Bahagianya Arsad Akhirnya Bisa Lanjut SMA Gratis Berkat Program Ahmad Luthfi

Bahagianya Arsad Akhirnya Bisa Lanjut SMA Gratis Berkat Program Ahmad Luthfi

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Sabtu, 12 Jul 2025 17:33 WIB
Arsad Abi Mubarok (15) dan kakaknya Anisa Fatonah (23) di rumahnya, Desa Kebonagung, RT 3, RW 1, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Sabtu (12/7/2025).
Arsad Abi Mubarok (15) dan kakaknya Anisa Fatonah (23) di rumahnya, Desa Kebonagung, RT 3, RW 1, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Sabtu (12/7/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng.
Semarang -

Arsad Abi Mubarok (15), remaja dari Desa Kebonagung, RT 3, RW 1, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, nyaris berhenti sekolah usai lulus SMP. Namun, berkat program sekolah swasta gratis Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi, ia tak lagi khawatir untuk kembali belajar di sekolah swasta dekat rumah.

Siang hari di Desa Kebonagung terasa sejuk hari ini. Di sebuah rumah sederhana berdinding bata merah tanpa plester penuh, seorang remaja laki-laki tampak duduk di bangku kayu usang. Tangannya memegang buku atlas warna-warni, matanya fokus menelusuri peta-peta dunia.

Adalah Arsad Abi Mubarok (15), anak bungsu dari empat bersaudara. Tak lama lagi ia akan menjadi siswa baru di SMA Muhammadiyah Sumowono, sekolah swasta yang kini membuka pintunya lebar-lebar bagi siswa tidak mampu lewat program sekolah gratis mitra Pemprov Jateng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada program itu ya senang banget. Soalnya bisa tetap sekolah. Nggak mikir biaya lagi," kata Arsad kepada detikJateng, Sabru (12/7/2025).

Rumah keluarga Arsyad tak besar. Ruang tengahnya beralaskan tikar plastik dengan sebuah lampu kecil menyala redup. Di sudut lain, kakaknya, Anisa Fatonah (23), duduk sambil sesekali melihat ke arah adiknya yang masih berkutat dengan buku.

ADVERTISEMENT

Arsad sebelumnya bersekolah di SMPN 2 Sumowono yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya. Ia sempat hampir memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA karena kendala biaya.

"Awalnya malah mau berhenti dulu satu tahun karena mikir biaya, terus akhirnya ada penawaran sekolah gratis ini ya sudah jadi terbantu," kata Anisa kepada detikJateng.

Mulanya, Arsad sempat ingin sekolah di Ambarawa karena ada banyak teman yang bersekolah di sana. Namun, jarak yang jauh hingga 30 km lebih, beban biaya transport, dan SPP, membuat keinginan itu urung dilanjutkan.

"Kalau setahun berhenti dulu itu nanti biar ibu, kakak-kakaknya ngumpulin uang dulu. Soalnya yang kakaknya juga dulu berhenti satu tahun baru sekolah ke Ambarawa, ngekos," ujar Anisa.

Beruntung, pihak SMA Muhammadiyah Sumowono datang langsung ke rumah Arsad mensosialisasikan program sekolah swasta gratis. Semua biaya pendidikan ditanggung.

Bahkan, Arsad bisa ikut diajukan untuk menerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) guna menunjang kebutuhan lainnya seperti seragam dan perlengkapan sekolah.

"Awalnya pas sosialisasi itu saya langsung mau, tapi Arsad masih mikir-mikir. Setelah ngobrol-ngobrol bareng keluarga, akhirnya mau juga," tutur Anisa.

Di ruang sempit rumahnya, Arsad membuka lembaran atlas yang menjadi favoritnya. Meski lebih tertarik pada sepak bola dan kegiatan fisik, pelajaran IPS tetap menarik perhatiannya.

Arsad juga suka ikut latihan sepak bola di lapangan desa, bahkan hampir setiap hari turun ke lapangan bersama teman-temannya di sekitar rumah.

"Kalau nggak di rumah ya pasti di lapangan. Kadang pagi latihan, siang latihan lagi," ujar Anisa sambil tersenyum melihat adiknya.

Suasana rumah Arsad jauh dari hiruk pikuk kota. Ayahnya, Ratno Suratmin (62) bekerja sebagai tukang bangunan keliling, saat ini ia berada di Kalimantan. Sementara ibunya, Parsiyah (52) bekerja sebagai buruh tani yang membantu menggarap ladang tomat, buncis, dan timun milik orang lain.

"Kadang kalau pagi sampai siang nanti dia di kebun. Kadang siang berangkat lagi, sore baru pulang," turur Anisa.

"Kami memang nggak punya banyak, tapi kalau ada program seperti ini, sangat membantu," lanjutnya.

Tak banyak yang diminta Arsad. Ia hanya ingin sekolah, bermain bola, dan terus belajar. Di balik buku atlas yang dibacanya, tersimpan harapan besar akan masa depan yang lebih baik.

"Kalau bisa, program kayak gini diperluas. Biar semakin banyak sekolah swasta yang geatis, semakin banyak anak yang terbantu, nggak cuma di sini aja," ujar Anisa.

Anisa pun berharap pemerintah tetap mempertahankan dan memperluas program sekolah swasta gratis ini. Bagi keluarga seperti mereka, ini bukan sekadar bantuan, tapi juga jembatan menuju masa depan.

"Dulu saya sekolah jauh ke Salatiga karena di sini nggak ada yang gratis. Kalau sekarang ada program seperti ini, kenapa nggak dimanfaatkan?" katanya.

Arsad akan segera mulai masa SMA-nya. Seragamnya masih dijahit, buku pelajaran sudah mulai dikumpulkan. Tak lama lagi, bocah pendiam dari Sumowono ini akan menginjakkan kaki di gerbang sekolah barunya.




(apl/dil)


Hide Ads