Bahagianya Warga Mondoliko Demak Tempati Rumah Baru Bebas dari Rob

Bahagianya Warga Mondoliko Demak Tempati Rumah Baru Bebas dari Rob

Mochamad Saifudin - detikJateng
Kamis, 06 Jun 2024 19:21 WIB
Rumah panggung Dombo satu di Desa Dombo, Kecamatan Sayung, Demak yang ditempati warga terdampak rob di Dukuh Mondoliko, Bedono, Sayung, Kamis (6/6/2024).
Rumah panggung Dombo satu di Desa Dombo, Kecamatan Sayung, Demak yang ditempati warga terdampak rob di Dukuh Mondoliko, Bedono, Sayung, Kamis (6/6/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng
Demak -

Sejumlah warga Dukuh Mondoliko bersyukur menempati rumah baru di Desa Dombo, Kecamatan Sayung, Demak. Pasalnya, kampung dan halaman yang mereka huni sebelumnya kini telah tenggelam akibat rob.

Adapun Desa Dombo yang menjadi lokasi relokasi masyarakat Mondoliko terbagi dalam dua titik.

"Yang di sini (Dombo Satu) ada 29 KK, ukurannya 6x6. Di Dombo Dua sekitar 33 KK," kata Ketua RT 4 Mondoliko, Kusmantri, saat ditemui detikJateng Kamis (6/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pantauan detikJateng, rumah warga di kompleks Dombo Satu berupa rumah panggung berukuran sekitar 6x6 meter. Sejumlah rumah telah mendapatkan renovasi berupa tambahan teras dan kanopi.

Puluhan KK tersebut meminta ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak untuk direlokasi di satu tempat dengan tujuan berkumpul dengan tetangga dan sanak keluarga. Warga menempati rumah bantuan dari Pemkab Demak dengan nominal Rp 50 juta per unitnya.

ADVERTISEMENT

Kusmantri (49) menuturkan, ia bersyukur sebab anak-anaknya kini bisa kembali bermain sepeda dan lancar bersekolah. Di Mondoliko, dia mengaku anaknya lebih banyak berdiam di rumah karena bawah tempat tidur sudah terendam air.

Rumah panggung Dombo satu di Desa Dombo, Kecamatan Sayung, Demak yang ditempati warga terdampak rob di Dukuh Mondoliko, Bedono, Sayung, Kamis (6/6/2024).Rumah panggung Dombo satu di Desa Dombo, Kecamatan Sayung, Demak yang ditempati warga terdampak rob di Dukuh Mondoliko, Bedono, Sayung, Kamis (6/6/2024). Foto: Mochamad Saifudin/detikJateng

"Ya ada perubahan, anak-anak bisa sekolah dengan nyaman, bisa aktivitas seperti layaknya masyarakat yang lain. Kalau di Mondoliko kan nggak bisa. Kita cuman di kamar, turun, air. Lha sekarang bisa naik sepeda, sekolah bisa sekolah. Kalau dulu kan nggak bisa," kata Kusmantri di rumah barunya.

"Makanya kami berterima kasih kepada ibu bupati, semua atas kerja keras ibu bupati (Eisti'anah) kepada warga Mondoliko," imbuhnya.

Ia sempat mengingat kejadian pahit saat masih berada di kampungnya. Ia sempat mengira anaknya hanyut saat dirinya terlambat menjemput anaknya pulang sekolah.

Seperti diketahui, jalan satu-satunya masuk ke Kampung Mondoliko telah terendam air. Jalan tersebut berupa jalan beton dengan lebar sekitar 1,5 x 3,5 kilometer. Jalan tersebut dulunya areal persawahan warga setempat.

"Pertama kali saya ngontrak di Sodong kan gara-gara saya sendirian di Mondoliko. Saya nyusul anak saya telat, waktu itu air pasang besar, saya keliling nyari, (saya kira) anak saya hanyut. Ternyata dituntun oleh orang mancing," ujarnya.

Ia menyebut kejadian tersebut sekitar tahun 2021. Yaitu waktu anaknya masih kelas 3 sekolah dasar di Desa Sidogemah.

"Wah, kalau gini ya repot. Mau ndak mau, gimana caranya ya akhirnya nyari kontrakan. Gimana caranya anak bisa sekolah, nyaman. Orang tua mobat-mabit, lari sana kemari, yang penting anak bisa sekolah," sambungnya.

Ia menyebut saat itu akses masuk desa terendam dengan ketinggian setara dada anaknya. Ia panik saat mencari anaknya menggunakan perahu yang tak kunjung ketemu itu.

"Pulang sekolah, jalannya tenggelam semua, sedada anak saya, ternyata dituntun orang mancing. Kalau gak dituntun orang mancing terus gimana, saya nyusul pakai perahu telat. Saya nyari di air nggak ada, terus naik, menyusur jalan lalu ketemu itu," terangnya.

Ia menerangkan kini ketiga anaknya sudah kembali melangsungkan hidup normal. Anaknya yang paling besar berusia 18 tahun, kedua 12 tahun, dan ketiga sekitar lima tahun.

Ia menuturkan dua kali setiap minggu dirinya masih bekerja mencari ikan di wilayah pesisir Sayung. Ia sesekali menengok kampungnya, ia menyebut rumah-rumah di sana sudah rata dengan air laut dan sebagian sudah hancur.

"Kalau di sana masih ada rumah. Yang sebagian sudah hancur dimakan gelombang. Nggak layak. Air sudah tinggi, sekarang nggak pernah surut airnya," terangnya.

Senada, warga lain Rohadi (42) bersyukur dengan kondisinya saat ini dibandingkan tetap bertahan di kampungnya. Perlahan warga setempat menyesuaikan sebagai warga baru dari kampung halaman yang habis digerus air laut.

"Ya alhamdulillah sudah baik, sudah membaik daripada di Mondoliko. Di Mondoliko setiap hari kan menempati rob, anak sekolah ya susah. Sekarang udah di sini ya alhamdulillah, sudah ada kemajuan," ujar Rohadi yang ditemui saat sedang membuat jemuran kasur panggung di depan rumahnya.

Ia yang dulunya bekerja mencari ikan di laut kini harus menyesuaikan pekerjaan di darat. Semangatnya terus membara sebagai kepala keluarga dari istri dan dua anaknya yang berusia sepuluh dan empat setengah tahun itu.




(apu/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads