Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto menjelaskan soal Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia. Ia mewanti-wanti supaya bahan baku untuk menyuplai dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) jangan sampai impor.
"Jangan sampai bahan baku makan bergizi gratis itu impor dari luar," jelasnya, Kamis (24/7/2025).
Hal ini disampaikan Yandri saat ditemui awak media usai kunjungan kerja di Lapangan Desa Pelem, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora. Dia menyebut desa memiliki cukup potensi sebagai supplier program andalan Presiden Prabowo Subianto itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua potensi pangan itu ada di desa, sedikit sekali ada di kota. Apalagi menyambut makan bergizi gratis. Kita butuh cabai yang banyak, butuh tomat yang banyak, butuh beras yang banyak, ikan yang banyak, telur yang banyak. Semua itu ada di desa," terangnya.
Guna mencukupi kebutuhan dapur SPPG melalui Badan Gizi Nasional (BGN), politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini meminta rakyat harus memiliki peran. Jangan hanya menjadi penonton saja.
"Oleh karena itu kita tidak boleh lengah dalam menyiapkan bahan baku makan siang bergizi ini. Sehingga desa-desa di Indonesia tidak jadi penonton," bebernya.
Yandri lantas memberikan perumpamaan. Wilayah Kabupaten Blora yang notabene memiliki potensi pangan yang melimpah, seyogyanya Blora dapat mencukupi seluruh kebutuhan dari makan bergizi gratis.
"Kalau bisa semua ayam petelurnya dari Blora, sayurnya dari Blora, cabainya dari Blora, ikannya dari Blora. Itu akan bisa sukses kalau ada jaminan lahir batinnya petani," ujarnya.
Lebih lanjut, perlunya petani berkolaborasi dengan koperasi desa/kelurahan (Kopdes) Merah Putih. Ketika hasil tani melimpah, petani tidak rugi bisa dibeli oleh Kopdes atau Bumdes.
"Nanti kopdes bisa menyalurkan ke dapur SPPG makan siang bergizi, atau ke pasar-pasar yang memang membutuhkan itu. Bahkan nanti kalau misalkan bagus kita buat untuk ekspor," pungkasnya.
(apu/afn)