bisa ekspor ke luar negeri.

"Supaya dapat lebih berkembang. Setiap klaster kalau kita petani jauh lebih berkembang dan syukur bisa ekspor ke," ujarnya.




(afn/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads