Gunung Kemukus, menjadi salah satu lokasi wisata andalan Kabupaten Sragen di sisi Barat. Berlokasi di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, tempat itu menjadi wisata religi untuk berziarah ke makan Pangeran Samudro.
Penanggung jawab Wisata Gunung Kemukus Wijanto mengatakan, Pemkab Sragen sudah menetapkan SOP wisata religi di Gunung Kemukus sejak awal. Yakni, wisatawan yang datang bisa secara sendiri atau ditemani juru kunci mendoakan Pangeran Samudro, lalu meminta doa sesuai keinginan masing-masing.
Menjadi rahasia umum jika masyarakat yang datang tak hanya untuk mendoakan Pangeran Samudro, namun juga meminta dan berharap sesuatu untuk urusan duniawi mereka, seperti rezeki dan kesehatan. Namun lambat laun, beredar mitos agar keinginannya terkabulkan, harus melakukan ritual kumpul kebo di kawasan Gunung Kemukus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang saya akui image-nya Kemukus negatif, kami selalu bekerja sama termasuk juru kunci untuk memberikan SOP yang benar. Yang namanya wisata religi yaitu mendoakan Pangeran Samudro, kalau yang di sendang mendoakan Dewi Ontrowulan. Setelah itu berdoa sesuai harapan dari rumah," Kata Wijanto saat dihubungi detikJateng, Selasa (23/4/2024).
Dia mengatakan, awal mula stigma Gunung Kemukus menjadi tempat 'esek-esek' karena salah persepsi masyarakat yang menafsirkan cerita Pangeran Samudro. Ditambah, adanya orang yang mengaku berhasil usai melakukan ritual 'esek-esek' di Kemukus.
Objek wisata Gunung Kemukus pernah membuat heboh hingga menjadi sorotan media asing dengan sebutan 'Sex Mountain' pada akhir 2014 silam. Sejak saat itu, stigma ritual seks bebas pun makin nempel pada objek tersebut.
Situs berita luar negeri, Dailymail, yang salah satunya saat itu memuat berita terkait Gunung Kemukus pada 18 November 2014 lalu. Berita itu menggambarkan Gunung Kemukus sebagai Gunung Seks, di mana peziarah harus melakukan ritual seks agar keinginannya dikabulkan.
"Dalam mengambil keputusan masyarakat dulu keliru, tahunya Pangeran Samudro dulu kempul kebo sama Dewi Ontrowulan. Sebetulnya itu hanya lewat mimpinya Dewi Ontrowulan, jika ingin bersatu tidurlah di samping Pangeran Samudro. Lalu orang banyak berkunjung, dan ada peluang usaha dan mengambil kebijakan salah," jelasnya.
Selama bertahun-tahun kawasan wisata Gunung Kemukus berkembang dengan fasilitas 'esek-esek'. Untuk merubah stigma itu, Pemerintah merombak total wisata tersebut pada Oktober 2020. Untuk biayanya, Kementerian Pariwisata dan Kementerian PUPR pun menggelontorkan dana Rp 48 miliar. Hingga pada April 2022, kawasan tersebut resmi dibuka dengan nama New Kemukus.
Dengan semangat baru, Pemkab Sragen melakukan berbagai upaya untuk merubah stigma New Kemukus. Hal itu ditambah dengan adanya kesadaran masyarakat.
"Dengan adanya ilmu agama yang semakin baik, masyarakat semakin sadar mana yang menyalahi aturan agama. Dari Kementerian PUPR lewat Pemkab Sragen harapannya merubah itu. Orang yang berkunjung beribadahnya sesuai kepercayaan masing-masing, dan berdoa sesuai hati nurani mereka, tanpa melakukan hal yang negatif. Makanya diubah menjadi New Kemukus," ucapnya.
"Kami juga terus melakukan sosialisasi utamanya dengan juru kunci agar peziarah yang berkunjung benar-benar mendoakan Pangeran Samudro, tanpa melakukan hal negatif," imbuhnya.
Kemukus kini dibuat semakin cantik, dengan akses jalan menuju ke Makam Samudro dan Sendang Dewi Ontrowulan yang lebih baik, ada plaza, pendopo, ruang doa, ruang ganti, toilet, serta museum. Dia berharap akan ada hal yang selalu baru di Gunung Kemukus, agar roda perekonomian masyarakat terus berputar.
"Jika ada bentuk baru yang menjanjikan, harapannya masyarakat bisa bermigrasi ke hal yang positif. Lama-kelamaan selain menjadi wisata religi, juga menjadi wisata keluarga," ucapnya.
Dia mengatakan, ada dua acara tahunan yang menarik banyak peziarah, yakni saat Kamis Malam Jumat Pon, dan membersihkan selambu Makam Pengeran Samudro pada Malam 1 Suro. Saat event tersebut, tempat hiburan yang dikelola masyarakat seperti tempat karaoke akan ditutup sementara, agar peziarah fokus pada ritual di acara tersebut.
Kedua acara itu, sambung Wijanto bisa menarik ribuan orang untuk datang ke Gunung Kemukus. Hal ini menggairahkan roda perekonomian masyarakat di kawasan tersebut.
"Acara itu sangat meningkatkan perekonomian masyarakat. Warga membuka home stay dadakan yang harganya cuma Rp75.000-100.000, ada yang jualan, dan lainnya," kata dia.
Semangat merubah stigma Gunung Kemukus ini juga pernah diutarakan oleh Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Melansir dari laman resmi Pemkab Sragen, Yuni mengajak masyarakat dan ASN untuk membantu merubah stigma tersebut.
"Seluruh warga sekitar dan ASN Kabupaten Sragen harus ikut mendukung program pemerintah dengan serius untuk menjadikan obyek wisata gunung Kemukus menjadi obyek wisata religi yang bersih dari kemaksiatan dan prostitusi," kata Yuni.
(cln/apl)