Gubernur Jateng Ahmad Luthfi, meresmikan operasional tahap I PT Solar Energi Generasi (SEG) Solar Manufaktur Indonesia di Kawasan Industropolis Batang (Grand Batang City). Luthfi menyebutkan banyak investasi dari luar negeri yang menanyakan soal energi baru terbarukan (EBT).
Peresmian perusahaan asal Amerika Serikat itu berlangsung pada Jumat (8/8/). Saat meresmikan industri tersebut, Luthfi didampingi Bupati Batang, M Faiz Kurniawan.
"Hari ini kita telah meresmikan energi terbarukan terkait dengan solar panel. Jadi solar panel ini adalah salah satu yang terbesar yang berinvestasi di Jawa Tengah," kata Luthfi dalam keterangan tertulis yang diterima detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luthfi menyebutkan, operasional pabrik tersebut selaras dengan program Pemprov Jateng dalam menggalakkan EBT. Pasalnya, EBT merupakan salah satu magnet investasi dari luar negeri yang bakal masuk ke Jateng.
"Jadi investasi dari luar, selalu yang ditanyakan adalah energi terbarukan," jelasnya.
Guna mendukung program kemandirian energi nasional, sejumlah EBT dikembangkan di Jateng mulai dari panel surya, tenaga air, tenaga angin, hingga panas bumi.
"Semua kita lakukan agar ke depan Jawa Tengah memiliki energi terbarukan yang unggul dalam rangka mendukung program pemerintah, yaitu mandiri energi yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia," kata Luthfi.
![]() |
Perlu diketahui, PT SEG mulai membangun pabrik photovoltaic (PV) atau panel surya di lahan seluas kurang lebih 40-41 hektare di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Adapun nilai investasinya mencapai USD 500 juta atau setara Rp 7,6-8 triliun.
Perusahaan tersebut berpotensi menyerap lebih dari 3 ribu tenaga kerja lokal. Jumlah tenaga kerja yang terserap saat ini sebanyak 350 orang dari Indonesia dan 70 orang dari luar negeri (TKA)
Adapun kapasitasnya sekitar 5 GW sel surya dan 5 GW modul surya per tahun. Industri tersebut bakal menjadi pabrik PV terintegrasi terbesar di Asia Tenggara. Hal tersebut bakal memperkuat posisi Jateng dalam industri hijau tingkat global.
PT SEG di KITB itu menyusul keberadaan perusahaan asal China yang lebih dulu beroperasi di Kawasan Ekonomi Kendal (KEK) beberapa bulan lalu. Keberadaan industri tersebut menjadi upaya mencapai target energi terbarukan Indonesia sebesar 42% pada 2030 dan sebagai transisi menuju ekonomi hijau serta industri rendah karbon di Jateng.
(ahr/afn)