Bupati Wonogiri Joko Sutopo berhasil menghilangkan stigma yang melekat di wilayah Wonogiri Selatan sebagai daerah sulit air atau mudah terdampak kekeringan. Kini masyarakat Wonogiri selatan cukup mudah mendapatkan air meski saat musim kemarau.
Diketahui, wilayah yang cukup sering terdampak kesulitan air bersih atau kekeringan saat musim kemarau di antaranya adalah Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Giritontro, dan Giriwoyo.
Bupati yang akrab disapa Jekek ini kurang sepakat jika solusi mengatasi kekeringan di wilayah Wonogiri selatan hanya dengan memasok air bersih lewat truk tangki. Menurutnya, harus ada solusi permanen untuk mengatasi kekeringan di Wonogiri selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menerangkan solusi penyediaan air bersih di wilayah Wonogiri selatan memerlukan waktu yang cukup panjang. Pihaknya mengoptimalkan potensi sumber mata air yang ada di daerah Wonogiri selatan.
Sumber mata air, kata dia, disedot dan dikelola sebagai solusi permanen dalam mengatasi kekeringan.
"Jadi berbasis instalasi, bukan tangki. Selama ini kan solusinya ketika ada kekeringan di daerah Wonogiri selatan caranya mengirimkan bantuan air dengan truk tangki. Pola ini kami ubah dengan solusi permanen. Sehingga tidak ada eksploitasi," kata Jekek.
Ia menuturkan, sejak dimulai 2017, sumur yang diuji atau dibor ada yang gagal dan berhasil. Dana yang digelontorkan dari awal hingga 2022 telah menelan biaya sebesar Rp 58 miliar.
Dalam pelaksanaan program air bersih tersebut, Jekek melakukan identifikasi dengan beberapa tim ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM). Daerah Wonogiri selatan yang ada potensi air bersih sudah dipetakan.
"Kalau bisa dibor. Kalau ada cekungan air tanah, dilakukan upaya instalasi," ungkap dia.
Jekek mencontohkan, sumber mata air yang saat ini sudah bisa dimanfaatkan masyarakat adalah sumber Banyu Towo di Kecamatan Paranggupito.
"Itu kami optimalkan 2020 bisa selesai. Habis sekitar Rp 12 miliar. Kini kemanfaatannya kepada warga. Belum lagi dari sumber air yang lain," papar dia.
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri Sumber Banyu Towo merupakan air dari sungai bawah tanah yang telah dinyatakan layak untuk dikonsumsi masyarakat setempat. Sejak 2018, Pemkab Wonogiri membuat empat sumur uji.
Pada 2020 lalu, pemkab menggelontorkan dana sekitar Rp 7,8 miliar untuk merampungkan proyek pengangkatan air bersih dari Banyu Towo. Dengan dana tersebut, ditargetkan bisa menyedot air sebesar 3-4 liter per detik untuk dialirkan ke permukiman.
Air bersih dari Banyu Towo itu diyakini bisa mencukupi kebutuhan air bersih sekitar 11.000 jiwa di tiga sampai empat desa di Kecamatan Paranggupito.
Kebijakan Bupati Jekek dalam mengatasi kekeringan di Wonogiri selatan itu mendapat apresiasi oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Pada 2022, Puan secara langsung berkunjung ke Desa Gendayakan Kecamatan Paranggupito.
Pada saat itu, sebanyak 506 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 11 dusun di Desa Gendayakan sudah bisa menikmati air bersih melalui sambungan rumah (SR).
"Warga tinggal putar keran, sudah mengalir air bersih. Sudah bisa menarik air dari hidran umum (HU) ke SR. Dari awal kami menggandeng pakar, ahli dan akademisi untuk memetakan di mana titik atau lokasi yang bisa dimanfaatkan air bakunya," kata Jekek.
Menurutnya, salah satu kendala yang masih dihadapi saat ini adalah debit air belum tercukupi maksimal. Saat musim kemarau debit airnya sekitar 13 liter per detik.
"Sumber air utamanya di Banyu Towo dan Banyu Waru. Kalau di HU sudah oke. Nanti kalau debit airnya sudah mencukupi segera kami dorong ke SR. Sehingga bisa segera 100 persen kebutuhan air bersih di Wonogiri selatan bisa tercukupi," papar dia.
Bupati Jekek juga menggratiskan pemasangan SR sebagai bentuk komitmen Pemkab Wonogiri mengentaskan kekeringan di Wonogiri selatan. Kemudian setiap bulannya pengelolaan air dikelola PDAM.
"Kami ke depankan skala prioritas, bukan berbasis keinginan. Termasuk solusi program pengelolaan air minum berbasis masyarakat (Pamsimas) kami dorong ke daerah Wonogiri selatan," kata dia.
Komitmen Bupati Jekek untuk mengatasi kekeringan di wilayah Wonogiri selatan terus dilakukan. Pada musim kemarau 2023 lalu, pihaknya memberikan anggaran ke PDAM senilai Rp 3,8 miliar guna penyelesaian jalur distribusi umum (JDU). Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalkan dampak El Nino.
"Jadi dari HU (hidran umum) ke SR (sambungan rumah). Jadi mendekatkan pelayanan (di wilayah selatan)," kata Jekek.
Pemasangan Sambungan Air Gratis
Diwawancarai terpisah, Direktur PDAM Wonogiri Sumarjo mengatakan hingga kini pelanggan PDAM di Paranggupito sebanyak 2.167 sambungan rumah (SR). Dari jumlah itu pemasangan yang digratiskan oleh Pemkab sekitar 1.500 SR.
"Yang pertama (tabap I) di Gendayakan sekitar 500 SR. Dan tahap kedua di seluruh Paranggupito sekitar 1.000 SR," kata dia.
Ia mengatakan, anggaran pemasangan SR itu melalui DPU Wonogiri. PDAM tinggal melaksanakan.
Saat ditanya apakah 2024 masih akan ada pemasangan SR secara gratis, Sumarjo menunggu arahan bupati.
"Menunggu dawuh (bupati)," kata Sumarjo.
(apl/apl)